Bantuan Pangan Beras

Program Bantuan Pangan Beras, Bapanas: Gunakan Hasil Produksi Lokal

Pemerintah pastikan penyerapan gabah dan beras petani dalam negeri tetap menjadi prioritas dan instrumen utama dalam Pengisian Cadangan Beras Pemerintah (CBP).

Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi saat melakukan kunjungan ke Gudang BULOG Semarang, (12/4). Kunjungan dilakukan untuk mengecek stok dan kualitas Cadangan Beras Pemerintah (CBP) yang akan didistribusikan dalam rangka stabilisasi pasokan dan harga beras. Foto: Bapanas

apahabar.com, JAKARTA – Pemerintah memastikan penyerapan gabah dan beras petani dalam negeri tetap menjadi prioritas dan instrumen utama dalam Pengisian Cadangan Beras Pemerintah (CBP). Hal itu disampaikan Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi melalui keterangannya, Kamis, (6/7), di Kantor Bapanas, Jakarta.

Menurutnya, sejak awal pemerintah konsisten memprioritaskan dan mendorong beras produksi dalam negeri sebagai komponen utama pengisian CBP dan pemasok program hilirisasi pangan.

"NFA telah menugaskan Perum BULOG untuk semaksimal mungkin melakukan penyerapan gabah dan beras dalam negeri secara optimal, khususnya saat musim panen raya di semester pertama tahun ini dan saat panen gaduh jelang akhir tahun. Untuk mendukung itu, kita juga sudah terbitkan instrument peraturan untuk menaikan HPP (Harga Pembelian Pemerintah) gabah dan beras agar BULOG lebih berdaya saing," ujarnya.

Arief menjelaskan, sampai dengan 5 Juli total penyerapan beras dalam negeri yang telah direalisasikan BULOG sebanyak 701 ribu ton. Jumlah itu berkontribusi terhadap terlaksananya program stabilisasi pasokan dan harga beras, seperti program bantuan pangan beras. Dalam program tersebut seluruh pasokan beras dipenuhi dari hasil penyerapan dalam negeri.

Baca Juga: Harga Beras Naik, Mendag: Imbas Kenaikan Biaya Produksi

“Untuk pasokan beras bantuan pangan seluruhnya dipenuhi dari CBP yang bersumber dari produksi dalam negeri," jelas Arief.

Seperti diketahui, dalam program ini, 21,3 juta Kelompok Penerima Manfaat (KPM) mendapatkan 10 kg beras sebanyak 3 kali, sehingga total beras yang dibutuhkan sebanyak 639 ribu ton.

"Sampai dengan 5 Juli ini penyaluran telah terealisasi 99 persen, artinya sekitar 637 ribu ton CBP hasil pengadaan dalam negeri telah digelontorkan,” tuturnya.

Arief menambahkan, pemanfaatan CBP untuk mendukung berbagai program stabilisasi pasokan tersebut berdampak pada percepatan perputaran stok beras di Gudang BULOG.

Baca Juga: Beras Rojolele, UNS Beri Penguatan Branding untuk Tingkatkan Pemasaran

“Saat ini stok CBP kita yang ada di BULOG berisi beras new crop yang kualitasnya baik. Tidak ada lagi beras sisa stock yang telah disimpan beberapa tahun sehingga kualitasnya menurun,” ujarnya.

Sementara itu, per 5 Juli ini BULOG memiliki stok CBP sebanyak 557 ribu ton yang terdiri dari stok CBP hasil pengadaan/penyerapan dalam negeri 207 ribu ton dan stok CBP hasil pengadaan luar negeri 350 ribu ton.

“Stok CBP hasil pengadaan dalam negeri relatif lebih kecil karena kita terus gunakan secara berkala, salah satunya untuk kebutuhan bantuan pangan beras seperti yang disampaikan di awal,” ungkapnya.

Adapun terkait stok CBP hasil pengadaan luar negeri, Arief menyampaikan, stoknya saat ini sekitar 63 persen dari total stok CBP. “Itu memang sengaja kita simpan, mengingat tujuan awal pengadaan luar negeri adalah hanya untuk mengamankan stok CBP guna berjaga-jaga mengantisipasi kondisi kedaruratan. Jadi selama stok CBP dalam negeri masih tersedia kita prioritaskan penggunaan yang dalam negeri,” tegasnya.

Baca Juga: Hadapi Krisis Pangan, Bapanas: Penguatan Cadangan Bapok Strategis

Lebih lanjut, Arief mengungkapkan, pengadaan luar negeri untuk pengisian CBP dilakukan sebagai opsi terakhir, tentunya dengan mempertimbangkan kondisi prognosa stok beras tahun 2023. Di mana berdasarkan data Kerangka Sample Area (KSA) Badan Pusat Statistik (BPS) amatan Mei 2023, realisasi produksi beras per Mei 2023 tercatat sebesar 2,77 juta ton atau terkoreksi 40 ribu ton. Setelah Mei produksi dalam negeri berangsur menunjukkan penurunan dari puncak panen di bulan Maret 2023.

“Melihat tren ini tentunya langkah antisipasi melalui pengadaan luar negeri harus diambil untuk mengamankan stok beras nasional. Mengingat kebutuhan konsumsi beras nasional tahun 2023 diproyeksikan sekitar 30,8 juta ton,” ungkapnya.

Arief memastikan, pengadaan luar negeri dilakukan secara terukur dan diperuntukan hanya untuk mengisi stok CBP, sehingga dipastikan tidak masuk ke pasar komersial yang dapat mengakibatkan terganggunya harga beras petani.

“Kondisinya memang sangat terpaksa dan impor yang diproyeksikan 2 juta itu baru masuk 500 ribu ton, jadi tidak seperti yang dibayangkan 2 juta langsung masuk, dari practical tidak semudah itu,” tutupnya.