Nasional

Pengabar Bencana Indonesia Wafat, Inilah Sosok Sutopo

apahabar.com, JAKARTA – Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) kehilangan salah satu orang terbaiknya. Setelah Kepala Pusat…

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho. Foto-Instagram.

apahabar.com, JAKARTA – Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) kehilangan salah satu orang terbaiknya. Setelah Kepala Pusat Data Informasi dan Humas nya, Sutopo Purwo Nugroho, wafat dalam perawatan kanker paru-paru di Guangzhou, China, Minggu (07/07/2019) .

Sutopo meninggal pukul 02.00 waktu setempat. Sutopo meninggal dalam perjuangannya melawan kanker paru-paru.

Ia didiagnosis di sekitar awal Desember 2017. Dokter menyarankannya menjaga pola makan, rutin minum obat, serta menjalani rangkai kemoterapi.

Seperti apa sosok Sutopo semasa hidup? Dikutip dari cnnindonesia.com, ia adalah ujung tombak BNPB dalam mengabarkan dan mengklarifikasi bencana. Dalam kondisi apapun, pria asal Boyolali ini teguh menjalankan amanah.

Oktober 2018 lalu, Sutopo bahkan langsung memberikan keterangan pers di depan 135 wartawan nasional dan luar negeri, meski dia baru saja keluar dari rumah sakit.

Sutopo juga menegaskan bahwa kanker paru-paru yang diderita tak akan menghalangi tugasnya sebagai penyampai kabar bencana.

Menjalani kemoterapi, Sutopo masih bisa berkelakar bahwa terapi untuk menjinakkan sel kanker itu telah melunturkan kegantengannya.

Keaktifan Sutopo sebagai pengabar bencana membuat media asing The Straits Times Asian memberikan anugerah “The First Responders” kepadanya.

Penghargaan yang diumumkan dalam The Straits Times Global Outlook Forum 2019 ini bertujuan untuk mengapresiasi pada relawan atau petugas kebencanaan yang tanpa pamrih membantu penanganan bencana alam.

Sutopo juga mendapat penghargaan The Most Inspirational ASN 2018 setelah melewati seleksi ketat Dewan Juri Anugerah ASN, ajang untuk mencari ASN panutan yang punya kinerja baik.

Bagi wartawan, Sutopo adalah “tempat bergantung” untuk mencari info saat bencana terjadi. Dengan berbagai keterbatasan komunikasi dan sumber daya manusia di wilayah bencana, media hampir selalu menjadikan Sutopo rujukan utama info bencana.

Kegigihannya memberikan dan mengklarifikasi kabar bencana di media sosial juga membuatnya menjadi salah satu tokoh favorit di dunia maya Indonesia. Apalagi ia tergolong senang berinteraksi lewat Twitter.

Sutopo mengaku mulanya enggan diberi jabatan “pengabar bencana” tersebut, mengingat latar belakang keilmuannya jauh berbeda.

“Waktu itu saya dipaksa dilantik. Saya enggak punya background komunikasi, tapi bisa menjelaskan itu (bencana),” katanya.

Latar belakang sebagai peneliti di Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dulu membuatnya dekat dengan media.

Dia pernah menjadi narasumber karena salah satu penelitiannya di Situ Gintung menjadi rujukan saat tanggul itu jebol, dan menewaskan sekitar 100 orang pada 2009.

Lelaki kelahiran Boyolali, Jawa Tengah 7 Oktober 1969 itu meraih gelar sarjana pertamanya dari jurusan geografi, Universitas Gadjah Mada pada 1993.

Dia lantas melanjutkan studi di bidang Hidrologi di Institut Pertanian Bogor dan meraih gelar Doktor. Dia mengaku nyaris menjadi profesor jika tidak keburu kerja di BPPT dan BNPB.

Sutopo pun sebenarnya siap jika harus digantikan oleh orang lain. Namun, menurut dia menjelaskan data dan mekanisme bencana bukan perkara gampang.

