Kalsel

Pemuda Kalsel Nekat Keliling Indonesia: Jalan Kaki & Sempat Tak Makan Seminggu

apahabar.com, TANJUNG – Tak semua orang punya waktu sekaligus nyali untuk mengelilingi Indonesia. Wilayah Tanah Air…

Muhammad Fini, pemuda asal Tabalong, Kalsel, keliling Indonesia, nekat keliling Indonesia dengan modal pas-pasan. Foto-Istimewa

apahabar.com, TANJUNG – Tak semua orang punya waktu sekaligus nyali untuk mengelilingi Indonesia. Wilayah Tanah Air yang sangat luas membuat orang berpikir seribu kali jika ingin merasakan sensasi melihat semua keragaman di Nusantara.

Tapi di Kalimantan Selatan, ternyata ada pemuda bernyali besar yang nekat berkeliling Indonesia dengan modal pas-pasan. Dia mengunjungi setiap kota dengan berjalan kaki sambil berharap dapat tumpangan kendaraan.

Pemuda itu bernama Muhammad Fini. Dia berasal dari Desa Simpung Layung, Muara Uya, Tabalong.

“Saat ini saya berada di Pulau Sulawesi, tepatnya di Sulawesi Utara di Kota Manado,” ungkapnya saat dihubungi apahabar.com, Kamis (4/11).

Pria kelahiran Kampung Baru 25 Mei 2001 bercerita sejak kecil sudah mempunyai mimpi keliling Indonesia. Tapi karena tak punya dana, mimpi itu belum bisa dia wujudkan.

Kemudian sejak 2020, oleh temannya, dia diajari cara jalan-jalan tanpa harus ketergantungan dengan uang.

Awalnya, cara itu dia praktikkan saat bepergian dari Jawa Timur ke Jawa Tengah satu tahun lalu. Tapi upaya perdananya masih gagal, karena faktor mental yang belum mumpuni.

Fini saat tiba di Manado. Foto-Istimewa

Meski begitu, hasratnya untuk keliling Indonesia masih menggebu-gebu. Sejak 22 Februari 2021, dia kembali memberanikan diri untuk menyusuri Nusantara tanpa memegang uang sepersen pun.

Perjalanan dimulai dari Desa Muara Uya menuju ke Pelabuhan Tri Sakti Banjarmasin. Setelah berhasil menyeberang ke Pulau Jawa, dia kemudian mengunjungi Bali, Lombok, Sumbawa, Dumpa, Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB), hingga Nusa Tenggara Timur (NTT).

Setelah itu, perjalanan Fini dilanjutkan ke Pulau Timur, Kupang, dan sampai kawasan perbatasan Indonesia dengan Timur-Timor.

Selama di perjalanan, Fini hanya mengandalkan dua kakinya sembari berharap ada orang baik yang mau memberikan tumpangan.Saat ada orang yang berbaik hati kepadanya, kadang dia bisa nebeng naik truk, pikap, mobil pribadi, atau kapal.

“Pokoknya apa saja lah yang bisa ditumpangi,” katanya.

Saat sudah kelelahan atau saat matahari sudah tenggelam di ufuk barat, dia biasanya tidur dan beristirahat di rest area SPBU, toko ritel, di depan warung kosong, dan di depan teras rumah warga. Tak jarang Fini terpaksa tidur di pinggir jalan.

“Untuk mampir di komunitas pencinta alam baru akhir-akhir ini saja saya lakukan,” jelas Fini.

Fini juga bercerita selama di perjalanan dia banyak bertemu orang-orang baik. Dari kebaikan mereka itulah dirinya bisa bertahan hidup. Kadang dia diberi makan, diberi jajan, dikasih air, logistik, rokok serta uang.

“Yang ngasih warga setempat dan juga sopir yang mobilnya saya tumpangi. Untuk menyambung hidup saya juga pernah kerja buruh pikul barang bangunan,” ceritanya.

Suka duka pun dia terima selama perjalanan. Dia merasa bahagia saat mendapat tumpangan menuju tujuan selanjutnya.

“Dukanya, susah dapat kapal, susah dapat tumpangan mobil. kurang makan, terkadang tidak makan dalam sehari. Pengalaman terpahit ada di Pulau Kupang Pulau Timur tidak makan selama satu minggu, hanya air yang membuat saya bertahan hidup sampai sekarang,” beber Fini.

Selama perjalanan, Fini juga bertemu dengan orang-orang yang melakukan perjalanan keliling Indonesia. Seperti saat dia datang ke Bogor, Bengkulu, dan Palembang. Di NTB, Fini juga bertemu dengan traveler asal Bandung dan Yogyakarta.

“Teman dari Bandung berpisah. Saya berdua jalan dengan teman dari Yogyakarta hingga sampai Maluku. Namun di Ambon kami berpisah. Sekarang saya jalan sendiri,” ungkap Fini.

Fini bertekad untuk terus melanjutkan perjalanannya keliling Indonesia, meski perasaan rindu keluarga di kampung terus berkecamuk. Tapi kerinduan itu akan terus ia pendam sampai tiba di kota terakhir yang akan dia kunjungi.

“Saya kangen dengan keluarga di kampung, karena bagi saya keluarga sangat penting. Tapi nanti saya akan finish di rumah, di Simpung Layung. Semoga tetap sehat dan selamat tidak kurang satu apa pun,” pungkasnya.