Tak Berkategori

Pilpres AS 2020, Jelang Lengser Trump Pecat Menhan AS! Tempatkan Loyalis Isi Jabatan Pentagon

apahabar.com, JAKARTA – Presiden Donald Trump yang diambang kekalahan dari rivalnya Joe Bidan di Pilpres AS…

Presiden Amerika Serikat Donald Trump. Foto-Pixabay/Geralt

apahabar.com, JAKARTA – Presiden Donald Trump yang diambang kekalahan dari rivalnya Joe Bidan di Pilpres AS 2020, melakukan langkah ekstrem dengan memecat Menteri Pertahanan Mark Esper.

Setelah memecat Menhan di masa transisi pemerintahan, Trump kemudian mengangkat sejumlah orang yang setia kepadanya di Kementerian Pertahanan (Pentagon).

Seperti dilansir Associated Press, Rabu (11/11), di antara para loyalis Trump yang diangkat menjadi pejabat di Pentagon adalah seorang mantan narasumber stasiun televisi Fox News, Anthony Tata.

BACA JUGA : Hasil Pilpres AS 2020, Trump Akan Ungkap Kecurangan Perhitungan Suara, Biden Sebut Memalukan!

BACA JUGA :Hasil Pilpres AS 2020, Melania dan Menantu Minta Donald Trump Menyerah dan Akui Kemenangan Biden

Trump menolak mengakui kemenangan Biden di Pilpres AS 2020. Ia mengatakan Biden terlalu terburu-buru mengklaim kemenangan setelah jaringan televisi AS mengumumkan kemenangan Demokrat.

Trump beserta tim kampanye menegaskan bakal menempuh jalur hukum untuk menolak hasil pilpres yang memenangkan Joe Biden.

Ia dan timnya menuduh terjadi kecurangan di Pennsylvania dan negara bagian lain yang memenangkan perolehan suara Biden. Namun, klaim tersebut dilontarkan tanpa bukti.

Menlu Bahrain Abdullatif Al Zayani, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, dan Menteri Luar Negeri Uni Emirat Arab Abdullan bin Zayed menunjukkan salinan kesepakatan ketiga negara, dengan disaksikan Presiden AS Donald Trump selama upacara penandatanganan Abraham Accords di Halaman Selatan Gedung Putih, Washington, Amerika Serikat, Selasa (15/9/2020). Foto-Reuters/Tom Brenner via Antara

Berdasarkan hasil CNN Projection, setelah kemenangan di negara bagian tempat ia dilahirkan menempatkannya atas 270 suara elektoral yang dibutuhkan untuk menang.

Biden sekarang memiliki total 279 suara elektoral dengan Donald Trump meraih 214 suara.

dilansir CNNIndonesia, perombakan itu membuat para pegawai di Pentagon dari kalangan sipil dan militer bertanya-tanya tentang siapa lagi pejabat yang akan diganti.

Mereka juga khawatir dicopot atau dimutasi jika dinilai tidak cukup setia terhadap Trump.

Di sisi lain, perombakan para pejabat Pentagon seolah menyeret militer yang selama tidak berpolitik ke dalam pusaran polemik selepas pemilihan presiden AS.

Selain itu, hal tersebut juga dinilai bisa membuat proses peralihan pemerintahan tidak berjalan mulus.

Setelah Esper dipecat, Trump mengangkat Direktur Pusat Kontra Terorisme Nasional, Christopher Miller, sebagai penggantinya.

Sejumlah bawahan Esper lantas menyatakan mengundurkan diri. Wakil Menhan AS Bidang Kebijakan, James Anderson, memutuskan mundur dari jabatannya pada Selasa (10/11/2020) pagi waktu setempat.

BACA JUGA : Update Hasil Pilpres AS 2020, Ketua DPR AS Sebut Joe Biden Presiden Terpilih, Trump Mulai Ditinggalkan

Dia langsung digantikan oleh Tata yang merupakan pensiunan perwira tinggi Angkatan Darat AS berpangkat terakhir brigadir jenderal.

