Pria di Surabaya Hampir Tewas saat Bercinta, Kok Bisa?

Berhubungan intim idealnya terasa menyenangkan lantaran mampu memuaskan hasrat seseorang. Namun, tidak demikian dengan seorang pria asal Surabaya

Ilustrasi bercinta. Foto: RealLife.

apahabar.com, JAKARTA - Berhubungan intim idealnya terasa menyenangkan lantaran mampu memuaskan hasrat seksual. Namun, tidak demikian bagi seorang pria asal Surabaya, yang justru hampir kehilangan nyawa saat bercinta.

Kasus tersebut sebagaimana dimuat dalam jurnal yang diunggah di Science Direct. Menurut penelitian itu, hampir tewasnya pria berusia 42 tahun tersebut dikarenakan dirinya mengidap aneurisma otak.

National Health Security (NHS) mendefinisikan aneurisma sebagai benjolan pada pembuluh darah berbentuk balon di otak. Aneurisma dapat pecah, yang lantas memicu pendarahan di otak atau stroke hemoragik.

Seseorang yang mengidap aneurisma otak pecah, umumnya, mengalami gejala berupa sakit kepala secara tiba-tiba dan sangat menyiksa. Rasa sakitnya ibarat dipukul benda tumpul dan terasa sangat nyeri.

Baca Juga: Bangga ‘Body Count’ Tinggi, Penyakit Menular Seksual Menanti

Namun, pada kasus pria di Surabaya, dia sama sekali tak merasakan gejala yang demikian. Dia tak pernah mengalami sakit kepala, tidak memiliki riwayat trauma, dan tidak mengonsumsi obat antikoagulan, antiplatelet, atau disfungsi ereksi yang berpotensi meningkatkan risiko aneurisma.

Menurut dokter yang menanganinya di Rumah Sakit Umum Dr. Soetomo, penyebab pecahnya aneurisma pada pria tersebut belum diketahui secara pasti. Namun lazimnya, kondisi ini dapat disebabkan penyakit lain.

Salah satunya, penyakit ginjal polikistik autosomal. Kondisi ni merupakan kondisi genetik yang menyebabkan banyak kista berkembang di ginjal, di mana ditandai dengan kantung kecil berisi cairan.

Kebiasaan merokok yang signifikan pun berpotensi meningkatkan risiko aneurisma otak. Hal tersebut dipicu zat berbahaya dalam asap tembakau yang merusak dinding pembuluh darah.

Selain itu, dapat pula disebabkan tekanan darah tinggi. Risiko pecahnya aneurisma bahkan semakin besar bila pengidap tekanan darah tinggi juga memiliki obesitas, banyak konsumsi garam, kurang makan sayur dan buah, serta konsumsi alkohol berlebihan.

Faktor itulah yang terindikasi pada kasus pria di Surabaya. Berdasarkan hasil pemeriksaan, dia memiliki tekanan darah yang tergolong sangat tinggi. Hasil CT scan turut menunjukkan adanya SDH pada sisi kiri otak yang menyebabkan terjadinya pembengkakan.

Prosedur Pembedahan Aneurisma

Pria itu lantas memutuskan menjalani operasi guna memperbaiki aneurisma yang pecah. Pembedahan memang dianjurkan jika aneurisma berisiko pecah, dengan harapan dapat mencegah darah mengalir ke tempat pecahnya aneurisma.

Pembedahan dilakukan dengan membuka tulang kepala, lalu tempat pecahnya aneurisma akan dipasangkan penjepit. Selanjutnya, dilakukan koiling endovaskular dengan memasukkan selang khusus (kateter) ke dalam pembuluh darah di kaki hingga mencapai kepala. 

Selanjutnya, dokter memasang alat untuk menutup perdarahan (koil). Pembedahan ini dilakukan tanpa membuka tulang kepala. Namun, bila dua prosedur sebelumnya tidak memungkinkan, dokter akan melakukan pembedahan flow diverter.

Pada jenis pembedahan ini, dipasangkan alat yang disebut stent di dalam pembuluh darah, sehingga darah dapat mengalir tanpa bocor kembali. Seluruh tindakan pembedahan adalah terapi, yang bisa saja menyebabkan risiko komplikasi, seperti kerusakan otak atau stroke.