Nasional

Perkembangan Terbaru Uji Klinis 5 Vaksin Covid-19, Mana Paling Potensial?

apahabar.com, BANJARMASIN – Berbagai negas terus berupaya melakukan pengembangan vaksin Covid-19, di antaranya 5 kandidat dinilai…

Perkembangan terbaru uji klinis terhadap vaksin Covid-19, foto sebagai ilustrasi. Foto-net

apahabar.com, BANJARMASIN – Berbagai negas terus berupaya melakukan pengembangan vaksin Covid-19, di antaranya 5 kandidat dinilai menjanjikan, namun mana yang potensial?

Lima vaksin Covid-19 itu antara lain Pfizer, Moderna, Sinovac, Sputnik V, dan AstraZeneca. Di antara vaksin Covid-19 tersebut dilaporkan sudah mencapai efikasi hingga di atas 90 persen.

Ada pun perkembangan terbaru dari 5 vaksin Covid-19 tersebut, seperti dilansir detikcom dari berbagai sumber, antara lain:

1. Pfizer

Tempo hari, Pfizer mengumumkan vaksin Covid-19 buatannya bersama BioNTech yaitu BNT162b2, menunjukkan efektivitas 95 persen di hasil uji klinis tahap akhirnya. Sementara itu, izin penggunaan daruratnya akan didaftarkan dalam beberapa hari ke depan.

Vaksin ini berbasis teknologi messenger RNA (mRNA), yang menggunakan gen sintesis yang lebih mudah diciptakan sehingga membuatnya bisa diproduksi lebih cepat.

BNT162b2 ini dibuat dari virus yang tidak aktif atau dilemahkan. Virus ini tidak akan menyebabkan sakit, tetapi mengajari imun untuk memberikan respon perlawanan.

Terkait kemanjurannya atau efikasi, vaksin BNT162b2 ini menunjukkan konsistensi di sebaran demografi umur dan etnis. Bahkan hal ini berlaku pada kelompok usia di atas 65 tahun yang efikasinya mencapai 94 persen.

Dari segi efek samping, sampai saat ini belum ada laporan yang menunjukkan adanya efek yang serius.

Dikutip dari Reuters, sebanyak 3,8 persen relawannya mengalami kelelahan setelah menerima suntikan kedua pada uji klinis tahap 3.

Ini merupakan data terbaru dari hasl analisis 8.000 relawan uji coba, yang sebelumnya hanya 6.000 relawan.

Selain itu, dari analisis terbarunya juga sebanyak 2 persen relawan vaksin Corona buatan Pfizer ini mengalami sakit kepala usai diberikan suntikan kedua.

Untuk harganya, kepala strategis perusahaan bioteknologi Jerman Ryan Richardson mengatakan akan ditetapkan di bawah harga pasar.

Tetapi, Juli lalu, vaksin Corona Pfizer ini dijual kepada pemerintah AS dengan perkiraan biaya $ 19,50 per suntikan atau sekitar Rp 275 ribu per dosis.

2. Moderna

Vaksin yang dikembangkan oleh perusahaan farmasi Moderna juga menunjukkan hasil awal uji klinis yang efektivitasnya juga mendekati 95 persen.

Moderna membuat vaksin ini berbasis mRNA, yang akan secara langsung ‘mengajari’ sel tubuh untuk menciptakan kekebalan yang mudah diproduksi.

Meskipun begitu, hasil uji klinis ini masih menyisakan berbagai pertanyaan, salah satunya terkait lamanya imunitas akan bertahan. Hal ini masih harus dipelajari lebih lanjut.

Sementara dari segi harga, vaksin kabarnya berada di angka 400-500 ribu rupiah per dosisnya. Bahkan sebelumnya, Donald Trump sempat berencana membeli 100 juta dosis vaksin Moderna dalam kesepakatan senilai US$ 1,53 miliar.

3. Sinovac

Kali ini vaksin Covid-19 asal China, CoronaVac, yang dikembangkan Sinovac juga menunjukkan hasil awal uji coba yang baik.

