Momen Maulid Nabi

Peringati Maulid Nabi, Gunungan Grebeg Maulud Diperebutkan Warga Solo

Rangkaian Grebeg Maulud di Solo digelar hari ini, Kamis (28/9). Warga antusias berebut Gunungan untuk mendapat berkah Maulid Nabi.

Warga berebut gunungan di depan halaman Masjid Agung Solo, Kamis, (28/09). Foto: apahabar.com/Fernando

apahabar.com, SOLO - Rangkaian Grebeg Maulud di Solo digelar hari ini, Kamis (28/9). Warga antusias berebut Gunungan Kakung untuk mendapat berkah Maulid Nabi.

Acara tahunan ini rutin diselenggarakan di Solo, sebagai peringatan Maulid atau hari kelahiran Nabi Muhammad SAW. Gunungan kakung itu dikirab dari Keraton Kasunanan menuju Masjid Agung Solo.

Gunungan itu memiliki isi yang beragam. Mulai dari makanan, buah, sayur, dan lain-lain. Sebagian orang menganggap bahwa gunungan itu membawa berkah untuk usahanya.

Tak heran, sebagian warga selalu rutin menantikan gunungan ini. Baik untuk sekedar disimpan, maupun langsung dimakan.

"Dapat roti, dan lain-lain. Ini buat usahanya biar laku. Dimakan nggak apa-apa, disimpan di rumah juga bisa," katanya.

Baca Juga: 'Mak-Mak Soloraya' Deklarasi Dukungan untuk Anies-Cak Imin

Gunungan yang dibawa dari Keraton Kasunanan Solo. Foto: apahabar.com/Fernando

Sementara itu Wakil Pengageng Sasana Wilapa Keraton Surakarta Kanjeng Pangeran (KP), Dani Nur Adiningrat menjelaskan makna gunungan. Menurut dia, Gunungan adalah tanda syukur atas berkat Tuhan Yang Maha Esa yang dirupakan dalam bentuk makanan yang berlimpah.

"Antusiasme masyarakat memperingati kelahiran Nabi Muhammad serta melestarikan kebudayaan sudah kembali pulih setelah pandemi," jelasnya.

Baca Juga: Persis Solo Ungkap Alasan Lepas Sananta ke Timnas Asian Games 2022

Pegiat sejarah dan budaya asal Solo, R. Surojo mengatakan gunungan terdiri dari 2 jenis. Yakni Gunungan kakung (laki-laki) yang terdiri dari kacang panjang, telur, wortel, terong, cabai, mentimun. Kemudian gunungan estri (perempuan) yang terdiri dari beras ketan (rengginang), serta beragam kue.

Mulanya, gunungan itu didoakan terlebih dahulu. Setelah itu baru dibagikan pada masyarakat.

"Esensi gunungan itu ya doanya, bukan benda yang ada dalam wujud buah-buahan hasil bumi dan lain sebagainya," papar Surojo.