Literasi Digital

Pelajar SMP dan SMA di Bengkulu Selatan Bahas Pendidikan Karakter Gen-Z di Era Digital

Rangkaian webinar literasi digital di Kabupaten Bengkulu Selatan, bergulir pada Rabu (29/3) dengan tajuk "Pendidikan Karakter Gen-Z di Era Digital".

Rangkaian webinar Literasi Digital di Kabupaten Bengkulu Selatan, Provinsi Bengkulu telah bergulir. Pada Rabu (29/3) pukul 13.00-15.00 WIB, telah dilangsungkan Webinar bertajuk tema “Pendidikan Karakter Gen-Z di Era Digital”. Foto: KemenKominfo

apahabar.com, JAKARTA - Rangkaian webinar literasi digital di Kabupaten Bengkulu Selatan, Provinsi Bengkulu telah bergulir pada Rabu (29/3) pukul 13.00-15.00 WIB dengan tajuk "Pendidikan Karakter Gen-Z di Era Digital".

Kegiatan itu merupakan kerjasama Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia dengan SMP dan SMA di Kabupaten Bengkulu Selatan, diantaranya SMPN 5 Bengkulu Selatan, SMPN 30 Bengkulu Selatan dan SMAN 9 Bengkulu Selatan.

Kegiatan yang diselenggarakan oleh Kementerian Kominfo dengan menyasar segmen pelajar SMP dan SMA itu, sukses dihadiri oleh 80 peserta daring dengan dipandu beberapa narasumber yang berkompeten di bidangnya.

Kegiatan itu bertujuan mendorong masyarakat menggunakan internet secara cerdas, positif, kreatif, dan produktif sehingga dapat meningkatkan kemampuan kognitifnya untuk mengidentifikasi hoaks serta mencegah terpapar berbagai dampak negatif penggunaan internet. 

Pengguna internet di Indonesia pada awal Tahun 2022 mencapai 204,7 juta orang atau meningkat 2,1 juta dari tahun sebelumnya. Namun, penggunaan internet tersebut membawa berbagai risiko. Karena itu peningkatan penggunaan teknologi internet perlu diimbangi dengan kemampuan literasi digital yang baik agar masyarakat dapat memanfaatkan teknologi digital dengan bijak dan tepat.

Baca Juga: Literasi Digital di SMP Deli Serdang, Teknologi Dukung Proses Belajar

Kegiatan yang diinisiasi dan diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia ini bertujuan mendorong masyarakat menggunakan internet secara cerdas, positif, kreatif, dan produktif. Foto: KemenKominfo

Survei Indeks Literasi Digital Nasional yang dilakukan oleh Kementrian Komunikasi dan Informatika bersama Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi dan Katadata Insight Center pada tahun 2021 menunjukkan skor atau tingkat literasi digital masyarakat Indonesia berada pada angka 3,49 dari 5,00.

Kemudian pada tahun 2022, hasil survei Indeks Literasi Digital Nasional mengalami kenaikan dari 3,49 poin menjadi 3,54 poin dari skala 5,00. Hasil itu dianggap menunjukkan bahwa literasi digital masyarakat Indonesia saat ini berada di kategori sedang dibandingkan dengan tahun lalu. 

Direktur Jenderal Aplikasi Informatika, Kementrian Komunikasi dan Informatika Semuel Abrijani Pangerapan menilai indeks literasi digital Indonesia belum mencapai kategori baik.

"Angka ini perlu terus kita tingkatkan dan menjadi tugas kita bersama untuk membekali masyarakat kita dengan kemampuan literasi digital," katanya lewat diskusi virtual.

Dalam konteks inilah webinar literasi digital yang diselenggarakan oleh Kementerian Kominfo menjadi agenda yang amat strategis dan krusial untuk membekali seluruh masyarakat beraktivitas di ranah digital.

