pejuang lingkungan

Perjuangkan Hak Tano Batak, Delima Silalahi Raih Goldman Environmental Prize

Direktur eksekutif Kelompok Studi dan Pengembangan Prakarsa Masyarakat (KSPPM) Delima Silalahi (46) berhasil meraih Anugerah Lingkungan Goldman 2023.

Delima Silalahi, Direktur Kelompok Studi dan Pengembangan Prakarsa Masyarakat (KSPPM). Foto: lintangnews.com

apahabar.com, JAKARTA - Direktur eksekutif Kelompok Studi dan Pengembangan Prakarsa Masyarakat (KSPPM) Delima Silalahi (46)berhasil meraih Anugerah Lingkungan Goldman 2023.

Delima merupakan satu dari enam penerima penghargaan yang dianugerahakan oleh Goldman Environmental Foundation. Ini merupakan penghargaan pertama di dunia bagi aktivis lingkungan di tingkat akar rumput.

Delima Silalahi merupakan pemimpin dari suatu organisasi nonpemerintah yang berdedikasi terhadap perlindungan hutan adat di Sumatera Utara. Pada bulan Februari 2022, berkat kampanye yang dilakukan Delima bersama komunitas masyarakat adat di Tano Batak, pemerintah akhirnya memberikan hak pengelolaan sah atas 7.213 ha hutan adat kepada enam kelompok masyarakat Tano Batak.

"Saya sangat gembira walaupun sadar bahwa ini bukanlah perjuangan saya sendiri. Ini adalah kemenangan buat gerakan masyarakat adat di Indonesia," ujar Delima dalam keterangan resmi yang diterima apahabar.com, pada Selasa (25/4).

Baca Juga: Resahkan Masyarakat dan Lingkungan, KKP Sidak Tambak Udang Karimunjawa

Menurut Delima, perjuangan hak atas tanah sebagai hak atas identitas tidak turun begitu saja dari langit. Dan itu adalah hal yang harus diperjuangkan.

"Kita tidak sedang melanggar hukum. Ada konstitusi yang menjamin perjuangan kita. Negara tidak akan memberikannya begitu saja kepada kita," kata Delima.

Untuk Indonesia, yang termasuk kategori pulau dan negara kepulauan, tahun ini juri memilih Delima Silalahi, 46 tahun, direktur eksekutif Kelompok Studi dan Pengembangan Prakarsa Masyarakat (KSPPM), suatu organisasi nonpemerintah yang berdedikasi untuk perlindungan hutan adat di Sumatera Utara. Foto: Edward Tigor

Delima memimpin kampanye untuk mendapatkan hak pengelolaan sah terhadap hak atas tanah milik enam kelompok masyarakat adat di Sumatera Utara. Bersama enam komunitas tersebut mereka menggagas program pemulihan kawasan hutan adat dengan menanam kembali spesies hutan asli, termasuk pohon kemenyan yang dulunya banyak di daerah itu.

Enam komunitas adat itu meliputi; masyarakat adat Pandumaan Sipituhuta, Nagasaribu Onan Harbangan, Bius Huta Ginjang, Janji Maria, Simenak-menak dan Tornauli Aek Godang Adiankoting. 

Baca Juga: Aktivis Lingkungan Temukan Ribuan Ikan Mati di Sungai Cileungsi

Berkat perjuangannya bersama komunitas, Delima berhasil merebut kembali penguasaan hak atas tanah yang sempat berpindah ke perusahaan pulp dan kertas. Kala itu, perusahaan bahkan telah mengubah sebagian lahan tersebut menjadi hutan tanaman industri eukaliptus yang bukan merupakan tanaman asli dan dikembangkan secara monokultur.

Secara perlahan keenam kelompok masyarakat adat melakukan restorasi hutan sehingga menciptakan serapan karbon berharga di hutan tropis Indonesia. Upaya itu juga berhasil meningkatkan keanekaragaman hayati.

