Kalsel

Punya Empat Pengajian, Warga Purwosari Baru Minta Perbaikan Jalan

apahabar.com, MARABAHAN – Akibat keterbatasan APBD Barito Kuala (Batola), warga Desa Purwosari Baru di Kecamatan Tamban…

Jalan dan jembatan di Desa Purwosasi, Kecamatan Tamban, Kabupaten Barito Kuala memprihatinkan warga minta pemerintah setempat dapat memperbaikinya. Foto – Istimewa

apahabar.com, MARABAHAN – Akibat keterbatasan APBD Barito Kuala (Batola), warga Desa Purwosari Baru di Kecamatan Tamban tampaknya harus bersabar untuk menikmati jalan aspal di lingkungan mereka.

Melalui Kepala Desa Purwosari Baru, Sujinal, warga menginginkan peningkatan jalan dari pengerasan menjadi pengaspalan.

“Kami mempermasalahkan jalan poros kiri Tamban yang melewati Purwosari Baru, Kuanda, Tamban Sari Baru dan Tamban Muara Baru,” ungkap Sujinal, Kamis (4/7/2019).

“Terutama di Purwosari Baru, sudah puluhan tahun tak pernah diaspal. Keterbatasan ini banyak menghambat pembangunan desa seperti kesehatan, pendidikan dan ekonomi,” tambahnya.

Jalan dan jembatan di Desa Purwosasi, Kecamatan Tamban, Kabupaten Barito Kuala memprihatinkan warga minta pemerintah setempat dapat memperbaikinya. Foto – Istimewa

Sebenarnya sudah terdapat pengerasan sepanjang sekitar 1,45 kilometer. Namun tersisa 1,5 kilometer lagi yang masih berupa jalan tanah.

“Sekarang jembatan juga banyak rusak dan masyarakat sudah banyak punya mobil. Kalau rusak parah, masyarakat berswadaya melakukan perbaikan,” tutur Sujinal.

“Tidak hanya menunjang aktivitas warga, jalanan tersebut juga memudahkan jemaah pengajian di Purwosari Baru. Kebetulan kami memiliki empat majelis aktif yang didatangi dari desa sekitar, termasuk Banjarmasin,” sambungnya.

Sedianya usaha sudah dilakukan, seperti melaporkan kondisi desa kepada pihak berwenang, seperti Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Batola dan DPRD.

Bahkan Bupati pun sudah didatangi, “Hanya jawaban mereka sama, karena terkendala dalam pembagian anggaran,” tegas Sujinal.

“Namun demikian, kami berharap situasi ini diperhatikan, karena poros kiri Tamban ini juga menghubungkan Tamban ke Kapuas,” sambungnya.

Sementara Kabid Bina Marga Dinas PUPR Batola, Edy Supriadi, memaklumi keinginan warga Purwosari Baru. Namun akibat keterbatasan APBD, masyarakat pun diminta bersabar.

“Memang jalan tersebut masih dalam proses pengerasan. Kalau mau langsung diaspal, berarti menggunakan metode jalan nasional. Konsekuensinya biaya yang dibutuhkan juga tinggi, apalagi kalau menggunakan standar perlakuan tanah rawa,” jelas Edy.

“Dengan demikian, semua proyek harus dikerjakan bertahap, karena terkait APBD. Seandainya diusahakan seperti jalan nasional, bisa saja proyek lain terbengkalai,” tambahnya.

Selain biaya tinggi, pertimbangan lain adalah kendala memasukkan alat-alat berat akibat kondisi jembatan.

“Terpenting terdapat peningkatan dulu. Misalnya dari jalan dari becek menjadi lebih keras. Pun pengerasan Purwosari Baru sendiri masih dilanjutkan dalam anggaran 2019 sepanjang 800 meter,” beber Edy.

Dalam penyelesaian masalah infrastruktur, konsep yang digunakan Pemkab Batola adalah dengan membagi zona pembangunan.

Setelah merampungkan jalan yang menghubungkan Kecamatan Tamban, Mekarsari dan Tabunganen di zona selatan dalam lima tahun belakangan, fokus selanjutnya adalah jalan penghubung Kecamatan Kuripan, Tabukan, Bakumpai dan Marabahan di zona utara.

Kuripan sendiri masih menjadi wilayah terisolir, lantaran belum dapat dicapai menggunakan transportasi darat, “Sedangkan zona tengah terbantu jalan nasional dan provinsi,” tandas Edy.

Baca Juga: Kodam VI/Mulawarman Musnahkan Ratusan Senpi dari Perbatasan

Baca Juga: Raperda Retribusi Jasa Usaha, Fraksi PPP : Jangan Patok Tarif Terlalu Tinggi

Reporter: Bastian AlkafEditor: Aprianoor