Info Pendidikan

'Pelarian' ala Sarjana: Tepatkah Lanjut S2 karena Tak Kunjung Dapat Kerja?

Tak sedikit penyandang gelar sarjana meneruskan pendidikan S2 lantaran tak kunjung mendapat kerja. Fenomena itu sejatinya adalah 'pelarian' dari kenyataan.

Pelarian mahasiswa usai menyandang gelar sarjana (Foto: dok. Inibaru)

apahabar.com, JAKARTA - Tak sedikit penyandang gelar sarjana meneruskan pendidikan S2 lantaran tak kunjung mendapat kerja. Tanpa mereka sadari, fenomena tersebut sejatinya adalah 'pelarian' dari kenyataan yang disebut postponing reality.

Melansir laman Ditjen Dikti, postponing reality adalah keadaan di mana seseorang lebih memilih untuk menunda berhadapan langsung dengan realitas di dunia kerja.

Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Nadiem Makarim, menilai fenomena itu dikarenakan mahasiswa tak banyak melatih kemampuannya semasa di bangku kuliah.

“Analoginya, mahasiswa bakal keluar ke laut terbuka. Nah gimana mahasiswa ini mau nyebur ke laut dengan arus, angin, ombak, dan hiu-hiu, kalau dia gak sekali-sekali dilatih di laut juga,” ujarnya, dikutip dari Instagram @ditjen.dikti, Sabtu (29/10).

Baca Juga: Manfaat Tidur Telanjang Bisa Tingkatkan Kesuburan Pria, Faktanya?

"Kalau dia gak dilatih di tempat lain, dia bakal nyemplung ke dalam laut dan tenggelam. Dan itu yang sedang terjadi sekarang, setelah lulus jadi ditunda-tunda (untuk bekerja) terus," sambung si 'Mas Menteri.'

Lantas, Apakah Lanjut S2 adalah Keputusan Tepat?

Berkaitan dengan itu, Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) melalui laman resminya, menilai keputusan untuk melanjutkan S2 hanya karena tidak kunjung mendapat kerja adalah hal yang kurang tepat.

Pasalnya, materi perkuliahan pascasarjana terbilang cukup sulit dan menguras mental. Sebagai gambaran, dosen tak lagi memberi ceramah di kelas soal materi, sebagaimana pada jenjang sarjana.

Alih-alih mempelajari dasar teori, perkuliahan S2 lebih banyak diisi dengan membahas studi kasus dan berdiskusi. Sebab itulah, para sarjana yang ingin meneruskan ke jenjang magister, mesti memiliki tekad memperdalam ilmu yang kuat terlebih dahulu.

Baca Juga: Mengulik Strategi Negeri Tirai Bambu Kuasai Perdagangan Dunia lewat ‘Made in China’

Di sisi lain, memang tak dapat dipungkiri bahwa gelar magister bisa mengantarkan seseorang untuk mendapat peluang kerja dengan posisi yang lebih baik ketimbang lulusan sarjana. 

Sebab, beratnya perkuliahan itu justru membuat recruiter menilai bahwa lulusan S2 memiliki tingkat kedewasaan, sifat, dan pola berpikir matang. Terlebih lagi, lulusan magister di Indonesia masih terbilang sedikit, sehingga peluang untuk diterima di sebuah perusahaan pun menjadi lebih besar.

Tips Mencegah Postponing Reality bagi Mahasiswa

Bagi Anda yang masih duduk di bangku perkuliahan, ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mencegah postponing reality. Salah satunya, aktif mengikuti organisasi di dalam maupun luar kampus.

Dengan aktif berorganisasi, Anda bakal bertemu banyak orang yang mungkin punya latar belakang berbeda. Seskali, berdiskusilah dengan mereka guna memperkaya pandangan terkait dunia profesional.

Baca Juga: Bukan Cuma Universitas, Ini 6 Jenis Perguruan Tinggi di Indonesia

Selain itu, Anda juga bisa mulai mencoba terjun ke dunia kerja dengan mengikuti program internship alias magang. Aktivitas ini bisa membantu untuk mengasah soft skills sekaligus hard skills.

Itulah beberapa hal yang perlu dipertimbangkan ketika menentukan pilihan selepas lulus sarjana. Langsung melanjutkan pendidikan S2 memang tak ada salahnya, asalkan Anda sudah benar-benar memiliki tekad untuk memperdalam ilmu yang matang.

Jangan sampai, pendidikan S2 hanya dijadikan pelarian semata hanya karena tak kunjung mendapat kerja. Tentukanlah pilihan Anda sesuai tujuan hidup masing-masing. Semangat!