Kalsel

Pemuda Ini Jadi Pejuang Literasi di Balik Jeruji Besi

apahabar.com, MARTAPURA – Bagi sebagian orang, penjara bukan halangan untuk mengembangkan kreativitas. Mendekam di balik jeruji…

WH saat melihat koleksi buku perpustakaan keliling Dispersip Kalsel. Foto-Istimewa

apahabar.com, MARTAPURA – Bagi sebagian orang, penjara bukan halangan untuk mengembangkan kreativitas. Mendekam di balik jeruji besi justru bisa membuat seseorang menjadi lebih reflektif dan kontemplatif.

WH (18) adalah contohnya. Meski saat ini dia sedang menjalani masa hukuman di penjara karena kasus yang menimpanya, tetapi dia bisa mengisi hari-harinya dengan kegiatan positif.

Pertemuan singkat WH dan apahabar.com terjadi di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Kelas I Martapura, belum lama ini.

Kala itu, rombongan Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah (Dispersip) Kalsel tengah melakukan kunjungan perpustakaan keliling.

Meski mengenakan masker, senyum semringah bisa tergambar jelas dari rona wajahnya. Tak heran, rupanya WH adalah salah satu relawan yang ditugaskan untuk mengurus perpustakaan di lapas tersebut.

Kedatangan pusling seperti angin segar baginya, sebab program ini sempat meniadakan kunjungan ke lapas akibat pandemi Covid-19.

“Dari dulu suka membaca. Dari SMP,” kata WH.

Dia begitu bersemangat ketika ditanya perihal kegemarannya. WH juga banyak menceritakan ketertarikannya pada dunia literasi. Novel favoritnya adalah “Blacky White”, sebuah novel karya Nunizzy yang berkisah tentang kehidupan remaja dengan unsur persahabatan, keluarga, hingga konflik.

“Kegiatan sekolah seperti biasa. Di luar itu, dunia saya cenderung berkecimpung pada game dan atlet juga,” katanya

WH banyak menghabiskan waktu di tahanan dengan memaksimalkan potensi dan bakatnya. Meski hanya berbekal media kertas dan pulpen, WH kerap membuat tulisan-tulisan seperti cerita pendek dan puisi.

“Tapi belum seprofesional orang, baru tiga tulisan. Salah satunya tentang perjalanan hidup saya. Mulai dari meniti karir di SMP, ditinggal orang tua (merantau) dan berakhir di sini,” runutnya.

Jauh sebelum menjadi warga binaan, WH adalah siswa yang tergolong aktif, tak hanya bidang akademisi saja, dia juga berhasil menorehkan sejumlah prestasi.

Pada 2017 lalu, misalnya, WH menjadi salah satu atlet yang berhasil menjadi juara dalam ajang Pekan Olahraga Daerah (Popda) Kalsel pada cabang Karate.

Setelah menunaikan kewajiban 9 tahun belajar, WH juga terdaftar pada sebuah perguruan tinggi di Yogyakarta dengan jurusan kedokteran melalui jalur undangan. Sayang, impian itu harus musnah setelah dia terlibat sebuah kasus pada April tahun lalu.

Kini, WH mencoba mengikhlaskan segala yang terjadi dalam hidupnya. Namun, tak lama lagi status pesakitan yang disandangnya selama satu tahun ini akan berakhir. Masa hukumannya akan selesai pada Agustus mendatang.

Editor: Puja Mandela