Nasional

Pembantaian Sekeluarga di Sigi Sulteng, TNI Terjunkan Pasukan Khusus

apahabar.com, JAKARTA – Entah sudah berapa kali aparat gabungan menerjunkan pasukan khusus dalam Operasi Tinombala mengejar…

Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto menerjunkan pasukan khusus untuk memburu sisa-sisa kelompok Santoso. Foto ilustrasi Kopassus TNI AD: Istimewa 

apahabar.com, JAKARTA – Entah sudah berapa kali aparat gabungan menerjunkan pasukan khusus dalam Operasi Tinombala mengejar Kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) pimpinan Ali Kalora di Sulawesi Tengah.

Terbaru, TNI kembali mengirimkan pasukan khusus setelah empat orang dalam satu keluarga terbunuh di Kabupaten Sigi, Sulteng.

“Besok pagi akan diberangkatkan pasukan khusus dari Halim menuju Palu dan ditugaskan di Poso,” kata Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto saat jumpa pers di Kantor Kemenko Polhukam, Jakarta, Senin (30/11), dilansir Antara.

Pasukan khusus ini untuk memperkuat pasukan yang berada di Poso, sehingga apa yang diharapkan masyarakat Indonesia bahwa kelompok MIT harus dikejar sampai dapat akan dilaksanakan.

TNI pun akan menindak tegas pelaku dari kelompok MIT, di mana TNI akan membantu Polri.

“Saya mohon doanya agar operasi ini bisa berjalan dengan lancar. Dukungan-dukungan untuk operasi sudah kita kirim secara bertahap dengan dukungan operasi tersebut saya yakin kelompok MIT yang melakukan kejahatan atas penduduk yang tidak berdosa segera tertangkap,” kata mantan Kepala Staf Angkatan Udara (Kasau) ini.

Prosesi pemakaman korban penyerangan di Desa Lemban Tongoa, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah. Foto: Istimewa

Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD menyatakan bahwa pemerintah memerintahkan kepada aparat keamanan untuk memperkuat dan memperketat penjagaan serta pengamanan terhadap warga dari ancaman terorisme pasca-pembunuhan empat orang dalam satu keluarga di Sigi, Sulawesi Tengah.

“Pemerintah menjamin keamanan warga di seluruh wilayah Indonesia. Termasuk kepada warga di Kabupaten Sigi, Sulteng, terutama setelah terjadinya tindakan teror dan kekerasan terhadap warga di wilayah itu,” kata Mahfud dalam jumpa pers terkait kekerasan dan pembunuhan di Kabupaten Sigi, di Kantor Kemenko Polhukam, Jakarta.

Pemerintah pun menyesalkan dan mengutuk keras tindakan teror kekerasan dan kekejian yang dilakukan oleh Kelompok Teroris Mujahidin Indonesia Timur (MIT) pimpinan Ali Kalora.

“Itu bukan gerakan keagamaan tapi gerakan kejahatan terhadap sebuah keluarga di Sigi, Sulteng yang menyebabkan jatuhnya korban jiwa dan luka-luka,” kata Mahfud yang didampingi oleh Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto dan perwakilan dari Mabes Polri.

Pemerintah juga menyampaikan duka yang mendalam dan pemerintah telah bertemu dengan keluarga korban dan juga pemerintah juga sudah melakukan langkah-langkah untuk pemulihan atau trauma healing.

Pemerintah, kata Mahfud, telah memerintahkan aparat keamanan melalui Satgas Operasi Tinombala untuk melakukan pengejaran dan pengepungan terhadap para pelaku pembunuhan empat orang dalam satu keluarga itu.

“Agar secepatnya dilakukan proses hukum yang tegas terhadap mereka,” ujar Mahfud menegaskan.

Operasi ini akan dipimpin oleh Polri yang dibantu oleh TNI dalam Satgas Tinombala.

Kronologis Penyerangan

Ada satu saksi yang berhasil melarikan diri dari aksi pembunuhan yang dilakukan kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT). Kelompok Ali Kalora Cs membunuh warga di Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah. Foto: Antara

Kelompok teroris Mujahidin Indonesia Timur (MIT) pimpinan Ali Kalora dilaporkan menyerang permukiman warga transmigrasi dan membunuh empat orang serta membakar beberapa buah rumah di Dusun Lima Lewonu, Desa Lemban Tongoa, Kecamatan Palolo, Kabupaten Sigi, Jumat (17/11) sekitar pukul 08.00.

Dari enam rumah yang dibakar, salah satunya yang biasa dijadikan tempat beribadah umat Gereja Bala Keselamatan.

Kapolda Sulawesi Tengah, Irjen Pol Abdul Rakhman Baso, menjelaskan kronologi peristiwa itu.

Pagi itu salah satu rumah didatangi sekitar delapan orang tak dikenal atau OTK, yang masuk lewat belakang mengambil beras kurang 40 kilogram.

“Setelah itu melakukan penganiayaan tanpa ada pernyataan apa pun, menggunakan senjata tajam tanpa perikemanusiaan mengakibatkan empat orang korban,” kata Baso.

“Setelah itu OTK membakar rumah sebanyak kurang lebih enam rumah. Dan saya sendiri sudah cek langsung ke TKP kemarin dan dari enam rumah ini empat yang terbakar habis, dua hanya dapur bagian belakang itu pun bukan rumah inti rumah tambahan beratapkan alang-alang,” sambungnya.

Pasca-peristiwa itu, situasi di lokasi dilaporkan sudah kondusif. Aparat keamanan sudah melakukan trauma heling kepada warga setempat untuk takut terkait kejadian itu.

Bahkan, kata dia, saat ini di lokasi telah ditempatkan sejumlah personel aparat keamanan.

Baso berpesan agar masyarakat tidak terprovokasi, karena tujuan pelaku melakukan aksinya agar terjadi perpecahan kesatuan, khususnya menjelang Pilkada ini.