Dalam menyiapkan data bencana sebelum disampaikan kepada media massa, Sutopo kerap menghabiskan waktu seharian penuh buat menyusunnya. Baginya tak mudah mendapatkan data-data saat terjadi bencana.

Dia terlebih dulu harus mengontak setiap posko, menyatukan data, menyortir, memeriksa dan menganalisisnya sebelum dibagikan ke media. Belum jika wilayah bencana sulit dijangkau atau jalur komunikasi putus.

Ditambah dengan maraknya hoaks atau berita bohong melalui media sosial. “Hoaks bertubi-tubi. Masuk ke ranah politik, saya tampilkan apapun disalahkan,” katanya.

Pengumpulan data menjadi semakin sulit karena fisik Sutopo semakin melemah. Dia harus menyempatkan melakoni kemoterapi tiga pekan sekali, di sela-sela tugasnya. Lambat laun pengobatan itu memperlihatkan efeknya.

“Efek kemoterapi itu sakit, pasti mual, muntah, pusing, badan nggreges, kemudian juga kuping jadi budek, rambut rontok, ganteng saya luntur. Nafsu makan enggak ada. Seminggu biasanya, tiga hari enggak ngantor,” ujarnya.

Meski merasa kepayahan, Sutopo selalu menyempatkan diri menjadi pengabar bencana. Demi menyesuaikan zaman, Sutopo juga harus fasih dalam menggunakan teknologi online. Seluruh informasi selalu dia pampang di laman media sosial Twitter dan Instagram.

Dia juga masih rajin membalas pesan dalam aplikasi WhatsApp dari wartawan. Dia mengelola tujuh grup WhatsApp jurnalis nasional, dan 14 grup wartawan lokal, dan satu grup pers BNPB. Ada lebih dari tiga ribuan wartawan mesti dia layani di saat-saat genting.

Ponselnya juga kerap berdering seharian karena dikontak keluarga atau korban yang ingin mendapat penjelasan. Instansi pemerintahan lain juga senantiasa menunggu informasi darinya.

Ia pernah berjanji tetap berusaha bekerja sebaiknya-baiknya memberikan kabar meski dalam kondisi sakit parah.

Kini Sutopo tak lagi bisa memberikan kabar bencana. Ia mengembuskan napas terakhir di China pada Minggu (7/7). Doa-doa mengalir untuknya. Tagar untuk Sutopo #ripsutopo pun menjadi trending nasional.

“Telah meninggal dunia Bapak @Sutopo_PN , Minggu, 07 July 2019, sekitar pukul 02.00 waktu Guangzhou/pukul 01.00 WIB. Mohon doanya untuk beliau,” tulis Direktorat PRB melalui akun Twitter-nya, yang pertama kali mengabarkan wafatnya Sutopo.

Perginya Sutopo juga mendapat perhatian dari penyanyi Raisa Andrian. “Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un, turut berduka cita atas meninggalnya Bapak Sutopo PN. Semoga beliau diterima di sisi-Nya. Aamiin,” dalam salah satu twit-nya.

Netizen kemudian mengunggah momen kenangan Raisa dengan Sutopo. Diketahui Sutopo penggemar berat istri Hamish Daud tersebut.

Para warganet teringat saat Raisa dan Sutopo video call. Hal itu juga jadi kenangan indah untuk mereka. “Aamiin. Jadi inget pas bapak sutopo vidcall sama kak yaya,” komen akun @nurkho**dah05.

“Paling tidak #raisameetsutopo akan dikenang oleh banyak orang termasuk Raisa secara pribadi dan juga penggemar pak Sutopo,” timpal @twee**ian.

Baca Juga: Pangdam Cenderawasih Pimpin Pencarian Helikopter MI 17

Baca Juga: Ratusan Wisatawan Tersengat Ubur-Ubur di Pantai Selatan Kabupaten Gunung Kidul

Sumber: cnnindonesia/detikcom
Editor: Ahmad Zainal Muttaqin