Stunting Di Jakarta

Pemprov DKI Lawan Stunting dengan Pengentasan Kemiskinan

Masalah stunting erat kaitannya dengan kemiskinan. Pemrov DKI Jakarta akan menangani masalah itu dengan pengentasan kemiskinan.

Dari kiri, Sekertaris Bappeda, Atika dan (BKKBN) Tavip Agus, saat menjumpai awak media setelah melaksanakan rapat koordinasi penanganan stunting. Foto: Reka Kajaksana.

apahabar.com, JAKARTA -Pemerintah Provinsi DKI Jakarta optimis dapat mencegah stunting melalui pengentasan kemiskinan. Permasalahan struktural stunting yang erat kaitannya dengan kemiskinan. Hal itu memantik pemerintah provinsi DKI Jakarta untuk segera rumuskan kebijakan.

Sekretaris Utama Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Tavip Agus menjelaskan perlu sinkronisasi data untuk menjalankan arahan presiden pada target pencegahan stunting sebanyak 14%.

"Jadi kami pada tahun 2021 sebetulnya sudah lakukan pendataan keluarga terhadap 68 juta penduduk lebih yang kemudian di tahun 2022 kemarin di-update sebesar 37 juta lebih, tujuannya untuk menemukan orang-orang yang punya risiko stunting," kata Agus pada gelaran rapat koordinasi pengentasan kemiskinan ekstrem dan pencegahan stunting pada Senin (30/01) di Balaikota Jakarta, Senin (30/01).

Baca Juga: Cegah Stunting dengan Menjaga Seribu Hari Pertama Kehidupan

Rapat koordinasi ini bertujuan untuk memetakan pencegahan masalah stunting agar anak-anak dapat di Jakarta bebas dari masalah kurang gizi itu.

"Kenapa ini (pencegahan) penting dibanding orang yang terlanjur stunting? karena secara medis orang yang terlanjur stunting sama mencegah itu lebih efektif dibanding yang mencegah," ungkap dia.

Baca Juga: Jokowi Ingatkan Persoalan Stunting 23 Persen Kasus Bayi Meninggal dalam Kandungan

Koordinasi itu jug menjadi langkah awal aksi tanggap cepat dari himbauan penurunan angka stunting hingga 14% dalam dua tahun. Menurutnya pencegahan harus dilakukan sejak sedini mungkin.

"Harapannya 14%, maka pencegahan ini (stunting) yang paling dekat pada fase mau calon pengantin, pada saat hamil dan pada saat 1000 hari pertama kehidupan," tutur Agus.

"Dalam waktu dekat kita akan tetapkan sampel-sampel untuk memastikan data-data yang ada di carik (sistem informasi) yang sudah terkoneksi di BKKBN agar sasarannya tepat," pungkasnya.

Baca Juga: BPS Akui Ada Daerah yang Alami Kemiskinan Ekstrem

Penetapan sampel ini akan segera dilakukan agar penetapan kebijakan tepat sasaran, dan bantuan bisa segera diberikan pada warga yang terindikasi berada dalam kategori miskin ekstrem.

Konsumsi gizi yang berimbang, jadi salah satu hal yang paling krusial dalam pencegahan stunting. Inilah mengapa, stunting dan kemiskinan tidak bisa dilepaskan. Keluarga yang miskin seringkali tidak mendapat kebutuhan gizi yang cukup.