Akan tetapi, Tata tidak akan menjabat sebagai pelaksana tugas Menhan AS, dan tetap mengisi jabatan yang ditinggalkan Anderson. Tata adalah seorang pensiunan jenderal yang dikenal loyal terhadap Trump.

Akan tetapi, dia bukan calon pejabat yang dilirik oleh Kongres, lantaran dua tahun lalu sempat mencuit melalui Twitter bahwa Islam adalah agama yang paling menindas dan penuh kekerasan.

Bahkan dia sempat mencuit Presiden Barack Obama sebagai pimpinan teroris. Namun, cuitan itu kemudian dihapus.

Presiden AS Donald Trump. Foto-Net

Pejabat Pentagon yang mundur selain Anderson adalah Wakil Menhan bidang Intelijen, Laksamana Madya (purnawirawan) Joseph Kernan.

Posisi Kernan lantas digantikan oleh Ezra Cohen-Watnick.

Kepala Staf Menhan AS, Jen Stewart, juga memutuskan mundur dan diganti oleh anak buah Miller, Kash Patel.

Patel dan Cohen-Watnick pernah bekerja sama di Dewan Keamanan Nasional dan merupakan loyalis Trump. Patel juga kerap mendampingi Trump saat melakukan putaran terakhir kampanye pilpres.

Selain itu, Patel adalah mantan jaksa terkait masalah keamanan nasional di Kementerian Hukum AS. Dia juga sempat menjadi staf khusus anggota Dewan Perwakilan fraksi Partai Republik asal California, Devin Nunes, yang menjadi anggota Komisi Intelijen Dewan Perwakilan AS.

Patel disebut terkait dengan upaya untuk mendiskreditkan hasil penyelidikan tim gabungan tentang intervensi Rusia dalam pilpres AS 2016 silam.

BACA JUGA : Hasil Pilpres AS 2020, Trump Mulai Ditinggalkan Pejabat Senior, Pendukung Biden Menari di Jalan-jalan

Saat bertugas di Dewan Keamanan Nasional, Patel dikirim ke Suriah untuk berunding terkait pembebasan dua warga AS, salah satunya jurnalis Austin Tice, yang disandera.

Sementara Cohen-Watnick pernah bertugas menjadi staf di Gedung Putih.

Belum diketahui secara pasti apakah perombakan ini bakal berdampak terhadap pola kebijakan di Pentagon. Sebab selama ini Pentagon terdiri dari kalangan sipil dan militer yang menjalankan pola kerja dengan rantai komando yang tegas.

Presiden terpilih Amerika Serikat Joe Biden. Dia dilaporkan tak akan mau lagi berjumpa dengan Donald Trump usai pelantikan 20 Januari 2021 (foto: AP/ Andrew Harnik)

Trump Tinggal Sejarah

Presiden terpilih Amerika Serikat (AS), Joe Biden, dilaporkan tidak akan mau lagi berjumpa dengan Donald Trump usai pelantikan yang rencananya akan digelar pada 20 Januari 2021.

“Dia (Joe Biden) tidak akan mau menemui lagi Donald Trump. Donald Trump akan lengser dari kekuasaan dan pada 20 Januari tinggal sejarah, masa lalu. Joe tidak akan bicara soal Donald Trump. Siapa yang peduli?,” kata adik bungsu Biden, Valerie Biden Owens, seperti dilansir The Guardian, Rabu (11/11/2020).

Valerie menyatakan hal itu dalam acara bincang-bincang yang ditayangkan oleh stasiun televisi HBO pada Selasa (10/11/2020).Valerie selama ini turut terlibat dalam kampanye sebagai manajer, sekaligus menjadi penasihat politik.

Dia mengatakan Biden tidak akan mau lagi menyebut nama Trump yang merupakan Presiden ke-45 AS.