Menurut Delima, dirinya bersama KSPPM mendukung masyarakat adat untuk menanam kembali dan merestorasi ekosistem, sekaligus meningkatkan tutupan pohon hutan dan ketahanan iklim alami.

Meski sempat dihadapkan dengan industri paling berkuasa di Sumatera Utara, Delima dan komunitas masyarakat adat berhasil mendapatkan kembali hak pengelolaan sah atas hutan adat masyarakat.

Baca Juga: Jatam Ungkap Jejak Kejahatan Lingkungan Harita Group di Obi dan Wawonii

"Ini kemenangan bagi ketahanan iklim, keanekaragaman hayati, dan hak masyarakat adat," tegasnya

Goldman Environmental Foundation

Goldman Environmental Foundation pada Senin (24/4) waktu San Francisco mengumumkan enam penerima Anugerah Lingkungan Goldman 2023. 

Setiap tahun, para pahlawan lingkungan dari enam benua Bumi yang dihuni manusia mendapatkan Anugerah Lingkungan Goldman sebagai bentuk penghargaan atas pencapaian dan kepemimpinan aktivis lingkungan akar rumput di seluruh dunia yang mampu memberikan inspirasi kepada publik untuk beraksi demi melindungi Bumi.

Untuk Indonesia, yang termasuk kategori pulau dan negara kepulauan, tahun ini juri memilih Delima Silalahi. Kemenangan Delima dilakukan oleh juri internasional, dari beberapa nominasi yang diajukan secara rahasia oleh jaringan internasional yang terdiri atas organisasi dan individu yang bergerak di bidang lingkungan.

Baca Juga: Komitmen PUPR Wujudkan Konstruksi Ramah Lingkungan dan Berkelanjutan

Selain Delima, beberapa tokoh dari Indonesia pernah mendapat penghargaan ini, yakni Loir Botor Dingit (1997),Yosepha Alomang (2001), Yuyun Ismawati (2009), Prigi Arisandi (2011), Aleta Baun (2013), dan Rudi Putra (2014). 

Goldman Environmental Prize dirintis di San Francisco pada tahun 1989 oleh pemuka masyarakat dan filantropis Richard dan Rhoda Goldman. Selama 34 tahun, yayasan itu telah menorehkan dampak yang teramat besar pada planet ini.

Hingga saat ini, Goldman Environmental Prize telah memberi penghargaan kepada 219 orang, termasuk 98 perempuan dari 95 negara. Sebagian besar penerima penghargaan ini kemudian menempati posisi penting, baik sebagai pejabat pemerintah, kepala negara, pemimpin NGO, dan penerima Nobel.

“Kini, ketika dunia menyadari krisis lingkungan akut, seperti perubahan iklim, ekstraksi bahan bakar fosil, dan pencemaran udara dan air, kita makin sadar akan hubungan kita satu sama lain dan terhadap semua kehidupan di planet,” ujar John Goldman, Presiden Goldman Environmental Foundation.

Baca Juga: Food Estate Kurang Berpihak pada Rakyat, Ancaman Kerusakan Lingkungan

Penyerahan anugerah dirayakan dalam seremoni langsung di Opera House San Francisco pada 24 April, pukul 05:30 PM PDT atau 25 April, pukul 07.30 WIB. Ini merupakan seremoni langsung (tatap muka) pertama sejak 2019.

Seremoni itu dipandu oleh pendiri Outdoor Afro, Rue Mapp, beserta musisi tamu Aloe Blacc. Acara itu turut disiarkan secara langsung di kanal YouTube Goldman Environmental Prize.

Seremoni kedua akan diselenggarakan di Eisenhower Theater yang berlokasi di John F. Kennedy Center for the Performing Arts, Washington, DC, pada 26 April 2023, pukul 7:00 PM EDT.

Seremoni itu akan dipandu oleh jurnalis pemenang anugerah Pulitzer, dengan sambutan khusus oleh Nancy Pelosi, Mantan Ketua DPR AS.