Postpartum Depression

Postpartum Depression, Lebih Mengkhawatirkan dari Baby Blues

Postpartum depression adalah kondisi kesehatan mental yang terganggu pasca melahirkan dan berlangsung lebih lama.

Pospartum Depression. Foto: Hackensack Meridian Health

apahabar.com, JAKARTA - Postpartum depression adalah suatu kondisi kesehatan mental yang terganggu pasca melahirkan dan berlangsung lebih lama. Kondisi ini berbeda dengan baby blues yang biasanya berlangsung singkat dan bukan berupa kesedihan mendalam.

Postpartum depresi mungkin banyak diartikan sebagai baby blues, namun nyatanya kedua hal tersebut berbeda. Depresi pasca-melahirkan ialah kondisi lanjutan dari baby blues, yang berlangsung lebih dari 14 hari, atau lebih lama dari baby blues.

"Depresi pascapersalinan adalah masalah mental yang paling umum," ujar Lindsay R. Standeven, M.D., asisten profesor Psikiatri, dilansir Johns Hopkins Medicine.

Menurut penelitian, satu dari lima ibu baru, mengalami depresi pasca melahirkan. Hal ini juga dapat mengamcam jiwa, karena menjadi penyebab 20% kematian seorang ibu.

Faktanya banyak perempuan mengalami kewalahan dan kesedihan setelah menyambut kehadiran buah hati. Namun penelitian juga menunjukkan bahwa seorang ayah juga bisa mengalami depresi pasca melahirkan.

Baca Juga: Baby Blues, Ketika Psikis Ibu Tak Baik-baik Saja setelah Melahirkan

Hal ini dapat disebabkan karena sedih, lelah, kewalahan, dan sama seperti yang dialami ibu dengan hal tersebut.

Selain itu faktor risiko seperti riwayat gangguan kecemasan dan emosi dapat meningkatkan 30% hingga 35% depresi ini terjadi. Faktor riwayat keluarga dan genetik juga dapat berperan dalam hal ini.

Gejala Postpartum Depression
Postpartum Depression pada Seorang Ibu. Foto: Freepik

Tanda atau gejala dari postpartum depression ialah mudah lelah atau tidak bertenaga, kesedihan berlarut, mudah marah dan tersinggung, kesulitan tidur hingga pikiran yang mengganggu (termasuk untuk menyakiti diri sendiri dan bayi).

Selain itu, depresi ini juga menyebabkan berkurangnya nafsu makan, atau tidak bisa mengontrol nafsu makan. Serta merasakan rasa malu, bersalah hingga menurunnya kepercayaan diri.

"Banyak yang mengira depresi sebagai kesedihan, padahal tidak selalu demikian," kata Lauren Osborne, M.D, mantan asisten direksi di John Hopkins Center.

Gejala ini muncul dalam waktu empat minggu setelah melahirkan. Dalam beberapa kasus muncul bahkan dalam 72 jam pertama. Namun sulit diindentifikasikan mengenai hal ini.

Tanpa pengobatan, gejala ini bertahan hingga berbulan bahkan bertahun-tahun. Dalam sebuah penelitian, 25% partisipan masih mengalami depresi selama tiga tahun setelah kelahiran bayinya.

Baca Juga: Ibu Rumah Tangga Rentan Depresi

Sangat penting untuk tidak mengabaikan gejala-gejalanya, meskipun tidak memiliki riwayat gangguan mood. Penyakit ini juga dapat terjadi pada seseorang yang tidak memiliki riwayat kejiwaan sebelumnya.

Perawatan dan Penanganan

Dukungan orang sekitar serta lingkungan berperan penting dalam meringankan depresi ini. Membantu mereka bangun dari keterpurukan yang dihadapi dan membicarakan hal-hal yang dikhawatirkan bersama.

Melakukan edukasi terhadap pasien dan keluarga mengenai kondisi ini juga sangat diperlukan. Untuk lebih peduli dan mengetahui permasalahan tersebut. Jika diperlukan, dokter dapat meresepkan obat anticemas atau antidepresan.

Depresi pasca melahirkan dapat diobati dan dideteksi secara dini. Semakin cepat mendapatkan penanganan, semakin cepat meringankan gejala yang dialami. Namun jika kondisi memburuk, segera konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.