Pertamina Geothermal Energy

Tingkatkan Basis Kapasitas Terpasang, Pertamina Geothermal Energy Siapkan Investasi 1,6 miliar Dolar AS

PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) Tbk siapkan investasi 1,6 miliar dolar AS hingga 2027 untuk meningkatkan basis kapasitas terpasang energi panas bumi.

Tim PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) Area Lahendong berfoto bersama usai berhasilnya proses commissioning (masuknya aliran listrik) Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Binary Organic Rankine Cycle 500 kW di Kota Tomohon, Sulawesi Utara, Kamis malam (8/12/2022). Foto: ANTARA

apahabar.com, JAKARTA - PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) Tbk menyiapkan investasi sebesar 1,6 miliar dolar AS hingga 2027 untuk meningkatkan basis kapasitas terpasang energi panas bumi.

Direktur Keuangan PGE Nelwin Aldriansyah mengatakan perseroan menargetkan peningkatan basis kapasitas terpasangnya yang dioperasikan sendiri, dari 672 megawatt (MW) saat ini menjadi 1.272 MW pada 2027," kata Nelwin lewat keterangannya diterima di Jakarta, Minggu (12/2).

Kunci untuk mendukung pertumbuhan pendapatan perseroan adalah peningkatan dan pertumbuhan kapasitas terpasangnya. Untuk mendukung pertumbuhan kapasitas terpasang yang dioperasikan sendiri sebesar 600 MW itu, perseroan merencanakan investasi baru yang total nilainya 1,6 miliar.

Nelwin menjelaskan, pada 2023, emiten berkode saham PGEO itu telah menyiapkan investasi baru sebesar 250 juta dolar AS, dari estimasi belanja modal yang hanya sebesar 60 juta dolar AS pada 2022. Selanjutnya pada 2024, PGE menyiapkan investasi baru senilai 350 juta dolar AS.

Baca Juga: Kebijakan Kementerian ESDM di Sektor Hulu, Berdampak Positif bagi Pertamina

"Makanya kami menyisir berbagai alternatif pendanaan seperti pelepasan saham perdana atau IPO (initial public offering) ini. Dalam waktu dekat, kami juga akan menerbitkan 'green bond' dan alternatif pembiayaan lainnya," ungkapnya.

Lepas 25 persen saham

Anak usaha PT Pertamina (Persero) itu kini tengah melaksanakan melaksanakan IPO dengan melepas sebanyak-banyaknya 25 persen saham ke publik dari modal ditempatkan dan disetor penuh setelah IPO.

PGE rencananya akan melepas sebanyak-banyaknya 10.350.000.000 (10,35 miliar) saham biasa dengan harga pelaksanaan penawaran perdana dengan kisaran Rp820-Rp945.

Lewat penawaran umum perdana saham, PGE menargetkan perolehan dana sebanyak-banyaknya Rp9,78 triliun. Alokasi hasil IPO akan digunakan oleh perseroan salah satunya untuk kebutuhan belanja modal (capital expenditure/capex).

Baca Juga: Restrukturisasi Organisasi dan Bisnis, Kinerja Pertamina Semakin Membaik

Selain itu, PGE juga turut mengalokasikan sebanyak-banyaknya 1,50 persen atau 630.398.000 (630,39 juta) saham dari modal ditempatkan dan disetor penuh setelah penawaran umum untuk program opsi pembelian saham kepada manajemen dan karyawan.

Kebijakan itu sesuai dengan keputusan pemegang saham secara sirkuler pada 27 Januari 2022.

Periode penawaran umum perdana saham PGE dijadwalkan berlangsung pada 20 Februari 2023 hingga 22 Februari 2023. Pencatatan atau "listing" perdana di papan utama Bursa Efek Indonesia (BEI) akan dilakukan pada 24 Februari 2023.

Dalam penawaran umum perdana saham, PGE menunjuk PT Mandiri Sekuritas, PT CLSA Sekuritas Indonesia, dan PT Credit Suisse Sekuritas Indonesia sebagai penjamin pelaksana emisi efek. PGE juga menunjuk CLSA, Credit Suisse, dan HSBC sebagai "international selling agents".

Baca Juga: Unit Bisnis Adani Ada di Indonesia, BEI Pantau 'Saham Gorengan'

Tren positif kinerja perseroan

Sebelumnya, PGE mencatat perseroan mencapai 287 juta dolar AS hingga akhir kuartal III/2022 atau tumbuh 3,9 persen "year-on-year" (yoy). Rapor pertumbuhan pendapatan itu melanjutkan tren positif kinerja "top line" perseroan dalam 3 tahun terakhir atau pada rentang 2019-2021.

Tercatat, pendapatan tiap tahun, yakni 328 juta dolar AS pada 2019, 354 juta dolar AS pada 2020, dan 369 juta dolar AS pada 2021.

Sejalan dengan pertumbuhan pendapatan, PGE membukukan kenaikan laba bersih signifikan 67,8 persen secara tahunan menjadi 111 juta dolar AS pada September 2022. Kemudian, "net profit margin" (NPM) juga naik dari 24 persen pada kuartal III/2021 menjadi 38,8 persen per akhir kuartal III/2022.

Pencapaian PGE itu juga didukung kesepakatan kontrak jangka panjang atau rata-rata di atas 20 tahun dengan PT PLN (Persero) sebagai "offtaker" tunggal. Posisi tersebut sekaligus memastikan perolehan arus kas yang dapat diprediksi.