Polemik Jas Almamater

Pengadaan Jas Almamater, Presiden BEM UNS: Harga Jualnya Kemahalan

Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UNS Hilmi Ash Shidiqi menyesalkan adanya biaya pembelian jas almamater bagi mahasiswa baru.

Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Sebelas Maret (UNS) Hilmi Ash Shidiqi. Foto: apahabar.com/Fernando

apahabar.com, SOLO - Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Sebelas Maret (UNS) Hilmi Ash Shidiqi menyesalkan adanya biaya pembelian jas almamater bagi para mahasiswa baru UNS.

Menurutnya, jas almamater seharga Rp188.000 masih dianggap terlalu mahal. Belum lagi, para mahasiswa baru masih harus membayar Uang Kuliah Tunggal (UKT).

"UKT kita udah mahal, belum lagi bayar mandiri. Belum lagi anak rantau harus cari kos dan lain sebagainya. Tapi kita dituntut untuk bayar almamater lagi. Rasa-rasanya sangat memberatkan," ungkap Hilmi ditemui apahabar.com, Rabu, (30/08).

Hilmi membantah adanya narasi yang menyebut pengadaan jas almamater sudah dimasukkan dalam komponen biaya UKT, yang kemudian dilakukan pengurangan. Hal itu sebelumnya sempat diutarakan oleh Wakil Rektor Akademik dan Kemahasiswaan UNS, Prof. Ahmad Yunus.

"Saya sudah bilang ke Prof. Yunus. Bahwasanya saya sudah cek UKT dari tahun ke tahun nggak pernah turun. Nggak pernah dipotong. Jadi kalau ada narasi UKT dipotong untuk almamater itu nggak ada. Almamater beli di luar, tidak include UKT," papar Hilmi.

Hilmi bahkan mengaku telah berupaya mencari tahu soal kepastian biaya pembuatan jas almamater tersebut. Untuk itu ia menyambangi sejumlah penjahit pakaian skala besar di Yogjakarta hingga Semarang.

"Iya udah berusaha nyari. Ternyata almamater itu harganya kalau seumpama di kuantiti 10.000 pcs. Harganya bisa Rp80.000 per pcs. Ini ambil untungnya banyak banget nih, siapa yang ngejual," ujarnya.

Hasil penelusurannya itu pun telah disampaikan ke Wakil Rektor Akademik dan Kemahasiswaan UNS, Prof. Ahmad Yunus. Sayangnya, menurut Hilmi, Prof Yunus juga baru mengetahui perihal tersebut.

"Prof. Yunus juga baru tahu kalau seumpama harga almamater itu ternyata skala kuantiti Rp 80.000 dijual Rp 180.000. Kenapa ga di-include-kan ke UKT seperti kampus-kampus lain," tandasnya.