Politik

Poros Ketiga Rosehan – Ovie Dianalogikan Bak Saudara yang Hilang

apahabar.com, BANJARMASIN – Kabar lahirnya poros ketiga pada Pemilihan Gubernur (Pilgub) Kalimantan Selatan (Kalsel), Desember 2020…

Duet Rosehan NB dan Aditya Mufti Ariffin dianggap bisa jadi ancaman bagi petahana di Pilkada Kalsel 2020. Foto-Istimewa

apahabar.com, BANJARMASIN – Kabar lahirnya poros ketiga pada Pemilihan Gubernur (Pilgub) Kalimantan Selatan (Kalsel), Desember 2020 mendatang kembali berembus.

Di mana poros ini mempertemukan dua partai politik besar di Kalsel, yakni Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dengan Partai Persatuan Pembangunan (PPP).

Poros ini dikabarkan akan mengusung Rosehan Noor Bachri (NB) – Aditya Mufti Ariffin.

Lantas bagaimana kans kedua nama ini di Pilgub Kalsel Desember 2020 nanti?

Pengamat Politik dan Kebijakan Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lambung Mangkurat, Setia Budi menilai koalisi PDI Perjuangan – PPP bukan hal yang mengejutkan.

"Khususnya ketika kader PDI Perjuangan Kalsel merapat ke kubu PPP untuk membangun koalisi bakal calon gubernur," ucap Setia Budi kepada apahabar.com, Jumat (10/7) siang.

Menurutnya, peta politik Kalsel masih sangat dinamis dengan segala kemungkinan yang bisa terjadi.

"Terus berkembang, bahkan terkadang mengejutkan," tegasnya.

Begitulah yang terjadi saat ini, kata dia, ketika tokoh PDI Perjuangan Rosehan Noor Bahri melakukan komunikasi ala Urang Banua dengan Aditya Mufti Ariffin, yang juga Ketua DPW PPP Kalsel.

"Secara kultural PPP mempunyai basis yang kuat di Kalsel,” beber Setia Budi.

PPP disebut selalu menunjukkan kebesarannya di tengah masyarakat Banjar. Bahkan sering dianalogikan sebagai partai Islam dengan basis utama pesantren dan pedesaan.

"Sehingga sangat disegani di wilayah ‘Banua Anam’ Hulu Sungai," cetusnya.

Sementara PDI Perjuangan, terutama di bawah kepemimpinan Mardani H Maming dinilai sangat tangguh di zona pesisir Kalsel. Di antaranya Tanah Laut, Tanah Bumbu dan Pulau Laut – Kotabaru.

"Itu sebabnya, jika bangunan koalisi PPP dan PDI Perjuangan terjadi, maka kekuatan gabungan zona Hulu Sungai dan zona pesisir itu bisa jadi akan mengancam posisi petahana," ungkapnya.

Ia berdalih dua kekuatan partai politik yang selama ini belum diperhitungkan, bahkan mungkin ditinggalkan sebagian para analis politik, sangat menentukan elektabilitas dan popularitas untuk mendulang suara.

"Modal utama PPP adalah basis pesantren dan pedesaan, sementara PDI Perjuangan kalangan milenial perkotaan. Ini jika dikaitkan dengan model dukungan," tambahnya.

Akan tetapi, tidak kalah penting adalah modal figuritas. Di mana PPP masih ada H. Rudy Arifin sebagai mantan gubernur yang dicap sukses membangun Ibu Kota Kalsel.

“Oleh sebab itu, PPP masih mempunyai dukungan tradisional,” katanya.

Selain syarat kultural yang cukup, tambah dia, syarat lain adalah kedekatan emosional partai ini dengan banyak tokoh di Banua.

Koalisi kedua parpol ini bisa dianalogikannnya bagai menemukan kembali saudaranya yang hilang.

“Dan publik terus menantikan koalisi ini untuk meramaikan agenda demokrasi di Kalsel,” pungkasnya.

Editor: Fariz Fadhillah