Kalsel

Perjuangan Pelaku Usaha Tukar Uang di Banjarmasin; Pernah Ditipu Pakai Uang Palsu

apahabar.com, BANJARMASIN – Sepekan menjelang Hari Raya Idul Fitri 1441 Hijriah, trotoar sepanjang Jalan Lambung Mangkurat…

Pelaku usaha jasa tukar uang nampak mangkal di bahu Jalan Lambung Mangkurat, Banjarmasin, Sabtu (16/5). Foto-apahabar.com/Muhammad Robby.

apahabar.com, BANJARMASIN – Sepekan menjelang Hari Raya Idul Fitri 1441 Hijriah, trotoar sepanjang Jalan Lambung Mangkurat Banjarmasin mendadak ramai.

Berdasarkan pantauan apahabar.com di lapangan, belasan pelaku usaha jasa tukar uang berderet dari depan Kantor Wilayah BNI Banjarmasin sampai dengan Gedung DPD KNPI Kalsel.

Mereka tampak berdiri di samping sepeda motor sembari memegang uang kertas pecahan Rp1-20 ribu.

Sesekali masyarakat pengguna jalan singgah untuk menukarkan uang tunai di sana.

Salah seorang pelaku usaha jasa tukar uang, Junaidi (35) mengaku telah menggeluti bisnis tersebut selama sejak 10 tahun silam.

Dari masih lajang hingga saat ini memiliki empat orang anak. Di antaranya 3 laki-laki dan 1 perempuan.

“Untuk anak pertama sudah berumur 20 tahun. Rencananya mau melanjutkan kuliah ke perguruan tinggi. Sedangkan anak terakhir jenis kelamin perempuan, karena kemarin itu kami program,” ucap Junaidi kepada apahabar.com, Sabtu (15/5) siang.

Junai mengaku mampu menukarkan uang kepada masyarakat sebanyak Rp5 juta per hari.

Uang itu diperoleh dari Bank Mandiri dan Bank Kalsel.

Namun, limit penukaran uang di setiap perbankan sendiri dibatasi hanya Rp3,7 juta.

“Jika masyarakat menukarkan uang Rp100 ribu, maka saya memperoleh keuntungan Rp 10 ribu,” ungkap Junai.

Melalui usaha ini, Junai mampu meraup keuntungan sebesar Rp500 ribu per hari. Bahkan bisa memperoleh omzet Rp5-8 juta per bulan.

Sayang usaha jasa tukar uang tahun ini mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya. Itu semua akibat dari pandemi Corona virus disease atau Covid-19.

Di mana tahun sebelumnya mampu meraih keuntungan Rp10 juta per bulan.

“Kan orang yang melintas tak sebanyak dahulu, karena penerapan pembatasan sosial berskala besar,” katanya.

Suka dan duka telah Junai rasakan dalam menjalani hidup sebagai pelaku usaha jasa tukar uang.

Sukanya, ia merasa senang karena memiliki banyak waktu luang untuk beribadah dan berkumpul bersama keluarga tercinta.

Selain itu ia juga bisa membuka usaha lain seperti ponsel dan jual token PLN.

Sedangkan duka, ia pernah ditipu oknum masyarakat yang menukarkan uang menggunakan uang palsu.

“Pernah sekali, uang palsu itu diselipkan di tengah-tengah,” bebernya.

Walau demikian, Junai senantiasa bersyukur karena masih diberikan rezeki oleh Allah SWT.

Junai percaya setiap manusia memiliki rezeki masing-masing dan tak akan tertukar dengan orang lain.

“Kita harus percayakan rezeki ini kepada yang di atas,” pungkasnya.

Reporter: Muhammad Robby
Editor: Ahmad Zainal Muttaqin