Sejarah Dunia

Peringatan Hari Holocaust: Hitler dan Malapetaka Nazi

27 Januari menandai ingatan pahit tentang 6 juta nyawa manusia yang dilahap kekejian Holocaust. Yakni tragedi kemanusiaan berupa pembantaian sistematis.

Para pengungsi dalam tragedi Holocaust. Foto: Dok. National Geographic.

apahabar.com, JAKARTA – 27 Januari menandai ingatan pahit tentang 6 juta nyawa manusia yang dilahap kekejian Holocaust. Yakni tragedi kemanusiaan berupa pembantaian sistematis terhadap Yahudi Eropa oleh rezim Nazi Jerman dan sekutu serta para kaki tangannya.

Holocaust juga disebut Shoah, sebuah kata Ibrani yang berarti 'Malapetaka Nazi' dan penetapan Peringatan Hari Holocaust sendiri bersandar pada keputusan Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Negara-negara anggota PBB diharuskan untuk mengadakan acara-acara khusus untuk mengenang korban Holocaust dan mengingatkan generasi muda akan pentingnya toleransi dan kerukunan.

Bukan peringatan tanpa makna, Hari Holocaust Sedunia setiap tanggal 27 Januari diperingati dengan berbagai macam tradisi. Mulai dari upacara pengungsi, pemutaran film dokumenter, pemasangan bendera hitam, hingga aksi kegiatan sosial.

Lantas bagaimana sejarah Holocaust bermula?

Sejarah Panjang Holocaust

Orang-orang itu melemparkan tatapan aneh, menunjukkan rasa malu kepada mayat yang terbaring di pondok yang hancur, dan pada kami, beberapa orang yang masih hidup. Mereka tidak menyapa kami, juga tidak tersenyum. Mereka tampak tertindas.

Demikianlah kesaksian Primo Levi, salah seorang penyintas Holocaust. Dirinya menyaksikan sendiri keberingasan Nazi Jerman membantai orang-orang Yahudi yang sedikitnya disinyalir berjumlah 1,1 juta orang di Auschwitz.

Kesaksian senada juga disampaikan Marcel Nadjari, narapidana di Kamp Auschwitz yang dipaksa membantu regu pembunuh Nazi. Sebagai sesama Yahudi, dia ingat betul betapa kejamnya cara Nazi melibas ribuan nyawa dalam sekejap.

Sekira 3.000 orang dijejerkan bak sarden kalengan. Mereka digiring untuk memasuki sebuah ruangan, tanpa diperbolehkan mengenakan sehelai pakaian. Ruangan itu lantas dipenuhi gas beracun. Setelah enam atau tujuh menit menderita, mereka mati.

"Seringkali saya berpikir untuk pergi bersama yang lain, mengakhiri (penyiksaan) ini. Tapi, balas dendam selalu mencegah saya melakukannya. Saya ingin hidup untuk membalas kematian ayah, ibu, dan adik perempuan saya yang tersayang," tulis Nadjari dalam catatannya.

Diskriminasi Orang Yahudi

Antara tahun 1941 – 1945, Nazi Jerman membunuh jutaan orang Yahudi di seluruh Eropa yang menjadi wilayah kekuasannya. Holocaust, begitulah pembunuhan massal ini dikenal. Di bawah pimpinan Adolf Hitler, pasukan Nazi membunuh dengan cara kekerasan, penembakan, sampai menggunakan gas beracun.

Sebelum pembantaian massal ini berlangsung, umat Yahudi di Eropa memang telah menjadi korban diskriminasi. Mereka tak diperkenankan menekuni profesi-profesi tertentu, bahkan dipaksa untuk pindah keyakinan.

Para penguasa tentu tak tingal diam menyaksikan diskrimnasi ini. Pada abad ke-17 hingga ke-19, mereka memberlakukan undang-undang untuk menghilangkan diskriminasi terhadap penganut Yahudi.

Namun, apa boleh dikata, paham antisemitisme kadung mengakar pada masyarakat Eropa. Pun begitu dengan Adolf Hitler, pemimpin Holocaust yang nyatanya telah menanam bibit kebencian terhadap orang Yahudi sedari remaja.

