Tak Berkategori

Puluhan Tahun Sepi, Murnianti Tetap Berjualan di Pasar Handil Bakti

apahabar.com, MARABAHAN – Sekalipun nyaris tanpa pembeli, Murnianti tetap bertahan selama sekitar 18 tahun di Pasar…

Seorang pembeli melihat-lihat baju yang dijual Murnianti di Pasar Induk Handil Bakti. Foto-apahabar.com/Bastian Alkaf

apahabar.com, MARABAHAN – Sekalipun nyaris tanpa pembeli, Murnianti tetap bertahan selama sekitar 18 tahun di Pasar Induk Handil Bakti.

Murnianti menjadi satu-satunya pedagang yang beraktivitas setiap hari di Pasar Handil Bakti. Ibu tiga anak tersebut menempati salah satu kios di blok B.

“Sejak pertama kali dibuka, kami sudah berusaha di Pasar Handil Bakti. Namun sampai sekarang, cuma saya yang masih buka,” ungkap Murnianti, Minggu (11/10).

Murnianti sebenarnya melanjutkan usaha sang suami yang bernama Jumrani. Sebelum meninggal dunia sekitar empat tahun lalu, Jumrani merupakan penjahit pakaian di Pasar Handil Bakti.

Di toko warisan sang suami, Murnianti juga berjualan pakaian baru dan bekas. Bahkan sekalipun tanpa pembeli, toko tersebut terus dibuka mulai pukul 08.00 hingga 13.00 Wita.

Salah satu blok kosong di Pasar Induk Handil Bakti yang direncanakan segera direnovasi. Foto-apahabar.com/Bastian Alkaf

“Prinsip saya adalah kalau toko tutup, tidak mungkin dapat pembeli. Sebaliknya kalau terus buka, insyaallah rezeki datang sewaktu-waktu,” papar Murnianti

“Terkadang dalam sehari, tidak seorangpun yang datang berbelanja. Namun kalau sedang rezeki, hasil penjualan bisa mencapai Rp1 juta,” tambahnya.

Pakaian yang dijual Murnianti, baik baru maupun bekas, diantar distributor dari Banjarmasin. Murniati juga bisa menjadi reseller pedagang di pasar-pasar sejumput atau dadakan mingguan.

Selain milik sendiri, Murnianti juga dipercaya pemilik toko di samping kiri dan kanan agar dibukakan setiap hari. Kedua toko tersebut sama-sama sudah lama tak dikelola sang pemilik.

“Supaya terlihat ramai, saya selalu membuka toko di samping kiri dan kanan itu setiap hari. Sekalian saya menempatkan beberapa perabot bekas yang masih layak pakai,” jelas Murnianti.

Perabot bekas yang dijual Murnianti antara lain lemari aluminium, mesin cuci, dispenser, gelas dan piring, hingga gerobak aluminium.

“Beberapa di antaranya saya beli dari warga yang mau pindah rumah. Sebagian merupakan barang dagangan yang tidak laku dijual dari toko lain,” beber Murnianti.

Nadi Pasar Handil Bakti sendiri hanya berdenyut setiap Minggu pagi hingga siang. Aktivitas ini sudah berlangsung selama kurang lebih enam tahun terakhir.

Kebanyakan merupakan pedagang keliling, sehingga mereka hanya menggelar lapak seadanya di teras dan jalan depan kios-kios kosong. Setelah pasar bubar, situasi pun kembali sepi.

Kendati tidak reguler, kehadiran pedagang keliling itu mampu sedikit menghidupkan suasana Pasar Handil Bakti.

Faktanya sejak selesai dibangun akhir 2001 dan diresmikan Oktober 2002 oleh Bupati Barito Kuala terdahulu, Bardiansyah, pasar itu nyaris mati.

Padahal fasilitas yang tersedia sudah memadai. Di atas lahan seluas 3 hektar, Pasar Handil Bakti memiliki 250 kios, 160 los, dan 21 ruko berlantai dua, serta WC umum, musala, kantor dan gudang.

Bahkan di masa-masa awal, hanya sekitar 30 kios yang buka setiap hari. Kondisi itu otomatis membuat pembeli enggan masuk pasar, lantaran tak selalu menemukan barang yang diinginkan.

Di sisi lain, akses menuju pasar juga terbatas. Setelah Jembatan Alalak I di depan RSUD Ansari Saleh selesai dibangun, Jembatan Alalak II justru dirobohkan.

Padahal Jembatan Alalak II dinilai strategis, karena mempermudah kedatangan pembeli dari Banjarmasin, terutama yang berdomisili di sekitar Jalan Cemara Ujung Kecamatan Banjarmasin Utara.

Posisi pasar semakin terisolir, lantaran ketiadaan akses langsung ke kawasan perumahan padat penduduk seperti Kompleks Griya Permata dan sekitarnya.

Memang beberapa tahun kemudian, jalan penghubung ke Kompleks Griya Permata dibuka. Diikuti penempatan Terminal Handil Bakti dan pembangunan ulang Jembatan Alalak II.

Namun demikian, kondisi Pasar Handil Bakti tetap tidak tertolong. Pedagang yang sempat memiliki ekspektasi tinggi, sudah terlanjur patah arang.

Terlebih ratusan PKL dibiarkan marak menempati jalur hijau Handil Bakti dengan aneka barang dagangan. Dengan kondisi ini, semakin sulit mencari pembeli yang mau masuk masuk Pasar Handil Bakti.

Sekarang setelah sekitar 18 tahun pasca diresmikan, Pasar Induk Handil Bakti kembali coba dihidupkan. 138 PKL yang menempati jalur hijau, segera direlokasi ke 160 los.

Penyebab utama relokasi itu sendiri adalah pelebaran Jalan Trans Kalimantan yang segera dilakukan Balai Pelaksanaan Jalan Nasional (BPJN) Kalimantan Selatan.

“Selain menata Alalak sebagai pintu gerbang Batola, relokasi juga demi menghidupkan kembali Pasar Handil Bakti yang belasan tahun tak berfungsi sebagaimana mestinya,” beber Wakil Bupati Batola, Rahmadian Noor, seusai sosialisasi terakhir relokasi PKL, Kamis (8/10).

“Insyaallah renovasi Pasar Handil Bakti diteruskan dalam Tahun Anggaran 2021. Sasaran kami adalah dua blok yang berisi 40 kios. Sebelumnya sudah direnovasi satu blok,” tandasnya.