Penonton Konser BLACKPINK Disebut FOMO, Kok Bisa?

Warganet menuding banyak dari penonton konser BLACKPINK bukan BLINK sejati, melainkan hanya terjerat fear of missing out (FOMO) belaka

Penonton konser BLACKPINK yang diselenggarakan di GBK pada 11-12 Maret 2023. Foto: Era.ID.

apahabar.com, JAKARTA - Meski telah berakhir, konser BLACKPINK masih menyisakan 'keributan' di Tanah Air. Warganet menuding banyak dari penonton konser itu bukanlah BLINK sejati, melainkan hanya terjerat fear of missing out (FOMO) belaka.

"Everyone’s stories is just blackpink, FOMO banget,” tulis salah seorang warganet di Twitter. “Inilah kalo nonton cuma gara-gara fomo bukan beneran fans,” cuit lainnya.

FOMO sendiri adalah kondisi di mana seseorang kerap merasa cemas akan ketinggalan kabar atau tren terkini. Kondisi ini membuat orang-orang yang mengalaminya merasa takut dicap ketinggalan zaman.

Penelitian The Impact of Social Network Site Use and FOMO menyatakan kondisi ini umumnya dirasakan anak-anak muda, terutama bagi yang aktif di media sosial.

Platform tersebut memang bermanfaat untuk komunikasi, namun foto dan video unggahan orang lain, seperti liburan atau makan di restoran, dapat menimbulkan rasa iri.

Hal serupa juga disampaikan dalam laman LM Psikologi Universitas Gadjah Mada (UGM), di mana menyatakan bahwa FOMO merupakan dampak dari adanya teknologi berupa media sosial, seperti Instagram, Twitter, Facebook, dan sebagainya.

Ciri-ciri Mengalami FOMO

Orang dengan tingkat FOMO yang tinggi terbiasa mengecek sosial media karena merasa takut tertinggal berita terbaru. Mereka merasa gelisah bila tak terhubung atau tidak bisa mengikuti suatu tren.

Seseorang yang mengalami FOMO umumnya mengecek media sosial pertama kali sesaat setelah bangun tidur. Saking seringnya memeriksa platform itu, mereka cenderung kesulitan memanajemen waktu.

Selain cemas, FOMO berkaitan erat dengan perasaan selalu terlibat dalam segala momen menyenangkan. Demi mengejar eksistensi dan pengakuan, beberapa orang sengaja menampilkan image yang tak sesuai dengan jati diri sebenarnya.

Dampak Buruk FOMO

Penelitian Computer in Human Behavior menyatakan orang-orang dengan tingkat FOMO yang tinggi cenderung mempertanyakan kemampuan dirinya sendiri. Mereka merasa hidup terasa lebih menyedihkan lantaran sering membanding-bandingkan kebahagiaan orang lain.

Sedikit banyak, hal ini memengaruhi cara pandang mereka mengenai kehidupan yang ideal. Lama-kelamaan, perasaan takut tertinggal ini bisa menimbulkan kecemasan, yang lantas mampu memicu stres berlebihan.

Kecemasan berlebih juga dapat menyebabkan susah tidur, tidak nafsu makan, sakit kepala, dan mood kacau. Hal ini dikarenakan kecemasan memicu produksi hormon-hormon penting tubuh, seperti serotonin dan adrenalin.

Cara Menghindari FOMO

Untuk menghindari FOMO, salah satu cara yang bisa diterapkan ialah menetapkan batasan waktu bermain media sosial. Idealnya, cukup buka platform tersebut maksimal dua jam per hari. Bisa juga dengan menonaktifkan notifikasi agar tidak tergoda membuka media sosial.

Selain membatasi waktu membuka media sosial, cobalah luangkan waktu untuk berlatih meditasi. Pasalnya, rutin bermeditasi dapat membantu menjernihkan pikiran dan mengurangi kecemasan.