Porter

Porter Tanah Abang Dibayar Tergantung Pemakai Jasanya

Porter di Pasar Tanah Abang tidak memiliki penghasilan menentu karena mereka dibayar tergantung dari pemilik toko yang menggunakannya jasanya.

Porter sedang mengangkut barang yang diperikankan sampai 100 Kg ke mobil ekspedisi untuk dikirim ke luar jawa. Foto: apahabar.com/Gabid Hanafie.

apahabar.com, JAKARTA – Porter Pasar Tanah Abang penghasilannya tidak menentu karena mereka dibayar tergantung dari pemakai jasa mereka yaitu para pedagang di pasar itu.

“Itu pun bayarannya tergantung dari pemilik toko, jadi tidak ada ketentuan,” ucap salah satu porter di Pasar Tanah Abang Muhammad Hasan (39).

Muhammad Hasan (39) telah menjalani profesi porter selama 10 tahun.

Hasan mengambil pekerjaan sebagai porter adalah karena hanya mengenyam  pendidikan sampai SD.

Baca Juga: Rekomendasi Harga Set Top Box buat TV Digital Terbaru 2022

Ia bercerita orang tuanya tidak sanggup untuk menyekolahkannya ke tingkat yang lebih tinggi.

Seminggu empat kali ia beraktivitas di Pasar Tanah Abang sebagai porter.

Ia harus memanggul barang yang beratnya mencapai lebih dari 50 kg demi mendapat upah yang kadang sekedarnya.

Upahnya yang didapat dari satu kali angkut, dibayar Rp30-50 ribu oleh pemilik toko.

Baca Juga: Memento Mori: Tiada yang Lebih Setia Menanti Melebihi Kematian

Barang yang diangkut mulai dari karpet, kain, sampai dengan pakaian muslim.

Bayaran yang diberikan kepada porter dari pengguna jasanya,  tidak ada ketentuannya.

Jika pemiliki toko memintanya mengangkat barang 50-70 kg, ia hanya  dibayar dengan upah yang paling minimal.

Untuk meringankan pekerjaan porter memang disediakan troli untuk mengangkut barang.

Namun troli hanya digunakan saat di bagian luar gedung.

“Dari dalam keluar (gedung) saya harus angkat pakai badan,” ungkap Hassan.

Baca Juga: Gejala Penyakit yang Bisa Dilihat Lewat Kuku

Troli itu pun tidak gratis melainkan harus sewa.

Bayaran untuk menyewa troli, yaitu sebesar Rp5.000 sekali angkut.

Jika Hasan  mengangkut sampai empat kali, maka ia harus mengeluarkan biaya sewa troli Rp20 ribu.

“Belum (lagi) saya harus memberi setoran Rp25 ribu per minggu ke mandor,” kata Hassan.

Hassan mengaku bahwa uang bersih yang dibawa ke rumah, tidak sampai Rp100 ribu per harinya.

Baca Juga: Wow! Pedagang Pakaian Bekas di Pasar Senen Sehari Raup Omset Rp1 Juta

Alasannya adalah karena kebanyakan uang dihabiskan untuk makan dan minum, mengingat perkerjaannya yang berat.

Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, ia juga menjadi kuli bangunan ketika tidak beraktivitas sebagai porter di Pasar Tanah Abang.

Walaupun ia berprofesi sebagai porter, namun ia memiliki harapan besar untuk anak-anaknya.

“Bisa menempuh pendidikan yang lebih tinggi dari saya, kalau bisa sampai kuliah,” ujar Hassan.