Polisi Tembak Polisi

Polisi Tembak Polisi di Bogor, ISESS: Saatnya Revolusi Mental! 

Penembakan anggota Densus 88 yang terjadi di Bogor harus menjadi momen penertiban anggota kepolisian.

Ilustrasi kasus polisi tembak polisi di Bogor yang masih diselidiki.Foto: Tribun.

apahabar.com, JAKARTA - Kasus polisi tembak polisi kembali terjadi setelah peristiwa Duren Tiga. Kali ini melibatkan anggota kepolisian Densus 88.

Bripda IDF tewas ditembak oleh seniornya sesama anggota kepolisian di Bogor pada Minggu (23/7). 

Peneliti kepolisian dari ISESS Bambang Rukminto mengatakan kasus penembakan polisi yang kembali terulang perlu ditanggapi secara serius oleh petinggi kepolisian.

Baca Juga: Densus 88 Tangkap Dua Teroris Terafiliasi Anshor Daulah

"Kasus kekerasan seperti ini akan terus terulang bila tak ada revolusi mental di Polri. Problemnya, revolusi mental itu tak akan pernah ada bila selalu ada toleransi pada pelanggaran hukum yang dilakukan oleh anggota," kata Bambang Rukminto kepada apahabar.com, Rabu (26/7). 

Biar publik ingat, Bharada E salah satu eksekutor Brigadir Joshua hanya divonis 1,5 tahun dan tak dipecat dari Polri. 

Rukminto lantas menyoroti keseriusan pernyataan kapolri yang tidak akan memberikan toleransi kepada pelanggar aturan internal. Peristiwa penembakan Bripda IDF, menurutnya, bisa menjadi momen untuk membenahi pengawasan hingga sanksi kepada anggota yang melanggar aturan.

Baca Juga: Bareskrim Libatkan Densus 88 Kejar Dito Mahendra

"Pernyataan Polri tidak akan memberikan toleransi kepada oknum pelanggar aturan atau perundangan yang berlaku menjadi klise, dan sekedar retorika bila dalam kasus sebelumnya (pembunuhan Brigadir Joshua) Polri mentoleransi pelaku pembunuhan dengan tidak memberikan sanksi maksimal," ungkap Rukminto.

Kasus di Bogor, menurutnya, menjadi pertanda bahwa masih ada celah di Polri soal pengawasan dan penindakan yang tak pernah memberikan efek jera dan menjadikan anggota polisi tertib aturan.

"Terkait kasus ini, agar tidak mengulang kasus Duren Tiga, Polri harus benar-benar transparan dalam mengungkap kasus tersebut. Publik memiliki logika sendiri yang tak bisa diatur dengan retorika-retorika yang tak logik," paparnya.

Baca Juga: Anggota Polisi Tewas Ditembak Seniornya di Bogor

Untuk itu masalah ini harus klir dalam pengungkapannya, mulai dari siapa yang melakukan penembakan, menggunakan jenis senjata apa hingga waktu dan lokasi peristiwa penembakan yang melibatkan anggota polisi itu.

"Siapa yang melakukan penembakan? menggunakan senjata apa? Kapan dan di mana TKP-nya?. Semua pertanyaan itu harus dibuka secara transparan dan sebaiknya juga melibatkan pihak-pihak eksternal untuk menjaga objektifitas dan transparansi," pungkasnya.

Spesifik terkait Densus 88, terlebih belum lama tadi seorang anggota Densus 88 bernama Bripda Haris Sitanggang turut terlibat pembunuhan seorang sopir taksi online, Bambang juga meminta jajaran antiteror berbenah. 

"Peran Densus 88 di situasi keamanan yang kondusif tentunya perlu dievaluasi," pungkasnya.