Kalteng

Penjelasan Kenapa Pemakaman Kepala BNNP Kalteng Sesuai Protokol Kesehatan

apahabar.com, PALANGKA RAYA – Kepala Badan Nasional Narkotika Provinsi (BNNP) Kalimantan Tengah Brigjen Pol Marudut Hutabarat…

Proses Pemakaman Kepala Badan Nasional Narkotika Provinsi (BNNP) Kalimantan Tengah Brigjen Pol Marudut Hutabarat dengan protokol kesehatan. Foto : apahabar.com/ISTIMEWA

apahabar.com, PALANGKA RAYA – Kepala Badan Nasional Narkotika Provinsi (BNNP) Kalimantan Tengah Brigjen Pol Marudut Hutabarat (53 tahun) meninggal dunia, Rabu (29/4), pukul 21.50 WIB.

Alumni Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK) tahun 1997 meninggal dunia di RS Siloam Palangka Raya, dan dikabarkan karena serangan jantung.

Namun video pemakaman jenderal bintang satu ini beredar di media sosial. Tampak petugas menggunakan alat pelindung diri (APD), yang merupakan protokol penanganan corona virus disease atau Covid-19.

Direktur Operasional RS Siloam Palangka Raya, dr Kevin Chrisanta B yang dihubungi melalui sambungan telepon, Kamis (30/4) coba menjelaskan hal tersebut.

Setelah meninggal dunia, mendiang langsung dimakamkan di taman pemakaman umum (TPU) Kristen Kilometer 12 Palangka Raya, menggunakan penanganan corona.

Tak hanya itu saja, almarhum dimasukkan dalam kategori pasien dalam pengawasan (PDP). Bahkan tes swab sempat dilakukan dan sudah dikirim, tinggal menunggu hasil.

“Kita tidak berani bilang negatif Covid-19, sampai ada hasil yang menyatakan beliau negatif,” ucapnya.

Sewaktu datang ke RS Siloam, memang karena serangan jantung, tapi ketika dilakukan rontgen, ada gambaran pneumonia.

“Kita tidak tahu, apakah pneumonia karena Covid-19 atau serangan jantungnya,” ujarnya.

Tetapi tidak semua orang pneumonia dimasukkan dalam PDP, karena orang yang terkena serangan jantung juga bisa menunjukkan gambaran pneumonia.

“Cuma sekarang lagi wabah Covid-19, kita lebih waspada daripada terlambat, makanya tetap dimasukkan dalam ruang isolasi,” ujarnya.

Sebenarnya, pasien mau dirujuk ke RSUD Doris Sylvanus Palangka Raya, untuk pemasangan ring jantung. Tapi waktu itu ruangan masih penuh.

“Ketika Doris menghubungi, sudah ada kamar, kondisi beliau sudah drop, sehingga tidak sempat dirujuk,” ujarnya.

Menurut Kevin, pasien hanya sempat menjalani perawatan sehari. Sewaktu datang ke RS ke Siloam, masih dalam kondisi sadar, tetapi kesadaran sempat turun naik.

“Jadi memang ada fase ketika beliau kesadaran turun, dan ada fase dalam keadaan baik dan turun lagi,” tuturnya.

Memang awalnya pihak keluarga, sempat keberatan dilakukan proses pemakaman secara protap corona. Tetapi akhirnya diterima, setelah diberi pemahaman.

Hingga saat ini RS Siloam merawat 8 PDP Covid 19. Namun hanya untuk kasus ringan dan sedang saja.

“Tetapi areanya ada dan ada ruangan isolasi khusus. Jadi aman untuk pasien umum lain dan staf,”imbuhnya

Reporter: Ahc23
Editor: Ahmad Zainal Muttaqin