Transisi Energi

Perdagangan Global Terhambat, Sektor Industri Perlu Percepat Transisi Energi

Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Indonesia akan mengalami hambatan perdagangan global di masa mendatang. Sebab, dinamika global semaki

Foto ilustrasi isektor industri manufaktur. Foto: Antara

apahabar.com, JAKARTA - Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) memperkirakan Indonesia akan mengalami hambatan perdagangan global di masa mendatang. Sebab, dinamika global semakin menuntut setiap negara melakukan transisi energi demi mengurangi emisi karbon.

Pasalnya, Uni Eropa sudah mulai berencana menerapkan Carbon Border Adjustment Mechanism (CBAM) yang mengharuskan operasional sektor industri memiliki kesadaran lingkungan.

"Maka agar daya saing dan menghindari hambatan perdagangan internasional maka transisi energi menjadi keniscayaan di sektor industri dan energi," kata peneliti Centre of Industry, Trade, and Investment INDEF, Ahmad Heri Firdaus dalam diskusi yang diselenggarakan INDEF secara daring, Selasa (14/11).

Baca Juga: Gegara Perubahan Iklim, Indonesia Terancam Tenggelam

Baca Juga: Awas! Angka Pengangguran Baru di Balik Suntik Mati PLTU

Karena alasan itulah, sektor industri perlu melakukan akselerasi dalam mencapai nol emisi karbon (net zero emission). Sebab, sektor industri diketahui merupakan salah satu sektor yang paling besar menghasilkan emisi karbon.

Langkah transisi energi, kata Heri, perlu dimulai dengan mengkondisikan rancang bangun industri yang selaras dengan pembangunan berkelanjutan. Salah satu caranya dengan melakukan rekayasa pemanfaatan sumber energi baru terbarukan (EBT).

Baca Juga: Suntik Mati PLTU Cirebon-1, IESR: Jauh dari Target Ambisi

Rancang bangun industri tersebut selaras dengan engineering procurement and construction (EPC) yang menjadi fase awal pembangunan sektor industri.

"EPC ini memiliki peran krusial dari fase pembangunan industri. Apalagi, kita ingin mewujudkan industrialisasi melalui hilirisasi di sektor industri," terangnya.