Kalsel

Pembangunan Bandara di HST, Ekonom: Masih Terlalu Prematur!

apahabar.com, BANJARMASIN – Ekonom Kalsel menilai usulan bandar udara skala menengah di kawasan Banua Anam masih…

Bandara Warukin, Tabalong. Foto-Dishub Tabalong.

apahabar.com, BANJARMASIN – Ekonom Kalsel menilai usulan bandar udara skala menengah di kawasan Banua Anam masih terlalu prematur.

“Jangan gegabah dalam mengusulkan. Ini perlu penelitian dan kajian mendalam. Baik terkait teknis maupun non teknis,” ucap Ekonom Kalsel, Ahmad Murjani kepadaapahabar.com, Senin (18 /11).

Kajian tersebut, kata dia, meliputi geografis, rasio penduduk, sosial-budaya, ekonomi, dan stabilitas keamanan.

“Kajian itu sebagai dasar menentukan usulan agar dapat dipertimbangkan. Apakah memungkinkan atau tidak,” bebernya.

Kalsel dinilai berperan penting sebagai penyangga ibu kota negara, sehingga kabupaten Hulu Sungai Tengah dan Tabalong sangat potensial.

“Jadi dari sisi bisnis, pembangunan bandara itu memang menguntungkan kedua kabupaten tersebut,” bebernya.

Menurutnya, masyarakat setempat harus diuntungkan dari pembangunan bandar udara tersebut.

Bukan sebaliknya, pembangunan bandar udara malah menguntungkan orang lain.

“Masyarakatnya sendiri atau orang luar yang memanfaatkan keuntungan tersebut,” tegasnya.

Secara pribadi, ia menilai pencanangan itu sah-sah saja. Meskipun sudah terdapat Bandara Warukin, Tabalong.

Menurutnya, dahulu lalu lintas penerbangan dari Tabalong ke Balikpapan ramai.

Lantaran perusahaan minyak milik Pertamina itu masih lancar. Namun kini menjadi sepi.

“Aktifitas Pertamina di Tabalong pun telah difokuskan ke Kaltim,” ungkapnya.

Pembangunan bandara itu, sambung dia, mesti melihat upaya pengembangan dari masyarakat, pemerintah daerah dan stakholder lainnya.

Terlebih dalam mengantisipasi ibu kota negara baru.

“Tentu tetap melalui tahapan penelitian dan kajian yang mendalam dari semua sisi,” tandasnya.

Baca Juga:Diusulkan Punya Bandara, Bappeda Kalsel Kaji HST

Baca Juga:Dianggap Sering Disalahgunakan, 100 Mobil Dinas Eselon III Pemkot Terpasang Stiker

Reporter: Muhammad Robby

Editor: Syarif