Politik

Pengakuan Remaja Relawan H2D yang Diculik-Dipukuli di Lokasi PSU Banjarmasin

apahabar.com, BANJARMASIN – Orang tua R (24) salah satu relawan yang mengalami pengeroyokan tak terima anak…

Orang tua R (24) salah satu relawan yang mengalami pengeroyokan tak terima anak mereka dipukuli. Mereka mantap melanjutkan proses hukum terhadap para pelakunya. Foto: Tim H2D untuk apahabar.com

apahabar.com, BANJARMASIN – Orang tua R (24) salah satu relawan yang mengalami pengeroyokan tak terima anak mereka dipukuli. R mendapat pukulan di bagian mata dan dada.

R mengaku orang tuanya setuju kasus persekusi itu dibawa ke ranah hukum. Sebelumnya, R dan A (21) mengaku dikeroyok sejumlah oknum yang tak dikenal, Minggu (23/5) petang.

Penelusuran apahabar.com, mereka berdua ternyata merupakan relawan pemasang spanduk berisi semboyan antipolitik uang dari Tim Paslon Gubernur nomor urut 02 Denny Indrayana – Difriadi Darjat.

Media ini berhasil menghubungi salah satu dari korban. Dia adalah R, relawan yang masih berstatus mahasiswa. R masih agak trauma dengan kejadian tersebut.

Dia mengaku harus pulang ke rumah orang tuanya guna menenangkan diri. Pasalnya, dia sempat dipukul di sejumlah bagian tubuh saat pengeroyokan terjadi.

“Saya dipukul di bagian mata dan dada. Teman saya (A) yang banyak,” ujar R saat dihubungi melalui telepon.

Bahkan, orang tua R yang mengetahui kejadian tersebut sangat marah. Dan tidak terima atas apa yang menimpa anaknya.

Hingga kasus pengeroyokan oleh sejumlah oknum terhadap relawan H2D itu pun dilaporkan ke Polresta Banjarmasin.

“Orang tua saya marah tahu saya dipukuli orang. Mereka setuju saja kalau masalah ini dibawa ke ranah hukum,” terangnya.

Kronologi Penganiayaan

Baru tadi ikrar damai pemungutan suara ulang digelar, tindak persekusi diduga menimpa sejumlah relawan calon gubernur H Denny-Difri.

Dua dari empat relawan mereka dilaporkan diculik, dipukuli hingga diancam untuk dibunuh oleh orang tidak dikenal saat mensosialisasikan gerakan melawan politik uang.

Baca selengkapnya di halaman selanjutnya:

Minggu 23 Mei, sekitar pukul 14.00 empat relawan H2D yang berinisial A, R, K, dan D selesai memasang spanduk dan stiker antipolitik uang di sekitar wilayah Kelayan Timur, Kota Banjarmasin.

Menurut Tim Hukum H2D, keempat relawan itu tiba-tiba dihampiri lima orang tidak dikenal yang datang menggunakan sepeda motor.

Menariknya, kelima orang tersebut mengaku sebagai anggota pengawas Pilgub Kalsel. Mereka mengatakan bahwa pihaknya telah melakukan rapat serta mengkaji spanduk dan stiker antipolitik uang tersebut yang dituduh telah menyalahi aturan.

"Kami kaget ketika dihampiri mereka. Salah satunya menghubungi teman-temannya dan mengajak untuk datang. Tidak lama kemudian, mereka datang lebih banyak, ada sekitar 15-an (orang) lalu memojokkan kami," cerita salah satu korban selamat berinisial K saat didampingi oleh tim hukum H2D, Muhammad Isrof Parhani.

Setelah merasa sangat terpojok dan terintimidasi, mereka para relawan memutuskan untuk pergi. Namun sayangnya, A dan R yang berboncengan motor tertinggal di tempat sehingga ditarik oleh orang tidak dikenal tersebut dan dibawa pergi.

Masing-masing dari mereka berdua dibawa secara terpisah menggunakan sepeda motor berboncengan tiga orang dalam posisi diapit di tengah-tengah. Tak luput handphone keduanya disita dan diakses tanpa izin oleh orang-orang tersebut.

"Saya dipaksa menyerahkan handphone dan membuka kunci nya. Mereka cek WhatsApp dan saya lihat mereka sempat screenshot dan kirim foto-foto ke handphone milik mereka," ungkap korban lainnya, A kepada tim hukum H2D.

A mengaku dibawa ke sebuah jalan sepi di sekitar Banjar Indah. Di sana ia menerima ancaman dengan senjata tajam berupa celurit kecil yang dikeluarkan oleh seseorang dari tas selempang kecilnya dan dipukul oleh sekitar 15 orang.

Pukulan itu meninggalkan benjolan pada bagian belakang telinga kanan, luka sobek pada bagian bibir atas, dan luka-luka di tempat lainnya.

Sedangkan menurut pengakuan R, sempat dibawa ke sebuah rumah dan bertemu dengan seseorang yang diketahui merupakan anggota DPRD Kota Banjarmasin bernama Z.A.H.

R kemudian dibawa ke suatu jalan sepi di sekitar Teluk Kubur lalu diancam dan dipukuli oleh sekitar 4 orang.

Kemudian, pada pukul 5 sore, rekannya K dan D mengatakan upayanya untuk menghubungi A dan R sempat berhasil dengan tersambungnya saluran telepon.

D kemudian meminta untuk video call di mana permintaan tersebut sepertinya tidak sengaja diterima oleh seseorang dan terlihatlah wajah orang tersebut adalah Z.A.H.

Untungnya, D sempat screenshot kejadian tersebut sebelum Z.A.H memalingkan wajahnya dan berusaha menghindar.

Setelah sempat terpisah, A dan R masing-masing dibawa ke sebuah rumah dan bertemu Z.AH. Keduanya lalu diancam untuk membuat pernyataan dalam sebuah video yang pada intinya menyatakan bahwa pemasangan spanduk dan menempelkan stiker tersebut dilakukan tanpa izin.

Atas kejadian ini, Tim hukum H2D, Muhammad Isrof Parhani mengatakan bahwa tindakan premanisme dalam Pilgub Kalsel tersebut telah mencederai demokrasi di Bumi Lambung Mangkurat.

Ia mengimbau kepada seluruh masyarakat agar terus menolak praktik politik uang dan tidak perlu takut dalam melawan premanisme.

"Tindakan seperti preman tersebut tidak akan pernah bisa membuat kami berhenti melawan politik uang, kami bertumbuh dan akan terus bertumbuh," ucap Isrof.

Duh, Relawan H2D Diduga Disekap & Dikeroyok Oknum Tak Dikenal