Percaya Ramalan Zodiak? Waspada ‘Tertipu’ Barnum Effect!

Apakah Anda termasuk orang yang suka membaca ramalan zodiak? Kalau demikian, boleh jadi Anda sedang ‘tertipu’ Barnum Effect

Ilustrasi ramalan zodiak. Foto: Net.

apahabar.com, JAKARTA - Apakah Anda termasuk orang yang suka membaca ramalan zodiak? Bahkan, merasa nubuat horoskop tersebut sesuai dengan karakter diri sendiri? Kalau demikian, boleh jadi Anda sedang ‘tertipu’ Barnum Effect.

Teori psikologi yang disebut juga Forer Effect itu merupakan fenomena di mana seseorang percaya bahwa sebuah deskripsi ditujukan personal untuk dirinya. Padahal, penjabaran ini berlaku untuk siapa saja.

Bila ditilik lebih teliti, frasa-frasa yang digunakan dalam ramalan zodiak sebenarnya memang umum. Sebut saja, “Gemini suka menolong sehingga orang-orang menyukainya,” atau, “Leo adalah orang yang kritis.”

Karena itulah, Juneman et al. (2009) dalam publikasinya menyebut kalau manusia cenderung menerima pernyataan-pernyataan ambigu, samar-samar, lagi umum sebagai deskripsi akurat atas kepribadiannya sendiri.

Bermula dari Celetukan Pemain Teater

Jauh sebelum psikologi mengungkap Barnum Effect, seorang pemain teater kenamaan yang kisahnya dijadikan film – The Greatest Showman – sudah mengatakan hal serupa. Pria bernama P. T. Barnum itu pernah berujar, "There's sucker born in every minute.

Ungkapan yang berarti, “Ada orang bodoh terlahir setiap menitnya” itu ditujukan untuk orang yang mudah tertipu perkataan Barnum dalam sirkusnya. Hingga pada 1956, kutipan tersebut dikembangkan oleh Psikolog Klinis bernama Paul Meehl.

Lantas, Barnum Effect dipelajari lebih lanjut oleh Profesor Bertram R. Forer. Dia melakukan eksperimen dengan menguji siswa dengan tes kepribadian miliknya. Percobaan si profesor mengaitkannya dengan validasi subjektif.

Validasi subjektif terjadi ketika dua peristiwa yang tidak terkait atau acak dianggap berhubungan karena ekspektasi adanya keterkaitan antara dua peristiwa itu. Dengan kata lain, manusia sendiri yang menghubung-hubungkan persepsi kepribadian diri dengan isi ramalan zodiak.

Dongeng Dewasa yang Melenakan

Psikolog Barry Beyerstein menuliskan bahwa harapan dan ketidakpastian membangunkan intuisi psikologis manusia. Hal ini yang lantas dimanfaatkan oleh ahli nujum alias pembuat ramalan. 

"Otak Anda memiliki kecenderungan untuk mengaitkan hal-hal umum menjadi sesuatu yang personal. Tidak hanya itu, otak Anda juga secara sadar membuang informasi-informasi yang dirasa tidak cocok," tulis Barry dalam penelitiannya. 

Sebab itu, Barnum Effect akan lebih maksimal saat digunakan lewat kalimat-kalimat bermakna positif. Jika digunakan pada kalimat berkonotasi negatif, besar kemungkinan seseorang bakal menepisnya karena tidak sesuai dengan intensi mereka membaca ramalan.

Senada dengan pernyataan tersebut, Psikolog dari University of Wisconsin, Margaret Hamilton, membeberkan bahwa 70 persen informasi dalam horoskop berkonotasi positif.

Zodiak memang sengaja menawarkan ‘pelarian’ dari kecemasan sehari-hari – layaknya dongeng dewasa yang menenangkan kalau semuanya akan baik-baik saja.

Demikianlah sekilas pembahasan mengenai ‘tipuan’ Barnum Effect di balik ramalan zodiak. Lantas, percayakah Anda dengan nujum yang satu ini?