Sejarah Indonesia

Perjalanan Thomas Raffles dalam Catatan Sejarah Kolonial di Nusantara

Nama Thomas Raffles tidak asing terdengar berkat subangannya dalam penelitian terhadap sejumlah flora dan fauna di Nusantara.

Sir Thomas Stamford Raffles, tokoh yang berkewarganegaan inggris, tapi memberi sumbangsih besar di Indonesia. Foto: British Museum

apahabar.com, JAKARTA – Thomas Raffles merupakan pria berkewarganegaraan Inggris yang telah memberi sumbangsih besar terhadap ilmu pengetahuan flora dan fauna di Nusantara.

Meski berkewarganegaraan asing kontribusinya untuk Indonesia sangat besar. Thomas Raffles diketahui memiliki gelar kehoramatan, Sir, yang diberikan secara resmi oleh kerajaan Inggris.

Melansir dari laman National Geographic, Thomas Raffles memiliki kewarganegaraan Inggris yang lahir pada 6 Juli 1781 di Port Morant, Jamaika.

Ia terlahir bukan dari keluarga berpendidikan tinggi. Sang ayah berkerja sebagai koki kapal dan ibunya bernama Ann Raffles yang berasal dari Yorkshire.

Baca Juga: Adam Malik, Bapak Diplomasi dan Perannya dalam ASEAN

Semasa kecil Thomas Raffles harus berjuang hidup di tengah kemiskinan dan terpaksa menempuh pendidikan di sekolah kecil, Mansion House Academy, Hammersmith.

Sekolah tersebut menawarkan kurikulum bahasa Latin, Yunani, Prancis, aritmatika, pembukuan, dan geografi, yang khusus mempersiapkan seorang anak laki-laki untuk menjadi juru tulis atau tentara kelak.

Hingga keluarga Raffles harus menghadapi krisisi ekonomi yang lebih besar saat sang ayah mengahiri karir berhenti melanjutkan pekerjaan.

Namun, Thomas Raffles cukup beruntung karena teman ayahnya membawa dirinya untuk bekerja di perusahaan Hindia Timur (The East India Company) pada 1795.

Baca Juga: Sejarah dan Evolusi ASEAN, Indonesia Salah Satu Founding Fathers

Berkat perkejaan itu, ia cukup mampu menunjang pendidikan formal. Saat itu, Thomas Raffles yang baru berusia 14 tahun telah berkerja dan belajar untuk meraih pendidikan tinggi.

Sejak saat itu pula ia telah menunjukkan dedikasi tinggi terhadap perusahaan dan mampu beradaptasi dengan baik pada lingkungan kerja yang ia tekuni.

Karirnya terus meningkat hingga dipromosikan sebagai Asisten Sekretaris Philip Dundas, Gubernur perusahaan Hindia Timur di Penang, yang beroperasi di kawasan Kepulauan Melayu.

Mulai pada posisi itu, Thomas Raffles perlahan mengenal tentang kehidupan tropis yang berbeda dari lingkungan asalnya.

Baca Juga: Usmar Ismail: Pahlawan Seniman Berpangkat Mayor

Sembilan tahun berselang, ia memutuskan menikah. Pada 1804, Thomas Raffles yang berusia 23 tahun, menikahi Olivia Mariamne Devenish, seorang janda dengan usia terpaut sepuluh tahun lebih tua darinya.

Pemuda berusia 24 tahun itu terus menunjukkan kapabilitasnya sebagai orang penting di Perusahaan Hindia Timur. Ia. Hingga ia dipromosikan lagi ke perusahaan pusat di Kalkuta, Bombay dan Madras di India.

Setelah tiga tahun mengabdi, ia jatuh sakit karena tertular malaria. Raffles kemudian diberi izin untuk memulihkan diri di Malaka yang pada saat itu dianggap sebagai wilayah yang memiliki situasi lebih aman dan belum banyak ditemukan kasus malaria.

Sejak saat itu, terus bekerja sampai disadari ia sangat mencintai tanah jawa. Kecintaannya pada wilayah itu mendorongnya untuk teru smelakukan eksplorasi terhadap flora dan fauna di Nusantara.

Baca Juga: Mary Anderson, Penemu Wiper Kaca yang Mengubah Industri Otomotif

Raffles pulang ke Inggris dalam kondisi kesehatan yang menurun. Namun, dia kembali menemukan semangat karena kembali menekuni ilmu pengetahuan botani dan zoologi.

Pada 1825 dan April 1826, dia menjadi penemu serta didapuk sebagai Presiden Masyarakat Zoologi London dan Kebun Binatang London.

Dia meninggal pada 5 Juli 1826, sehari sebelum ulang tahunnya yang ke-45 di Highwood House di Mill Hill, kawasan utara London, karena menderita tumor otak.