Kalsel

Pilu Anak Pasien Covid-19 di Banjarmasin: Dijauhi Warga Sekampung!

apahabar.com, BANJARMASIN – Meninggalnya pasien yang disebut seorang juru parkir (jukir) di Pasar Sentral Antasari tengah…

Pasar Sentral Antasari tetap dibuka sekalipun seorang juru parkir di sana dilaporkan terkonfirmasi Covid-19. Foto-apahabar.com/Bahaudin Qusairi

apahabar.com, BANJARMASIN – Meninggalnya pasien yang disebut seorang juru parkir (jukir) di Pasar Sentral Antasari tengah hangat diperbincangkan.

Meminjam laporan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Banjarmasin, jukir itu terkonfirmasi Covid-19.

Belakangan, keluarga membantah mentah-mentah informasi yang disampaikan Gugus Tugas itu.

Kepada apahabar.com, anak mendiang berinisial AN (24) bercerita panjang lebar.

Mulai dari profesi hingga asal muasal mendiang diduga tertular virus mematikan asal Wuhan, China itu.

“Informasi itu salah. Abah bukan penjaga parkir, tapi beliau punya lahan di sana,” ujarnya, pagi tadi, Jumat (1/5).

Mendengar pernyataan pemerintah, AN terkejut. Pasalnya tak ada konfirmasi langsung ke keluarga.

Dia bercerita keterangan pemerintah itu juga berimbas terhadap masyarakat yang mencari nafkah di Pasar Sentral Antasari Banjarmasin.

“Saya kasihan dengan orang yang mencari rezeki di pasar. Kalau orang takut ke pasar, bagaimana mereka memberi makan untuk anak dan istri,” kata AN.

Mendiang, kata dia, sudah lama bekerja di salah satu perusahaan swasta di Banjarmasin.

Kemudian sang ayah memperoleh lahan parkir di Pasar Sentral Antasari Banjarmasin.

“Seandainya tak ada yang dirugikan, maka tak perlu klarifikasi. Tak ada untung dan ruginya bagi saya pribadi,” ungkap AN.

Selanjutnya, ia juga menceritakan asal muasal dugaan sang ayah tertular Covid-19.

Awalnya, mendiang pergi ke rumah teman. Di sana sang ayah juga bertemu dengan temannya yang baru saja keluar dari karantina Covid-19 di Kalimantan Tengah (Kalteng).

“Abah duduk di sana cukup lama. Abah tak ada keluar kota,” ungkap anak kedua dari lima bersaudara ini.

Bahkan almarhum secara 2 hari berturut-turut berkunjung di rumah teman tersebut.

Saat itu lelaki berusia 46 tahun itu sudah menunjukkan batuk, meriang dan sakit tenggorokan.

“Ketika sudah hari ketiga, abah di rumah saja sampai dengan hari keempat,” bebernya.

Lantaran sudah berumur, keluarga pun menduga sang ayah hanya tertular demam biasa.

“Abah itu menganggap penyakit biasa saja dan tak kepikiran ke arah sana. Abah juga disuruh periksa, namun beliau tak mau. Namanya abah sudah tua, ditambah memiliki penyakit gula darah sehingga cepat tertular. Mungkin sudah takdir abah seperti ini,” ujar AN.

Selama sakit di rumah, mendiang dirawat oleh istri dan tiga anak.

Informasi terakhir, istri dan anak itu diisolasi mandiri sembari menunggu hasil swab.

“Adik saya yang laki-laki itu dinyatakan negatif karena tak ada kontak langsung dengan abah,” jelasnya.

Ia meminta kepada publik agar memberikan semangat kepada pasien yang terkonfirmasi positif Covid-19.

Bukan malah mengucilkan. Itu akan membuat daya tahan tubuh penderita semakin menurun sehingga rentan terpapar Covid-19.

“Adik saya itu sudah dinyatakan negatif, tapi tetap dijauhi. Begitu pula nenek saya yang tak pernah bersentuhan langsung dengan almarhum. Semua dijauhi orang kampung,” AN menjelaskan.

“Terus pakai masker dan jaga kebersihan. Kalau Anda jadi korban Covid-19 ini, bukan hanya anda yang menderita, tapi semua keluarga akan dijauhi. Itu fakta di lapangan,” pungkasnya.

Reporter: Muhammad Robby
Editor: Fariz Fadhillah

================
Catatan redaksi: Artikel ini sengaja tidak menampilkan foto anak korban untuk menghargai privasi narasumber.