Pemasaran Produk UMKM Belum Tepat Sasaran, 3 Cara Ini Bisa Dongkrak Penjualan 

Tips pemasaran UMKM menjadi lebih optimal dan tepat sasaran

Ilustrasi UMKM. (Foto: Suara.com)

apahabar.com, JAKARTA – Banyak UMKM gencar melakukan pemasaran, tapi tidak semuanya tepat sasaran. Sehingga tingkat penjualan produk tidak berkembang.

Certified Life Coach, Muahammad Arif Rahmat mengungkapkan pemasaran yang tidak tepat sasaran membuat terjadinya penumpukan produk UMKM. Karena itu, hal pertama yang harus dilakukan pelaku UMKM adalah dengan mengoptimalkan segmentasi produk.

"Segmentasi penting dalam memasarkan produk sehingga sesuai sasaran," katanya dalam webinar Jurus Jitu Menaikan Omzet secara virtual di Jakarta, Jumat (14/10).

Segmentasi Produk

Segmentasi perlu dilakukan karena karena beragamnya jenis produk UMKM. Sebab, tidak mungkin bila melakukan pemasaran kepada semua konsumen yang masing-masing memiliki ketertarikan dengan kebutuhan yang berbeda-beda.

Produk harus menyasar kepada konsumen yang lebih spesifik. Arif mencontohkan produk baju perlu memiliki segmentasi varian harga Rp100 ribu, Rp500 ribu dan Rp1 juta.

“Orang yang beli baju harga satu juta itu beda karakter dengan pembeli harga baju 500 ribu, juga dengan yang harga 100 ribu,” katanya.

Arif merinci berdasarkan segmentasi harga, pembeli baju seharga Rp1 juta sebagian besar kebutuhan hariannya sudah terpenuhi. Sehingga baju tersebut, tujuannya untuk status sosial.

Adapun pembeli baju Rp500 ribu merupakan kalangan menengah. Sehingga baju tersebut, untuk memenuhi kebutuhan pakaian tapi dengan kualitas yang lebih baik. Begitu juga untuk pembeli baju Rp100 ribu, yang tujuannya hanya untuk pemenuhan kebutuhan.

“Selanjutnya yang perlu diperhatikan positioning produk atau memposisikan produk,” imbuhnya.

Memposisikan Produk

Selanjutnya yang harus diperhatikan adalah positioning atau memposisikan produk. Dengan kata lain menyebut setiap produk harus memiliki posisinya sendiri. Maksudnya adalah harus memiliki pembeda antara produk yang dimiliki dengan kompetitor lainnya.

Contoh dari strategi positioning, bisa dilihat pada produk motor. Ada dua produsen yang membuat satu barang yang sama. Terdapat perbedaan dari kesamaan produk tersebut. Pembeda tersebut yang dapat menarik minat konsumen.

“Produk satu lebih memposisikan dirinya sebagai motor irit dan yang satu motor cepat,” imbuhnya.

Ia mencontohkan motor cepat belum tentu lebih irit konsumsi bahan bakarnya. Selain itu, motor irit belum tentu memiliki kecepatan yang tinggi. Masing-masing memposisikan dirinya untuk menargetkan pelanggan yang berbeda, padahal keduanya sama-sama menjual motor.

“Terakhir menetapkan rencana meningkatkan value atau nilai perusahaan,” ucap Arif.

Nilai Perusahaan

Kemudian, pelaku UMKM perlu memiliki nilai perusahaan. Hal itu berkaitan dengan cara berpikir pengusaha berbeda-beda memandang bisnis. Sebab, selama ini pedagang hanya memikirkan keuntungan dan kerugian dari usahanya.

“Kita tidak hanya jualan makanan, tapi juga harus tahu bagaimana menyajikan makanan yang baik dan higienis,” tuturnya.

Selain memahami target pemasaran, pelaku usaha juga harus memikirkan bagaimana memberi nilai tambah pada setiap produk yang ditawarkan.

“Sehingga pelanggan akan terus membeli produk, bahkan penjualan juga semakin meningkat,” tutupnya.