Hot Borneo

Peredaran Si Melon Direm, Kalsel Bagaimana?

apahabar.com, BANJARMASIN – Pemerintah bakal ngerem peredaran LPG 3 kg yang selama ini masuk dalam barang…

Oleh Syarif
Gas elpiji 3 kg. Foto-Antara

apahabar.com, BANJARMASIN – Pemerintah bakal ngerem peredaran LPG 3 kg yang selama ini masuk dalam barang subsidi.

Pengurangan jumlah gas melon ini akan dilakukan secara bertahap. Aturan tersebut diterbitkan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) RI.

Upaya itu adalah cara pemerintah menggencarkan program konversi kompor gas menjadi kompor listrik atau induksi untuk rumah tangga. Konversi ini jadi salah satu upaya mengurangi subsidi LPG 3 kilogram.

Sementara di Kalimantan Selatan PT Pertamina Patra Niaga Regional Kalimantan masih menunggu arahan dari pemerintah untuk mengurangi jumlah peredaran si melon di masyarakat.

“Terkait rencana pemerintah untuk melakukan penarikan/pengurangan peredaran LPG 3 Kg sehubungan dengan adanya rencana program pengalihan penggunaan kompor gas ke kompor induksi, Pertamina Regional Kalimantan masih menunggu arahan dari pemerintah,” kata Pjs Area Manager Comm, Rel & CSR Kalimantan, Ispiani Abbas, kepada apahabar.com, Selasa (20/9).

Ispiani mengatakan Pertamina bakal mengikuti aturan dari pemerintah soal pengurangan peredaran elpiji si melon.

Sekarang, kata dia, Pertamina masih menjalankan penugasan yang diberikan pemerintah sesuai dengan Kepmen ESDM No. 1.K/HK.02/DJM/2022 tentang Penugasan kepada PT Pertamina dalam penyediaan dan pendistribusian isi ulang LPG tabung 3 kg Tahun 2022.

Hingga akhir Agustus Kalsel sudah menghabiskan 67.126 metrik ton (MT) gas subsidi dari kuota yang disediakan sebanyak 99.895 dengan konsumsi rata-rata konsumsi diangka 8.390 MT per bulan.

Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif menyebut pemerintah akan mengurangi peredaran LPG 3 kg yang selama ini masuk dalam barang subsidi. Pengurangan jumlah tabung gas melon akan dilakukan secara bertahap.

Arifin menjelaskan, saat ini pemerintah bersama PT PLN (Persero) sedang menggencarkan program konversi kompor gas menjadi kompor listrik atau induksi untuk rumah tangga. Konversi ini jadi salah satu upaya mengurangi subsidi LPG 3 kilogram.

Walaupun begitu, Arifin belum bisa memastikan apakah LPG 3 kg akan dihapus seiring banyaknya produk alternatif. Dia hanya berharap beban subsidi LPG 3 kg yang mayoritas masih diimpor bisa terus ditekan tahun demi tahun.

“Diminimalkan, tapi ini kan it takes time (butuh) beberapa tahun. Mau enggak kita impor barang luar terus? Kan enggak mau,” katanya saat ditemui di Kantor Kementerian ESDM.

Selain konversi ke kompor listrik, pemerintah juga mengandalkan proyek gasifikasi batu bara menjadi dimethyl ether (DME) menjadi produk substitusi impor LPG. Menurut Arifin, proyek tersebut juga bisa mengurangi beban keuangan negara.