Pemilu 2024

Pilpres 2024 Diprediksi Berlangsung Dua Putaran, Nihil Capres Dominan

Dosen Ilmu Politik Universitas Indonesia, Aditya Perdana memprediksi Pilpres 2024 akan berlangsung dua putaran lantaran tak ada bacapres yang dominan.

Ilustrasi - Calon Presiden Republik Indonesia pada Pemilu 2024. ANTARA/Naufal Ammar

apahabar.com, JAKARTA - Dosen Ilmu Politik Universitas Indonesia, Aditya Perdana memprediksi Pilpres 2024 akan berlangsung dua putaran lantaran tak ada bacapres yang dominan.

Para bacapres yang muncul yakni Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, dan Prabowo Subianto tak menari bebas dalam elektabilitas yang menohok. Bahkan mereka tak mampu mengantongi lebih dari 40 persen elektabilitas.

"Hal ini mendorong adanya skema simulasi ataupun skenario dua putaran. Namun skenario yang ada pun tidak mudah dapat dilakukan," kata Aditya, Selasa (26/9).

Baca Juga: Anies-Imin Andalkan Blusukan Demi Dongkrak Suara Rakyat

Baca Juga: Relawan Prabowo Kalsel Balik Badan Dukung Ganjar: Peduli Kemiskinan!

Ia menerangkan bahwa Pilpres 2024 sulit berjalan hanya satu putaran, sehingga kebuntuan jalinan koalisi menjadi salah satu ancaman bagi partai pengusung.

Sementara, figur bacawapres masih dinilai belum mampu mendongkrak elektabilitas para capres. Terlebih bacawapres yang baru diusung baru Muhaimin Iskandar, sebagai pendamping Anies.

Selebihnya Ganjar dan Prabowo belum memiliki pendamping.

"Untuk faktor bacawapres tidak ada yang mampu mendongkrak keterpilihan bacapres seandainya berbagai simulasi dilakukan," jelasnya.

Baca Juga: Gerindra Bidik Khofifah jadi Ketua Timses Prabowo di Pilpres 2024

Adapun spekulasi politik yang terus berkembang, kata dia, adalah satu atau dua putaran pilpres dan kaitannya jumlah pasangan bakal calon yang kemungkinan akan mendaftar di KPU.

"Dukungan Pak Jokowi terhadap bacapres tertentu bahkan hingga posisi Kaesang, anak Pak Jokowi, memutuskan sebagai anggota PSI dikait-kaitkan dengan arah 'endorsement' Pak Jokowi," ungkap dia.

Selain itu, sambung dia, percepatan jadwal pendaftaran capres dan pelaksanaan pilkada terkesan tidak terlepas dari spekulasi.

Sebagian besar pimpinan elite parpol berkehendak untuk menyelesaikan pilpres dalam satu putaran demi efektifitas dan efisiensi pemilu serentak.

"Artinya, belum ada titik temu yang memuaskan para elite politik dari semua skenario ataupun simulasi yang dikehendaki karena berlawanan dengan suara publik yang tercermin dari berbagai hasil survei elektabilitas para bacapres yang berkembang selama ini," imbuh dia.

Baca Juga: KPU Resmi Usulkan Percepat Pendaftaran Capres-cawapres 10 Oktober

Akibat dari stagnan pembentukan koalisi, tambah dia, terlihat jelas sebagian besar elite partai politik cenderung bersikap melihat perkembangan, tidak agresif untuk melakukan manuver dalam pembentukan koalisi, dan seakan menunggu atau bermain aman dalam pencalonan pilpres sehingga publik hanya diminta mengikuti pertunjukan yang sedang dimainkan para elite.

Padahal, katanya, publik yang dimaksud adalah pemilih yang dapat menentukan arah permainan elite. Publik pula yang saat ini tidak sepenuhnya mengikuti irama dan skenario yang diinginkan elite dalam upaya mendorong satu putaran pilpres.

"Kita berharap ada kejutan-kejutan yang lebih baik agar ada upaya memecahkan kebuntuan koalisi agar publik memiliki banyak pilihan yang variatif dalam koalisi pilpres mendatang," pungkasnya.