Pelabuhan Kuala Tanjung

Pembangunan Pelabuhan Kuala Tanjung Sia-Sia, Ini Faktanya

Pengamat kepelabuhanan Siswanto Rusdi mengatakan keberadaan Pelabuhan Kuala Tanjung bagian dari program strategis nasional hilirisasi adalah langkah yang tepat.

Suasana Pelabuhan Kuala Tanjung sebagai bagian dari program strategis nasional hilirisasi dan pengiriman logistik dinilai sudah tepat. (Foto: dok untuk apahabar)

apahabar.com, JAKARTA - Pengamat kepelabuhanan Siswanto Rusdi mengatakan keberadaan Pelabuhan Kuala Tanjung di Kabupaten Batubara, Sumut, sebagai bagian dari program strategis nasional hilirisasi dan pengiriman logistik sudah tepat.

Pelabuhan tersebut akan menjadi pendukung aktivitas KEK Sei Mangkei dan kawasan industri yang ada di sekitar pelabuhan. Hal itu ia sampaikan untuk merespon klaim pembangunan Pelabuhan Kuala Tanjung adalah hal yang sia-sia.

Menurut Siswanto kawasan industri akan efektif jika didukung dengan keberadaan pelabuhan untuk distribusi bahan baku maupun hasil produksi dari sejumlah pabrik yang ada di dalam kawasan industri tersebut.

"Bagaimana mereka yang ada di kawasan industri mau membangun pabriknya jika jauh dari pelabuhan, sementara kita tahu barang kontruksi ataupun mesin-mesin pabrik ukuran maupun jumlahnya juga cukup besar," kata Siswanto dalam keterangan resminya yang diterima apahabar, Sabtu (15/4).

Baca Juga: Kembangkan KEK Mandalika dan Sanur, Injourney Butuh Rp1,19 Triliun

Geliat aktivitas pelabuhan disebut akan terus meningkat seiring dengan beroperasi sejumlah pabrik di KEK Sei Mangkei ataupun yang ada di Kawasan Industri Kuala Tanjung.

Direktur The National Maritime Institute (Namarin) Siswanto menjelaskan, dari data yang ia peroleh, Pelabuhan Kuala Tanjung memiliki sejumlah keunggulan. "Salah satunya adalah kolam pelabuhan yang memiliki kedalaman mencapai minus 17 meter lws (low water spring)," ungkapnya.

Dengan kedalaman kolam tersebut, Pelabuhan Kuala Tanjung dapat melayani kapal dengan ukuran panjang kurang lebih mencapai 250 meter. Dengan ukuran tersebut kapal dapat mengangkut muatan barang kurang lebih mencapai 4.000.000 ton barang curah maupun general cargo dan peti kemas kurang lebih 4.000 teus.

"Letak pelabuhan juga strategis, ada di selat malaka, jadi sangat efektif bagi industri, baik untuk ekspor maupun memenuhi kebutuhan dalam negeri," ujarnya.

Baca Juga: KEK Kura Kura Bali, Investor Bisa Nikmati Fasilitas Bebas Pajak

Kondisi akan berbeda jika pelabuhan dibangun di tengah atau di akhir ketika kawasan industri sudah beroperasi. Hal itu disebut oleh Siswanto akan mengganggu distribusi barang karena belum adanya fasilitas pelabuhan.

Pilihan menggunakan Pelabuhan Belawan akan menambah biaya logistik mengingat jarak yang cukup jauh dari KEK Sei Mangkei maupun dari Kawasan Industri Kuala Tanjung.

"Membangun pelabuhan juga butuh waktu, tidak sebentar, tidak serta merta juga langsung bisa ramai, Jadi keberadaan Pelabuhan Kuala Tanjung sudah tepat, tinggal bagaimana pihak-pihak yang berkepentingan memacu pengembangan kawasan industri yang ada di sekitar pelabuhan," imbuh Siswanto.

Direktur Utama PT Prima Multi Terminal (PMT Kuala Tanjung) Eko Hariyadi Budiyanto mengamini hal itu. Menurutnya, arus kapal dan barang di Pelabuhan Kuala Tanjung terus meningkat sejak beroperasi pertama kali pada tahun 2019.

Baca Juga: Pemudik Rela Menginap di Pelabuhan Jangkar Situbondo, Ada yang Nyaris Seminggu!

Arus peti kemas pada tahun 2019 tercatat sebanyak 23,9 ribu teus, sementara pada tahun 2020 tercatat sebanyak 54 ribu teus. Di tahun 2021, arus peti kemas mengalami meningkat mencapai 70,3 ribu teus dan mengalami sedikit penurunan sebesar 0,5 persen pada 2022.

"Bukan hanya arus peti kemas yang mengalami peningkatan, arus barang curah kering juga tumbuh. Pada tahun 2022 lalu tercatat sebanyak 10,8 ton," kata Eko.

Selain peti kemas dan general cargo, Pelabuhan Kuala Tanjung juga menangani kegiatan bongkar muat curah cair dan general cargo. Perseroan mencatat arus curah cair pada tahun 2019 sebanyak 102 ribu ton, lalu pada tahun 2020 arus meningkat menjadi 366 ribu ton. Arus curah cair pada tahun 2021 tercatat sebanyak 672 ribu ton.

Sementara untuk arus barang general cargo, pada tahun 2021 sebanyak 4,1 ribu ton menjadi 63,1 ribu ton pada tahun 2022.

Baca Juga: 12 ABK Indonesia Hilang, Usai Kapal Kargo Vietnam Dinyatakan Karam

"Kami akui memang arus kapal dan barang masih fluktuatif, namun demikian manajemen terus berupaya untuk meningkatkan kunjungan kapal maupun arus barang di Pelabuhan Kuala Tanjung," lanjutnya.

Sementara itu, manajemen PMT Kuala Tanjung menyebut telah bertemu dengan sejumlah operator kapal peti kemas internasional hingga para pemilik barang. Hasilnya, diperlukan sejumlah langkah untuk meningkatkan kunjungan kapal diantaranya adanya insentif tarif bagi pelayaran, penyediaan depo untuk penumpukan peti kemas kosong (empty) dengan tarif yang kompetitif.

Selanjutnya diperlukan kerjasama dengan para pemilik barang dengan jaminan biaya yang lebih kompetitif jika dibandingkan melalui Singapura. Serta kerjasama pelayanan kegiatan kepelabuhanan bagi para perusahaan yang sedang melakukan pembangunan pabrik di KEK Sei Mangkei.

Kawasan Industri Kuala Tanjung juga perlu dikembangkan dan dioptimalkan. Pasalnya, di masa yang akan datang Pelabuhan Kuala Tanjung diharapkan dapat menjadi pusat kegiatan barang curah dan pusat rantai pasok (bulk logistic & supply chain hub).

Baca Juga: H-9 Lebaran, Jumlah Pemudik di Pelabuhan Ketapang Meningkat Tipis

Menurut Eko, terdapat potensi arus barang kurang lebih sebanyak 2,7 juta ton per tahun apabila industri yang ada di sekitar pelabuhan sudah beroperasi penuh.

"Para pemangku kepentingan optimis jika KEK Sei Mangkai dan Kawasan Industri Kuala Tanjung sudah beroperasi penuh maka dengan begitu peran dari Pelabuhan Kuala Tanjung akan semakin nyata terlihat," tegas Eko.