Nasional

Pilu Pejuang Demokrasi di Kandangan: Tak Sempat Nikmati Uang Honor KPPS

apahabar.com, KANDANGAN – Honor tak seberapa, nyawa yang jadi taruhan. Demikian kisah pilu Ahmad (19), anggota…

TEKS: Sekcam Daha Selatan sekaligus Sekretaris PKK Daha Selatan Rudy Agus Firmansyah saat melayat bersama Kapolsek Daha Selatan Iptu Hilmiwansyah, Danramil Bambang Kiswoyo, dan didampingi kepala desa H Salim di rumah duka, Kamis (25/4). Foto: apahabar.com

apahabar.com, KANDANGAN – Honor tak seberapa, nyawa yang jadi taruhan. Demikian kisah pilu Ahmad (19), anggota KPPS yang bertugas di TPS 03 Desa Muning Tengah.

Pagi tadi pukul 06.00, Kamis (25/4) pejuang demokrasi asal Desa Muning Tengah RT 01 RK 01, Daha Selatan Kabupaten HSS itu berpulang.

Pemuda kelahiran 10 Maret 2000 tersebut dinyatakan meninggal dunia karena kelelahan saat bertugas selepas Pemilu 2019. Diduga ia kelelahan seusai bertugas.

"Innalilahi wa Inna ilaihi Raji'un pak Ahmad mengembuskan napas terakhirnya karena kelelahan setelah pemungutan dan penghitungan suara," kata Komisioner KPU Kalsel, Edy Ariansyah kepada apahabar.com di Banjarmasin, siang tadi,

Ahmad mengembuskan napas terakhir di kediamannya setelah kondisi kesehatannya terus drop karena kelelahan.

Di mata Sekretaris Panita Pemilihan Kecamatan (PPK) Daha Selatan, Rudi Agus Firmansyah, Ahmad merupakan sosok yang pendiam akan tetapi fokus dalam bekerja.

Rudi melayat langsung ke rumah duka bersama Kapolsek Daha Selatan Iptu Hilmiwansyah, Danramil Bambang Kiswoyo, dan Kepala Desa H Salim.

Rudi mengetahui Ahmad baru lulus SMA itu memiliki riwayat sakit (penggaringan).

Akan tetapi, entah mengapa saat menjadi anggota KPPS dirinya begitu semangat dan antusias dalam menjalankan tugas.

Baca Juga: Kelelahan, Pejuang Demokrasi di Kandangan Meninggal Dunia

“Sampai sampai ketika sesama rekannya pun mengajak untuk makan saat 17 April lalu, dirinya menolak,” kenang Rudi.

Ahmad saat hari H pelaksanaan pemilu sudah berada di TPS setelah subuh, atau pukul 05.30. Karenanya, kata dia, TPS 03 Desa Muning Tengah menjadi salah satu TPS tercepat dalam melakukan perhitungan surat suara usai pencoblosan. Yakni, pukul 24.00.

“Kalau TPS lainnya, kebanyakan selesai perhitungan surat suara jam 4 subuh bahkan pukul 5 subuh,” kata Rudy.

Masih menurut Rudy, orang tua Ahmad sebenarnya berupaya membawa anaknya berobat. Akan tetapi, Ahmad selalu menolak karena menganggap sakitnya tergolong biasa saja.

Orang tua Ahmad ketika Rudy melayat berkata bahwa sehari sebelum meninggal, si bungsu dari tiga bersaudara itu tampak sehat.

Menurutnya kedua ornag tuanya amat terpukul. Ahmad belum sempat merasakan uang honor bekerja jadi KPPS.

” Uangnya masih tersimpan, belum terpakai,” kata Rudy.

Ahmad, kata Rudy di mata keluarga merupakan sosok yang berbeda. Dari kebanyakan putra lainnya, si bungsu dari tiga bersaudara merupakan sosok pendiam. Dikenal sholeh, Ahmad dikenal rajin ke musala.

Ya, beban pemilu serentak bagi anggota KPPS tidaklah ringan. Mereka harus bekerja keras hingga 24 jam untuk menghitung surat suara. Ditambah dengan adanya tekanan mental.

Saat ini umumnya honor yang mereka terima hanya Rp500 ribu plus uang makan Rp150 ribu. Berstatus sukarelawan, tidak ada asuransi apapun yang melindung mereka.

Baca Juga:90 Petugas KPPS Meninggal, KPU: Akan Diusulkan Dapat Santunan

Reporter: Ahc02
Editor: Fariz Fadhillah