Pertamax Langka di Banjarbaru, Warga Terpaksa Beralih ke Pertalite

Sejumlah masyarakat di Banjarbaru mengeluhkan Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Pertamax yang sulit ditemukan.

Sejumlah SPBU di Banjarbaru kehabisan stok Pertamax. Foto: bakabar.com/Fida

bakabar.com, BANJARBARU - Sejumlah masyarakat di Banjarbaru mengeluhkan kesulitan mendapatkan Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis pertamax dalam beberapa hari terakhir.

Pantauan di lapangan menunjukkan beberapa SPBU di Banjarbaru kehabisan stok, sehingga warga mau tidak mau harus beralih ke pertalite.

Salah satu warga, Hartono, mengaku sudah mendatangi beberapa SPBU. Namun tidak satupun SPBU yang masih menyediakan pertamax.

"Sempat mencari ke SPBU Guntung Paikat, karena sudah dua SPBU yang disinggahi kosong pertamax. Akhirnya terpaksa pakai Pertalite walaupun kurang cocok,” papar Hartono, Jumat (21/11).

Sebagaimana diketahui pertalite dengan kadar oktan yang lebih rendah, kurang ideal untuk sepeda motor berteknologi modern dengan rasio kompresi tinggi dan membutuhkan BBM beroktan lebih tinggi seperti Pertamax.

Kondisi tersebut membuat sebagian pengguna memilih menunggu stok kembali tersedia ketimbang memaksakan penggunaan Pertalite.

Keluhan serupa juga disampaikan Yanti. Warga Landasan Ulin ini mengaku sudah mendatangi tiga SPBU, tetapi belum lagi memiliki pasokan pertamax.

“Mulai pagi sudah mencari. Tentunya kami berharap stok kembali cepat tersedia dan tidak sulit dicari,” harap Yanti.

Sementara Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Kalsel, H Isharwanto, menegaskan bahwa pemerintah terus memperkuat pengawasan kualitas dan kemurnian BBM di SPBU.

Langkah tersebut dilakukan untuk memastikan BBM yang diterima masyarakat tetap sesuai standar dan tidak tercampur air atau kotoran yang dapat merusak mesin.

“Tangki penampungan di SPBU bisa dicek kembali, bisa saja air hujan masuk. Makanya pengawasan sangat penting dilakukan,” tegas Isharwanto dalam rapat dengar pendapat dengan Pertamina di Banjarmasin beberapa waktu lalu.

PT Pertamina juga diminta segera melakukan pengolahan data aduan secara komprehensif, "Kemudian menganalisis penyebab agar langkah kedepan lebih tepat dan tidak membuat masyarakat resah,” tutup Isharwanto.