Kesehatan Anak

Pneumonia pada Anak, Penyakit Mematikan yang Terlupakan

Pneumonia pada anak memiliki risiko lebih besar, termasuk gangguan tumbuh kembangnya. Kenali gejala dan penyebab penyakit yang menyerang pernapasan tersebut.

Kenali Gejala, Penyebab dan Penanganan Pneumonia pada Anak. Foto: Shutter Stock

apahabar.com, JAKARTA - Pneumonia pada anak memiliki risiko lebih besar, sehingga mengganggu tumbuh kembangnya, kenali gejala dan penyebab penyakit yang menyerang pernapasan tersebut.

Anak-anak adalah generasi yang akan meneruskan, memimpin dan membangun negara di masa depan. Sehingga tiap pengaruh atau dampak buruk terhadap aspek mereka harus dapat pengawasan secara penuh.

Dalam menyambut Hari Kesehatan Nasional yang jatuh pada 12 November, P2P Kemenkes RI mengadakan Peringatan Hari Pneumonia Sedunia secara daring dan luring.

Pneumonia merupakan bagian dari ISPA dan insfeksi akut yang menyarang bagian saluran pernapasan, mulai dari hidung hingga saluran bronkus.

"Permasalahan ISPA meningkat beberapa dekade terakhir, baik secara global maupun nasional, dan terjadi di beberapa negara berkembang bahkan maju sekalipun," ucap dr. Iman Pambusi, MPHM, selaku Direktur Pencegahan dan Penyakit Menular Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, dikutip Senin (13/11).

Pneumonia adalah infeksi paru-paru yang menyerang kantung udara (alveoli) di ujung saluran napas. Infeksi berasal dari virus Streptococcus pneumoniae, mengganggu pengiriman oksigen dari kantung udara ke dalam darah dan pembuangan karbon dioksida dari darah.

Besarnya kematian Pneumonia sendiri disebut sebagai pandemi yang terlupakan, bahkan penyebab kematian terbanyak dibanding AIDS, malaria dan campak.

Setiap tahun, diperkirakan lebih dari dua juta balita meninggal karena pneumonia, jika dikalkulasikan tiap dua puluh detik akan ada bayi yang meninggal diakibatkan penyakit pernapasan ini.

Pneumonia pada Anak. Foto: Shutter Stock

Pada tahun 2016, UNICEF menetapkan pneumonia sebagai penyakit mematikan yang terlupakan, dengan tagline 'The Forgotten Killers of Children'.

"Besarnya kematian pnemonia disebut sebagai pandemi yang terlupakan dengan tidak banyak perhatian terhadap penyakit ini, sehingga disebut juga sebagai pembunuh balita yang terlupakan," kata dr. Rifan Fauzie, Sp.A (K), Dokter Spesialis Anak Konsultan Respirology.

Pneumonia masuk ke dalam sistem saluran pernapasan bagian atas, sehingga menimbulkan terjadinya kembangbiak kuman atau bekteri di jaringan paruparu. Menimbulkan reaksi inflamasi, yang berakhir menyebabkan kerusakan pada proporsi bagian paru-paru yang menyebabkan napas menjadi berat.

"Pneumonia pada anak menyebabkan tumbuh kembang serta masuknya nutrisi pada anak terganggu," tutur 

Pasalnya, masa anak-anak adalah fase terpenting pada tumbuh kembang, dimana setiap insult atau gangguan pada fase ini akan berpengaruh terhadap kesehatan dan tumbuhnya di masa depan.

Di negara berkembang, sekitar 60% kasus pneumonia disebabkan oleh bakteri, dan polusi domestik seperti asap kendaraan, kayu bakar hingga rokok.

UNICEF sendiri mengatakan bahwa polusi domestik dari negara berkembang menjadi penyebab pneumonia pada anak, berpengaruh terhadap kondisi respirasi pada anak, dengan terpapar oleh polutan domestik tersebut maka akan menyebabkan pernapasan terganggu.

Kenali Gejala Pneumonia Sedari Dini pada Anak
Ilustrasi Pneumonia pada Anak. Foto: Shutter Stock

Gangguan pernapasan ini dapat terlihat gejalanya mirip dengan ISPA, yaitu demam tinggi, disertai batuk pilek, anak menjadi rewel, hingga anak menjadi tidak nafsu makan.

Gejala lain yang dikatakan berat dan sangat berpotensi pneumonia adalah sesak napas, anak bernapas mulai dari cuping hidung, disertai dengan muntah-muntah dan tidak mau makan atau minum, sehingga menyebabkan dehidrasi yang memperburuh kondisi.

"Terkadang anak juga bernapas lebih cepat dan kesulitan disertai degnan nyeri pada dada, perut hingga gelisah atau rewel," ujar dr. Rifan.

Tanda lain yang dapat dilihat adalah dengan memperhatikan respiratori pernapasan pada anak, yaitu frekuensi anak bernapas dalam waktu tertentu. Seperti kesulitan bernapas hingga napas yang berat.

Adapun syarat respiratori napas pada anak dibagi dalam beberapa kategori, yaitu:
- Anak dengan usia dibawah 2 bulan, tidak lebih dari 60 kali per menit.
- Anak usia 2 hingga 12 bulan, kurang dari 50 kali per menit
- Balita 12 hingga 59 bulan, kurang dari 40 kali per menit.

Pneumonia dapat diperiksa sedini mungkin, dengan memperhatikan kondisi fisik dan tanda vital secara umum, seperti melihat frekuensi dan saturasi napas selama satu menit. Pemeriksaan kepala, hidung, rongga mulut, tonsil, faring hingga telinga pada anak.

Anak yang lahir dengan berat badan yang kurang dan down sindrom memiliki risiko tinggi terhadap penyakit yang menyerang pernapasan ini. Sehingga orang tua harus lebih ekstra dalam mengawasi kondisi mereka.

"Bayi dengan berat badan rendah yang tidak mendapat ASI eksklusif dan sering terpapar polusi eksternal dan domestik, lebih berisiko," tutup dr. Rifan.