Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan Ekonomi, Survei Kurious: Isu Utama yang Harus Dibenahi

Pertumbuhan ekonomi menjadi isu yang mendapatkan perhatian paling besar dari masyarakat yang harus dibenahi oleh capres dan cawapres pada pemilu 2024.

Ilustrasi pertumbuhan ekonomi. Foto-Istimewa

apahabar.com, JAKARTA - Pertumbuhan ekonomi menjadi isu ekonomi yang mendapatkan perhatian paling besar dari masyarakat yang harus dibenahi oleh calon presiden dan calon wakil presiden pada pemilu 2024.

Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Kurious, 68,7 persen responden menempatkan pertumbuhan ekonomi menjadi isu paling atas yang harus dibenahi.

Deputy Head Kurios Mirza Akmarizal mengatakan, isu pertumbuhan ekonomi mengalahkan isu lainnya seperti pengangguran, inflasi, stabilitas harga BBM dan kesiapan industri digital.

“Isu yang paling besar mendapatkan perhatian dari masyarakat adalah pertumbuhan ekonomi dengan 68,7 persen responden menganggap isu inilah yang harus menjadi prioritas untuk dibenahi oleh capres-cawapres pada pemilu 2024," ungkap Mirza dalam webinar Peluncuran Survei Cepat Kurious dan Microsite Katadata Pemilu 2024, Selasa (21/2).

Baca Juga: UMKM hingga Industri, Sumber Pertumbuhan Ekonomi 2023

Isu berikutnya adalah pengangguran (54,3 persen), inflasi (29,8 persen), stabilitas harga BBM (25,5 persen) dan kesiapan industri digital (21,7 persen). 

Mirza menambahkan, selain lima masalah di atas, masalah lain yang juga harus dibenahi oleh pemenang pemilu 2024 adalah kemiskinan (70,1 persen), lapangan pekerjaan (63,7 persen) dan pendidikan (52,9 persen).

Sementara itu, pengamat politik dari Universitas All Azhar Indonesia Ujang Komarudin mengungkapkan, demokrasi di Indonesia sangat sulit untuk dilepaskan dari politik uang.

Ujang yang juga Direktur Eksekutif Political Review mengungkapkan, dirinya pernah melakukan riset terkait perilaku pemilih dalam pemilu dan juga politik uang.

Baca Juga: Implementasi Industri 4.0, Tingkatkan Pertumbuhan Ekonomi 2 Persen

“Jadi, dari riset yang sudah saya lakukan dan ini bisa dipertanggungjawabkan, sebagian besar pemilih justru ingin politik uang itu dilakukan di hari H dan bukan H-2 atau H-3,” kata Ujang.

Dia menambahkan, "Jadi, istilah serangan fajar itu memang nyata, selama pendidikan dan pendapatan masih rendah serta penegakan hukum belum optimal, sangat sulit untuk menghilangkan politik uang dalam pemilu."

Senada, Ekonom Faisal Basri mengaku pesimistis Indonesia bisa mendapatkan pemilih yang baik. Kalaupun ada, calon pemimpin itu harus mengikuti agenda yang dituntut oleh kelompok muda yang merupakan 2/3 persen suara pemilih dalam pemilu nanti.

"Saya membayangkan adanya gerakan kultural seperti yang dilakukan BTS Army di Amerika dulu yang bisa membuat Donald Trump tidak berkutik di masa kampanye. Karena kampanye di AS itu pakai tiket dan semua tiket diborong oleh BTS Army dan Donald Trump shock," katanya

Baca Juga: Pengamat Prediksi Pertumbuhan Ekonomi 2023 Berkisar 4,9 - 5,0 Persen

Di Indonesia, kata Faisal, BTS Army juga banyak. Jika mereka merasa terancam, mereka bisa melakukan gerakan sosial. "Mereka juga melakukan gerakan sosial menyelamatkan bumi dari kerusakan,” jelasnya.

Menurut Faisal, gerakan seperti yang dilakukan BTS Army bisa diterapkan untuk menciptakan pemilu yang bersih.