Pemkab Bangka Barat Dorong Pelestarian Budaya Khitan Massal

Pemkab Bangka Barat ingin mendorong pelestarian budaya khitan massal yang menjadi tradisi dari Desa Ranggiasam.

Khitanan massal merupakan salah satu keragaman warisan budaya turun temurun di masyarakat Desa Ranggiasam, Bangka Barat yang perlu terus dipertahankan. (Foto: Antara)

apahabar.com, JAKARTA – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bangka Barat ingin mendorong pelestarian budaya khitan massal yang menjadi tradisi dari Desa Ranggiasam.

Selain tradisi khitan massal, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Bangka Barat, Muhammad ali, ingin mendorong lebih banyak pelestarian beragam warisan budaya yang ada di daerahnya.

"Warisan budaya di Bangka Barat ini sangat banyak dan beragam, salah satunya tradisi sunatan atau khitan massal yang ada di Desa Ranggiasam, Kecamatan Jebus," ujarnya dilansir Antara, Minggu (20/11).

Baca Juga: G20 Buka Peluang Bisnis Bagi UMKM Terutama Sektor Pariwisata

Menurutnya, tradisi sunatan massal yang berlangsung di desa tersebut, sangat menarik dan mengundang banyak pengunjung dari dalam dan luar daerah datang ke lokasi itu.

Perayaan sunatan massal dengan tata cara sunat tradisional di Desa Ranggiasam merupakan perayaan tradisi adat istiadat budaya Islam yang rutin dilaksanakan, khitan massal ini diikuti anak-anak yang sudah akil balik.

Rangkaian acara khitanan massal dimulai siang hari dengan doa mohon selamat oleh para peserta khitan didampingi orang tua berkumpul bersama di Masjid desa, dilanjutkan kirab menuju sungai untuk memandikan para calon peserta sunatan sebagai simbol penyucian.

"Kemarin sudah dimulai rangkaian prosesi tersebut, dan hari ini anak-anak disunat dengan tata cara tradisional, mulai dari proses berendam di sungai sebelum sunatan," katanya.

Baca Juga: Cerita Bagas Jadi Pioner Industri Pariwisata Yogyakarta, Bermula Bangun Rumah Peristirahatan

Menurut dia, adat tradisional warga tersebut merupakan kekayaan budaya di Bangka Barat yang perlu terus dipertahankan, dilestarikan dan dikembangkan agar bisa menjadi daya tarik pariwisata.

Dalam konteks pengembangan pariwisata, budaya yang berkembang di masyarakat secara turun temurun ini merupakan sebuah potensi dan bisa dimanfaatkan sebagai salah satu sumber ekonomi masyarakat.

"Kita akan berupaya mengembangkan pariwisata berbasis budaya, yang tentunya akan memberi manfaat ekonomi bagi masyarakat sekaligus menghidupkan kembali jati diri masing-masing," katanya.

Baca Juga: Miliki Kesamaan Sejarah, Wali Nanggroe Aceh Jajaki Kerja Sama Warisan Budaya dengan Rusia

Di Bangka Barat hampir seluruh desa memiliki adat dan budaya masing-masing yang bisa dijadikan bahan baku untuk dimanfaatkan masyarakat sebagai daya tarik wisatawan.

Partisipasi warga yang tinggal di pusat kebudayaan yang ada di desa masing-masing sangat dibutuhkan untuk akselerasi ekonomi berbasis pengetahuan tradisional dan seni lokal sehingga ke depan akan terbangun peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat dan kelompok pelaku tradisi.

"Keindahan tradisi dan keberagaman warisan budaya ini akan terus kita kelola agar bisa menjadi pemicu bangkitnya ekonomi pariwisata di Bangka Barat," katanya.