teknologi pertanian

Petani Milenial Manfaatkan Plasma Ozon, Jaga Kualitas Produk Pertanian

Petani milenial, Shofyan Adi Cahyono punya cara unik untuk menjaga penampilan dan daya segar sayur yang ditanamnya.

Seorang warga memilih sayur-mayur organik di Toko Modern di Jakarta, Kamis (23/11). Foto: Antara

apahabar.com, JAKARTA - Petani milenial, Shofyan Adi Cahyono punya cara unik untuk menjaga penampilan dan daya segar sayur yang ditanamnya.

Salah satunya dengan memanfaatkan teknologi plasma ozon yang membuat sayuran miliknya menjadi lebih terjaga kesegarannya. Sehingga tidak mudah busuk dan dapat disimpan lebih lama.

"Manfaat dari penggunaan ozon sudah kami rasakan itu," katanya seperti dilansir Antara, Jumat (24/11).

Baca Juga: Kinerja Ekspor Indonesia Dipengaruhi Perlambatan Ekonomi AS dan China

Adi mengungkapkan cuaca ekstrem yang terjadi belakangan ini cenderung membuat memicu pembusukan lebih cepat.

Selain itu, juga mempercepat timbulnya patogen-patogen penyakit yang dapat merugikan petani. Terlebih, pertanian organik tanpa pestisida kimia menjadi penanganan hama seperti ulat sulit dilakukan secara manual.

Menanggulangi kondisi tersebut yang membuat Adi memanfaatkan teknologi plasma ozon sebagai metode untuk mereduksi residu pestisida.

"Ozon ini juga memiliki kemampuan untuk mereduksi residu pestisida. Jadi, kita bisa mengklaim bahwa produk kami ini benar-benar organik," katanya.

Baca Juga: Kereta Cepat Whoosh Beri Promo Libur Nataru, Cek Harganya

Dia menyebut bahwa penggunaan plasma ozon juga memberikan keuntungan dalam mendukung klaim bahwa produk mereka benar-benar organik.

Sedangkan dalam aspek operasional, keunggulan teknologi ozon terletak pada kemudahan penggunaan dan biaya operasional yang rendah.

Apalagi, kata dia, karyawan dengan latar belakang pendidikan SMK dapat mengoperasikannya dengan mudah, meminimalkan waktu pelatihan.

Baca Juga: Ratusan Petani Tembakau di Madura Tolak RPP Kesehatan

Dengan biaya operasional yang terjangkau, teknologi plasma ozon tidak hanya ramah lingkungan tetapi juga sesuai dengan standar pertanian organik.

"Kami mayoritas adalah lulusan SMK sehingga kalau dengan teknologi-teknologi yang canggih tentu butuh waktu untuk training," ujarnya.