Berbagai peristiwa yang terjadi seiring pertumbuhan Hitler, membuatnya semakin membenci orang Yahudi. Sikap anti-Yahudi yang tertanam dalam dirinya pun kian kuat. Dia bahkan menganggap orang Yahudi sebagai ras rendahan yang mengancam kemurnian bangsa Jerman.

Mengapa Hitler membenci Yahudi? Baca lengkap di halaman selanjutnya...

Cikal Bakal Hitler Membenci Orang Yahudi: Ditolak Kelas Seni

Bila ditarik lebih jauh, kebencian Hitler terhadap orang-orang Yahudi sebenarnya bermula ketika dirinya berkeliaran di jalan-jalan kota miskin Wina. Dia melihat kekecewaan warga setempat terhadap orang Yahudi kaya yang menimbun hartanya di Austria.

Berkeliarannya Hitler di jalan tersebut bukan tanpa alasan. Itu dia lakukan sebagai cara untuk melampiaskan kegagalannya menjadi seorang seniman. Ya, kanselir Jerman ini, mulanya memang bercita-cita menjadi pekerja seni.

Dia sudah berkali-kali mencoba mewujudkan impian masa kecilnya itu. Pada 1907, dengan bermodalkan lukisan karya sendiri, Hitler pertama kali mendaftar ke Vienna Academi of Fine Arts, Wina, Austria. Namun, dirinya ditolak lantaran karyanya dianggap masih terlalu mentah.

Tak langsung menyerah, Hitler kembali mendaftar setahun berikutnya. Sayang, hasilnya tetap nihil. Dia pun memutuskan untuk berkeliaran di kafe-kafe kota Wina, dengan harapan bakal dibawa oleh seniman di sana.

Alih-alih menjadi pekerja seni, Hitler malah melihat ketidakadilan di sekitar wilayah tersebut. Alhasil, dirinya pun makin benci dengan orang Yahudi dan memutuskan untuk bergabung dengan militer Jerman.

Eksekusi Tahap Awal hingga Genosida

Pada 1933, Hitler ditunjuk sebagai kanselir. Sesaat setelah itu, Partai Nazi menjadi satu-satunya yang berkuasa di Jerman. Dirinya pun mulai membangun kamp-kamp pemusnahan, dilengkapi dengan kamar gas beracun.

Hingga 1939, ribuan kamp pemusnahan didirikan di seluruh Eropa yang diduduki Nazi. Ratusan ribu orang Yahudi lantas berusaha meninggalkan Jerman. Pemusnahan, mulanya, dilakukan kepada mereka yang berasal dari golongan Komunis dan Sosial Demokratis ”“ lawan politik Hitler.

Korban mulai berjatuhan ketika Jerman menginvasi Uni Soviet, di mana tentara Nazi mulai menembaki 500.000 orang Yahudi di Soviet. Beberapa waktu kemudian, tepatnya pada September 1941, orang Yahudi ditandai dengan bintang kuning. Tujuannya, agar mudah diidentifikasi dan dijadikan sasaran.

Sekitar enam bulan berikutnya, atau pada Maret 1942, Nazi mulai melakukan pembunuhan massal. Genosida itu dilakukan di kamp-kamp yang sudah dibangun jauh-jauh sebelumnya, dengan menggunakan metode gas beracun. Salah satu kamp, Auschwitz, setidaknya telah menghabisi dua juta nyawa orang Yahudi.

Awal Dibentuknya Israel

Holocaust baru dapat dihentikan pada 1945, ketika Jerman kalah dalam Perang Dunia II yang lantas membuat Hitler bunuh diri. Akibat peristiwa itu, belasan juta orang Yahudi meregang nyawa. Sedangkan, lima juta lainnya menjadi target diskrimnasi rasial, politik, ideologi, dan orientasi seksual.

Adapun orang-orang yang selamat dari kamp pemusnahan, seolah tak bisa kembali ke rumah karena telah kehilangan keluarga. Bahkan, ada pula yang dikecam oleh tetangga non-Yahudi. Akibatnya, pada akhir 1940-an, Eropa kebanjiran pengungsi dan tawanan perang.

Hal itu memaksa Sekutu untuk menciptakan tanah air sendiri bagi orang-orang Yahudi yang selamat dari Holocaust. Inilah yang melandaskan terbentuknya negara Israel pada 1948.