Peserta Lomba Inovasi Daerah 2023 di Batola Meningkat, Sekdakab Beri Catatan Khusus

Tersisa catatan khusus dari penyelenggaraan Lomba Inovasi Daerah 2023 di Barito Kuala (Batola).

Sekdakab Batola, Zulkipli Yadi Noor, berdialog dengan siswi SMAN 1 Marabahan yang menjadi pemenang Lomba Inovasi Daerah 2023 kategori pelajar. Foto: Dokpim Batola

apahabar.com, MARABAHAN - Tersisa catatan khusus dari penyelenggaraan Lomba Inovasi Daerah 2023 di Barito Kuala (Batola).

Lomba yang memasuki edisi ketiga itu sudah menghasilkan pemenang. Pun piagam dan uang hadiah telah diserahkan, baik untuk kategori Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), maupun masyarakat umum dan pelajar, Kamis (5/10).

Selanjutnya seluruh pemenang juga akan diikutsertakan dalam Kalsel Innovation Award (KIA) yang digelar 2024 mendatang.

Dibanding penyelenggaraan sebelumnya, event yang dihajat Badan Perencanaan Penelitian dan Pengembangan (Bappelitbang) Batola ini juga terus meningkat.

Dibuktikan dari jumlah peserta yang lebih banyak dibandingkan edisi 2021 dan 2022.

"Tercatat 60 peserta yang mengikuti Lomba Inovasi Daerah 2023," papar Lasiman, Kabid Penelitian dan Pengembangan Bappelitbang Batola.

"Kami mencatat kenaikan hingga 300 persen dari edisi 2022 yang hanya diikuti 20 peserta," sambungnya.

Namun demikian, Bappelitbang Batola juga mencatat bahwa kualitas inovasi harus ditingkatkan.

"Dari total 60 inovasi, hanya 21 yang bisa dilanjutkan mengikuti Innovation Government Award di Kementerian Dalam Negeri," tegas Lasiman.

"Kedepan dalam upaya meningkatkan kualitas, kami telah menyiapkan aplikasi Sistem Informasi Inovasi Daerah Barito Kuala (Sinovora Bakula)," imbuhnya.

Baca Juga: Lomba Inovasi Daerah 2023 di Batola, DPMD Pertahankan Gelar Jawara Kategori SKPD

Terlepas dari beberapa evaluasi, inovator di Bumi Selidah juga didorong untuk terus berkreasi dan mengembangkan budaya inovasi.

Terlebih posisi Pemkab Batola dalam Innovative Government Award (IGA) kurang menggembirakan. Bahkan di antara kabupaten/kota di Kalimantan Selatan, Batola berada di peringkat 13 alias paling buncit.

Sementara di level nasional, Batola menempati peringkat 333 dari 544 kabupaten/kota.

"Salah satu ciri kemajuan peradaban adalah inovasi. Artinya dengan posisi Batola di urutan kesekian, inovasi menjadi salah satu tantangan," cetus Penjabat Bupati Batola melalui Sekretaris Daerah Kabupaten (Sekdakab) Zulkipli Yadi Noor.

"Pepatah Inggris bahkan menyebutkan 'innovate or die' yang artinya ketidakmampuan berinovasi sama saja dengan mati," sambungnya.

Selain memperbanyak inovasi, tantangan berikutnya adalah cara agar produk-produk inovator dapat diaplikasikan atau dipakai.

"Dalam konteks pemerintahan, inovasi-inovasi tersebut semestinya dapat meningkatkan pelayanan publik dan daya saing Batola," tegas Zulkipli.

"Kedepan kami juga berharap para pelajar terus didorong untuk berinovasi dan mengembangkan kreativitas, serta tidak terjebak dogma. Inilah maksud dari penerapan Kurikulum Merdeka sebenarnya," pungkasnya.