Info Kesehatan

Perbedaan AIDS dan HIV, Prosedur Tes dan Siapa yang Memerlukan?

AIDS masih menjadi salah satu masalah kesehatan serius dengan risiko kematian yang tinggi. Sangat penting untuk mengetahui apa saja faktor utama penularan HIV

Ilustrasi tes HIV. Foto: Spiritia.

apahabar.com, JAKARTA - AIDS masih menjadi salah satu masalah kesehatan serius dengan risiko kematian yang tinggi. Sangat penting untuk mengetahui apa saja faktor utama penularan HIV sehingga dapat menekan angka kematian akibat penyakit ini.

Sampai saat ini, hubungan seksual masih menjadi cara penularan HIV yang paling sering terjadi. Bahkan, pada beberapa kasus, virus penyebab penyakit AIDS ini menular melalui seks secara oral jika ada luka pada mulut pengidapnya. Selain itu, penularan juga bisa terjadi karena cairan dari vagina maupun penis. 

di Indonesia, data Kemenkes pada akhir tahun 2022 menunjukkan sekitar 51 persen kasus HIV baru yang terdeteksi diidap oleh remaja dan berdasarkan data modeling AEM, di mana pada tahun 2021 diperkirakan ada sekitar 526.841 orang hidup dengan HIV dengan estimasi kasus baru sebanyak 27 ribu kasus.

Mirisnya, data Kemenkes juga menunjukkan sekitar 12. 533 kasus HIV dialami oleh anak usia 12 tahun ke bawah.

Perbedaan AIDS dan HIV

HIV adalah virus yang merusak sistem imun dengan menginfeksi dan menghancurkan sel CD4 (jenis sel darah putih). Semakin banyak sel CD4 hancur, kekebalan tubuh akan semakin lemah. Alhasil, seseorang akan lebih rentan terserang berbagai penyakit.

Namun, perlu diperhatikan bahwa HIV berbeda dengan AIDS. HIV adalah virusnya. Sementara itu, infeksi virus HIV yang tak segera mendapatkan penanganan dapat berkembang menjadi Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS), suatu penyakit yang serius dan membahayakan nyawa.

Pendek kata, AIDS merupakan stadium akhir dari infeksi virus HIV. Pasalnya, pada tahap ini, kemampuan tubuh untuk melawan berbagai infeksi dan penyakit sudah hilang sepenuhnya.

Jenis Tes HIV

1. Tes antibodi

Tes ini digunakan untuk mendeteksi antibodi HIV dalam darah. Antibodi merupakan bentuk respons tubuh saat timbul infeksi. Antibodi HIV akan ditemukan dalam darah seseorang yang terinfeksi HIV.

Umumnya tes ini digunakan sebagai skrining awal. Ada beberapa jenis tes antibodi antara lain:

a. Rapid HIV test, pasien diambil sampel darah lalu dicek dengan alat tes HIV. Tes hanya butuh waktu 20 menit. Namun karena tingkat akurasi rendah, biasanya akan dikonfirmasi lagi dengan tes lain untuk perbandingan.

b. ELISA test, ELISA atau enzyme-linked immunosorbent assay test menggunakan sampel darah lalu dimasukkan dalam antigen HIV.

c. Western blot test, tes merupakan lanjutan dari ELISA test untuk memastikan diagnosis positif HIV.

2. Tes antibodi-antigen

Tes antibodi-antigen merupakan tes kombinasi untuk mendeteksi protein p24 dan atau antibodi HIV-1 atau HIV-2. Ketimbang antibodi, antigen darah bisa didapat lebih cepat.

Jenis tes HIV ini bisa digunakan untuk deteksi HIV sekitar 2-6 minggu setelah perkiraan infeksi.

3. Tes PCR

Tes PCR memiliki tingkat akurasi paling tinggi. PCR begitu familiar semenjak pandemi Covid-19. Namun tes ini tak hanya dikhususkan untuk mendeteksi Covid-19.

Jenis tes HIV satu ini akan memeriksa materi genetik HIV yaitu DNA atau RNA pada darah pasien.

Orang yang Memerlukan Tes HIV

Melansir Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menyebut orang dalam kelompok berikut setidaknya melakukan tes setahun sekali.

1. Berhubungan seks dengan orang dengan HIV.
2. Punya lebih dari satu partner seks.
3. Pernah berbagi jarum atau alat suntik untuk obat.
4. Pernah terdiagnosis penyakit menular seksual.
5. Pernah terdiagnosis hepatitis atau tuberkulosis.
6. Berhubungan seks dengan pasangan yang tidak diketahui riwayat kesehatannya.

Lantas, jenis tes HIV mana yang sesuai? Tentunya tes HIV apa pun bisa dilakukan asal secara profesional oleh tenaga kesehatan.