Vaksin ini berhasil memicu respons imun yang cepat, dengan catatan tingkat antibodi yang dihasilkan lebih rendah daripada antibodi orang yang pulih dari Covid-19.

Vaksin CoronaVac ini dikembangkan dari virus yang sudah dinonaktifkan. Meskipun mengandung virus, tetapi virus itu sudah ‘dilemahkan’ sehingga tidak akan bisa menimbulkan infeksi baru.

Temuan terkait vaksin ini dimuat dalam makalah peer reviewed di jurnal medis The Lancet Infectious Diseases, berdasarkan hasil uji klinis Fase I dan Fase II vaksin Covid-19 di China yang melibatkan lebih dari 700 peserta.

Untuk harganya, vaksin CoronaVac diperkirakan 5-10 dolar AS atau Rp 72.500-Rp145.000 per dosis. Untuk vaksin Covid-19 Sinovac yang saat ini tengah dilakukan uji klinis fase 3 di Bandung, PT Bio Farma beberapa kali menyinggung harga yang dibandrol untuk satu dosisnya adalah sekitar Rp 200 ribu.

4. Sputnik V

Sputnik V merupakan vaksin buatan Rusia ini dibuat dari DNA adenovirus SARS-CoV-2. Vaksin yang dikembangkan Gamaleya Research Institute dan Kementerian Pertahanan Rusia ini menggunakan virus yang telah dilemahkan untuk mengirim sebagian kecil patogen dan menstimulasi respons imunitas.

Selain itu, efektivitas vaksin ini juga lebih dari 90 persen. Tetapi, vaksin asal Rusia ini masih mendapat sorotan dari para ahli di WHO karena dinilai terlalu buru-buru saat memberikan izin penggunaannya beberapa waktu lalu.

Dalam jurnal yang diterbitkan di The Lancet, efek samping yang muncul terdiri dari efek ringan. Setengah dari subjek peneliti mengalami demam, 42 persen sakit kepala, 28 persen kelelahan, dan 24 persen lainnya mengalami nyeri sendi.

Terkait harganya, belum ada nominal yang pasti untuk vaksin ini. Dubes Rusia Vorobieva menyebut harga vaksin COVID-19 ini diperkirakan tiga kali lebih murah dari vaksin lainnya.

“Harga final dari vaksin Sputnik V akan lebih rendah dari vaksin lainnya berdasarkan estimasi kami, seperti dua atau tiga kali lebih murah,” jelasnya beberapa waktu lalu.

5. AstraZeneca

Satu lagi vaksin yang disebut cukup menjanjikan yaitu yang dikembangkan AstraZeneca dan Oxford University. Vaksin ini terbuat dari versi lemah dari virus flu biasa yang ditemukan pada simpanse.

Untuk harganya, kemungkinan vaksin yang disebut AZD1222 atau ChAdOx1 nCoV-19 ini adalah sekitar 4 dolar AS atau Rp 60 ribu per dosis. Bahkan, CEO AstraZeneca Pascal Soriot mengatakan vaksin ini diperkirakan siap digunakan di Desember 2020.

Pada data yang dilaporkan bulan lalu di jurnal medis The Lancet ini memberikan harapan pada beberapa dari mereka yang termasuk kelompok rentan Covid-19. Untuk mereka yang berusia di atas 70 tahun, bisa membangun kekebalan yang kuat terhadap virus ini.

“Respons antibodi dan sel-T yang kuat yang terlihat pada orang tua dalam penelitian kami sangat menggembirakan,” kata Maheshi Ramasamy, seorang konsultan dan peneliti bersama di Oxford Vaccine Group, yang dikutip dari Reuters, Kamis (19/11/2020).

Namun, hingga saat ini uji klinis fase 3 masih terus berlangsung untuk memastikan terkait temuan ini. Mereka juga menguji vaksin ini untuk melindungi berbagai kalangan dari infeksi SARS-CoV-2, termasuk pada mereka yang memiliki penyakit penyerta.

“Data kemanjuran pertama dari uji coba fase ketiga mungkin dalam beberapa minggu mendatang,” demikian laporan Lancet.

So, mana yang paling potensial? Menarik dinantikan hasil uji klinis fase 3.