Pelatihan Make Up Artist

Penyandang Tuna Rungu, Gali Potensi Lewat Pelatihan Make Up Artist

Sejumlah anak-anak muda mengikuti pelatihan Make Up Artist (MUA) di Gedung Smesco, Selasa (11/7).

Sejumlah penyandang tuna rungu mengikuti pelatihan Make Up Artist yang diselenggarakan oleh PTI di Gedung Smesco, Selasa (11/7). apahabar.com/Andrey

apahabar.com, JAKARTA - Sejumlah anak muda mengikuti pelatihan Make Up Artist (MUA) di Gedung Smesco, Selasa (11/7). Dengan wajah serius dan teliti, mereka merias dengan didampingi oleh beberapa mentor MUA profesional.

Secara kasat mata mereka adalah para pemuda/i normal. Namun jika diperhatikan dengan seksama, sesungguhnya mereka adalah penyandang tuna rungu yang memiliki bakat dan kemauan di bidang make up artist.

Sebanyak 22 sahabat tuna rungu mengikuti pelatihan make up artist (MUA) batch tiga. Pelatihan MUA diadakan dari tanggal 20 Juni hingga 20 Juli 2023, selama 1 bulan. Dari 22 orang itu, 2 orang diantaranya adalah penyandang tuna daksa. 

"Pelatihan MUA ini menjadikan penyandang disabilitas mampu mengasah skill dan membangun pribadi mereka menjadi lebih percaya diri. Memiliki daya untuk mandiri secara finansial dan bisa bersaing dengan MUA professional umumnya," ujar Ketua Pelaksana Sussie Sahroni kepada apahabar.com, Selasa (11/7).

Baca Juga: Penyandang Disabilitas, Pelindo Fasilitasi Pelatihan Kewirausahaan

Sussie menjelaskan para sahabat tuna rungu yang mengikuti pelatihan tidak dipungut biaya. Syaratnya, mereka berasal dari kalangan tidak mampu dan punya kemauan besar untuk belajar.

"Syukur-syukur berlatar belakang make up artist," terangnya.

Menurut Sussie, pelatihan serupa sudah berlangsung sebanyak tiga kali. Untuk batch pertama dan kedua, masing-masing diikuti oleh 20 peserta. Dan yang ketiga ini sebanyak 22 peserta.

"Pendaftaran melalui online, tiap batch atau angakatan rata-rata yang mendaftar lebih dari seratus orang, selanjutnya kita seleksi menjadi 20an peserta," ujarnya.

Baca Juga: Perdana! Balikpapan Buka Bursa Kerja untuk Disabilitas  

Sussie menegaskan, semua alat make up telah disediakan oleh sejumlah donatur dan sponsor. Mereka tinggal menggunakan saja. Adapun metode pengajarannya menggunakan jasa penerjemah bahasa isyarat untuk memudahkan komunikasi, serta disertai dengan teks.

"Jadi semua alat telah dibekali. Kita latih juga baik skill, kepribadian, dan meningkatkan attitide mereka," ujarnya.

Sejauh ini, menurut Sussie, peserta batch pertama dan kedua, sudah 17 sampai 27 sahabat tuna rungu yang akhirnya memilih berkecimpung di industri make up artist.

"Ada yang make pp pengantin, mendapat job make up wisuda juga, untuk fashion show," ujarnya.

Baca Juga: Mensos Risma Puji Sentra Terpadu Penanganan Disabilitas di Solo

Ketua Umum Perempuan Tangguh Indonesia (PTI) Myra Winarko mengungkapkan, selain pelatihan make up artist, ke depannya akan digelar pelatihan florist atau merangkai bunga bagi para penyandang tuna rungu dan autisme. Selain itu turut digagas pembuatan telur asin yang pelatihannya dipusatkan di Bandung, Jawa Barat. 

"Rencananya bulan Oktober untk pelatihan florist ini," ujar Myra kepada apahabar.com, Selasa (11/7).

Dalam jangka panjang, lanjut Myra, kegiatan semacam ini menjadi wadah untuk membangun sebuah ekosistem bisnis bagi para penyandang disabilitas. Melalui pelatihan, mereka diharapkan mampu membuka peluang usaha mandiri di masa depan.

"Melalui pelatihan sebulan penuh, mereka bisa lebih paham bagaimana caranya merias wajah secara profesional dan beberapa teknik lainnya. Pelatihan ini juga membuat peserta lebih percaya diri," terangnya.

Baca Juga: Menyusuri Kehidupan Seniman Penyandang Disabilitas Edo Makarim dalam Pameran Lukis 'Tapak Katresnan'

Darra Novita (32), mantan peserta, merasa bersyukur bisa ikut pelatihan make up artist di batch kedua. Perempuan penyandang tuna rungu itu, kini lebih percaya diri usai mengikuti pelatihan yang digelar PTI.

Dia mengakui kemampuannya untuk merias semakin terasah. Saat ini, ia bahkan sudah mendapatkan job untuk merias pengantin di beberapa lokasi.

"Saya juga sering merima job menjadi make up artist PTI, ada 16 sahabat yang juga ikut dala tim kerja PTI sebagai make up artist. Alhamdulillah sudah 1 tahun berjalan," ujarnya.

Untuk mengatasi kendala komunikasi dengan klien yang diangga sebagai penghalang, Darra mengaku melakukannya melalui chat di ponsel ataupun tulis tangan. 

Baca Juga: Stasiun Pasar Senen Tak Ramah Pemudik Disabilitas!

"Sebelum bertemu langsung dengan klien baru, saya selalu jelaskan jika saya penyandang tuna rungu," ujarnya.

Darra juga memberikan motivasi kepada para penyandang disabilitas lainnya agar tidak minder dengan kekurangannya. Ia meyakini, para disabilitas memiliki kemampuan lebih dari orang pada umumnya.

"Kita harus bersama-sama bisa sukses, dan jangan ada yg saling meninggalkan," jelasnya.