Tak Berkategori

PTM di Batola Dimulai 12 Juli, Tenaga Pendidik Wajib Divaksin

apahabar.com, MARABAHAN – Berbekal sejumlah pembatasan, Pembelajaran Tatap Muka (PTM) di Barito Kuala akan dimulai 12…

Dengan sejumlah pembatasan, dijadwalkan pembelajaran tatap muka di Barito Kuala dimulai lagi 12 Juli 2021. Foto: apabar.com/Bastian Alkaf

apahabar.com, MARABAHAN – Berbekal sejumlah pembatasan, Pembelajaran Tatap Muka (PTM) di Barito Kuala akan dimulai 12 Juli 2021.

Putusan tersebut diambil rapat koordinasi Satgas Penanganan Covid-19 bersama Dinas Pendidikan Batola, Jumat (25/6).

“Mengacu Surat Keputusan Bersama (SKB) Empat Menteri, insyallah pelaksanaan PTM terbatas di Batola dimulai 12 Juli,” ungkap Bupati Batola Hj Noormiliyani AS.

“Bagaimanapun Batola mempunyai kewajiban untuk membuka sekolah, tetapi dengan sejumlah pembatasan-pembatasan,” imbuhnya.

Salah satu pembatasan yang akan diterapkan berkaitan jumlah peserta didik dan kapasitas ruangan kelas.

“Sekolah yang memiliki peserta didik berjumlah 10 hingga di bawah 20 orang per kelas, diperbolehkan melakukan pembelajaran tatap muka setiap hari," jelas Noormiliyani.

Namun sekolah yang memiliki peserta didik berjumlah 30 orang per kelas, pembelajaran dilakukan dalam sistem berbeda.

“Teknis pembelajaran dilakukan dengan tiga hari daring dan tiga hari tatap muka dalam seminggu," imbuhnya.

Selain jumlah siswa per kelas, vaksinasi Covid-19 untuk tenaga pendidik juga menjadi perhatian serius Pemkab Batola.

Disyaratkan semua tenaga pendidik sudah divaksinasi, kecuali terdapat kendala medis yang menyebabkan vaksinasi tidak dapat diberikan.

“Guru yang enggan divaksin, otomatis tidak diperbolehkan mengajar. Kalau tidak mengajar, berarti tak menerima tunjangan,” tegas Noormiliyani.

“Selain vaksin Covid-19, juga akan dilakukan swab antigen acak secara berkala kepada semua tenaga pendidikn sebagai bentuk pencegahan,” sambungnya.

Total terdata 7.676 tenaga pendidik yang harus divaksinasi. Memasuki akhir Juni 2021, proses vaksinasi tenaga pendidik SD sudah mencapai 81 persen dan SMP sebesar 65 persen.

“Insyaallah kami sudah siap menghadapi pembelajaran tatap muka,” sahut Noormaidah, Kepala Sekolah SMPN 2 Kuripan di Kecamatan Kuripan.

“Terlebih siswa dan orang tua mereka sudah lama menginginkan pembelajaran tatap muka,” imbuhnya.

Memiliki 65 siswa, pembelajaran di SMPN 2 Kuripan direncanakan setiap hari. Lantas untuk pembatasan kapasitas, diberlakukan shift pagi dan siang.

Sistem shift yang sudah dicoba dalam ujian akhir semester, dinilai efektif menyikapi transportasi siswa ke sekolah. Dikelilingi sungai dan rawa, moda transportasi siswa SMPN 2 Kuripan adalah kelotok.

“Penyebabnya sebagian besar siswa menggunakan angkutan kelotok yang sama, sehingga keberangkatan maupun kepulangan juga harus sekaligus,” papar Noormaidah.

Persiapan menghadapi pembelajaran tatap muka juga telah dilakukan SMPN 8 Tamban. Berdasarkan jumlah siswa, mereka akan menerapkan luring dan daring.

“Kami juga berencana membuat kelas terbuka di lingkungan sekolah, sehingga siswa belajar tidak terpaku di ruangan saja,” papar Wawan Setiawan, Kepala Sekolah SMPN 8 Tamban.

“Selain lebih dekat dengan alam, tujuan belajar di kelas terbuka membuat udara lebih segar dan meminimalisasi penyebaran virus,” tandasnya.