keracunan massal

Penyebab Keracunan Massal di Surabaya: Daging Kurang Matang dan Tidak Higienis

Penyebab keracunan massal di Surabaya usai menyantap olahan daging kurban terungkap

Ilustrasi keracunan makanan. (Foto: Kompas.com)

apahabar.com, SURABAYA - Penyebab keracunan massal di Surabaya usai menyantap olahan daging kurban terungkap. Hasilnya, daging olahan itu mengandung bakteri karena kurang matang dan tidak higienis.

Hal itu diungkapkan oleh Kepala Dinkes Surabaya Nanik Sukristina saat membacakan hasil pengecekan laboratorium. Pihaknya mengecek sampel makanan dan minuman yang menyebabkan 71 warga Tanah Kalikedinding Surabaya keracunan pada Kamis (29/6).

“Kami cek air mineral dan 4 olahan daging kambing, yakni sate, gulai, dan krengsengan,” ucap Nanik kepada awak media, Kamis (6/7).

Baca Juga: Santap Daging Kurban, Warga di Surabaya Keracunan Massal!

Hasilnya, daging tersebut mengandung bakteri Salmonella sp. Bakteri ini dapat memicu diare dan infeksi di saluran usus manusia serta sering menyebabkan keracunan makanan. 

“Kemungkinan bakteri ini ada karena daging yang diolah kurang bersih dan kurang matang," papar Nanik.

Menurut dia, bakteri itu dapat hidup di saluran usus hewan dan dapat ditularkan ke manusia melalui 2 cara. Penularan tersebut terjadi melalui makanan yang terkontaminasi kotoran hewan dan konsumsi makanan yang kurang matang atau tidak dicuci.

Karena itu, Nanik menghimbau kepada masyarakat agar selalu memastikan kebersihan daging yang akan diolah usai dipotong. Mengingat daging mempunyai kandungan protein dan mudah membusuk.

“Kalau masih mau disimpan di kulkas, daging tidak perlu dicuci,” ucap dia.

Baca Juga: 129 Santriwati di Bondowoso Keracunan Massal, Polisi Amankan 21 Barang Bukti

Sebelumnya diberitakan bahwa 71 warga Tanah Kalikedinding mengalami keracunan usai menyantap olahan daging kurban Iduladha minggu lalu. Mereka mengalami sejumlah gejala pada malam harinya, seperti mual, muntah, diare, dan demam.

Sebagian warga yang keracunan dirawat di rumah sakit dan puskesmas setempat. Kini, berdasarkan data Dinkes Surabaya per Rabu (5/7), sudah tidak ada pasien yang mendapatkan perawatan di Puskesmas maupun di rumah sakit.