Baca Juga: Ratusan Siswa SD Prabumulih Ikuti Webinar 'Literasi Digital Sejak Dini'

Budaya media digital

Pada sesi pertama, Dr. Meithiana Indrasari, ST., MM menyampaikan tentang budaya media digital, tantangan budaya digital yaitu mengaburnya wawasan kebangsaan, menipisnya kesopanan dan kesantunan, menghilangnya budaya indonesia, minimnya pemahaman akan hak-hak digital, kebebasan berekspresi yang kebablasan, berkurangnya toleransi dan penghargaan. Foto: KemenKominfo

Pada sesi pertama, Ketua STIKOSA AWS Meithiana Indrasari menyampaikan tentang budaya media digital, tantangan budaya digital yaitu mengaburnya wawasan kebangsaan, menipisnya kesopanan dan kesantunan, menghilangnya budaya indonesia, minimnya pemahaman hak-hak digital, kebebasan berekspresi yang kebablasan, berkurangnya toleransi dan penghargaan.

Budaya bermedia digital, menurut Meithiana, merupakan kemampuan individu dalam membaca, membiasakan, dan membangun wawasan kebangsaan, nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.

Pengetahuan dasar pada nilai Pancasila sebagai landasan kecakapan digital dalam kehidupan berbudaya. Salah satu ruang lingkup budaya bermedia digital adalah hak-hak digital. Hak-hak digital menjamin tiap pengguna untuk mengakses, menyebarluaskan media digital, hak untuk berekspresi, serta hak untuk merasa aman.

"Jati diri kita dalam ruang budaya digital tak berbeda dengan budaya non digital. Digitalisasi Budaya memungkinkan kita mendokumentasikan kekayaan budaya. Digitalisasi Budaya dapat menjadi peluang untuk mewujudkan kreativitas," ujarnya.

Hak asasi manusia menjamin tiap warga negara untuk mengakses, menggunakan, membuat, dan menyebarluaskan media digital. Menjaga hak-hak atau reputasi orang lain dan menjaga keamanan nasional, ketertiban masyarakat, atau kesehatan dan moral publik.

Baca Juga: Literasi Digital di SD dan SMP Kabupaten Ogan Ilir, Jaga Data Pribadi dengan Baik

"Ada contoh kegiatan aksi positif seperti mewujudkan kesetaraan lewat gerakan digital inklusif dan menggalang solidaritas warga melalui media digital," ujar Meithiana. 

Mengenal Generasi Z

Nopi Heryanto, S.Sos memberikan pemaparan bahwa generasi z cenderung lebih menyukai produk produk dari luar. Kehidupan sosial generasi z lebih banyak dihabiskan dengan memanfaatkan dunia maya, memiliki kemampuan multitasking, ingin mendapat pengakuan, memiliki ambisi yang besar, dan menyukai kampanye yang kekinian. Foto: KemenKominfo

Giliran kedua, Waka Sarana dan Guru Nopi Heryanto memberikan pemaparan bahwa generasi Z cenderung lebih menyukai produk produk dari luar. Kehidupan sosial generasi Z lebih banyak dihabiskan dengan memanfaatkan dunia maya, memiliki kemampuan multitasking, ingin mendapat pengakuan, memiliki ambisi yang besar, dan menyukai kampanye yang kekinian.

Kelebihan generasi Z yaitu intelektual yang baik, terbuka terhadap segala sesuatu, mendapatkan informasi yang lebih banyak, motivasi tinggi terhadap suatu hal. Sedangkan kekurangannya yaitu individualisme, tidak fokus, ingin secara instan, kurang menghargai proses, dan memiliki emosi yang labil.

Dalam belajar, generasi Z cenderung menyukai hal-hal yang bersifat aplikatif dan menyenangkan, serta mengakomodir kecenderungan anak generasi Z dalam bermedia sosial.

"Adanya kendala dalam menghadapi generasi Z terlihat dengan mulainya tidak bisa lepas dari hp/gadget, tidak fokus, tidak sopan, tahu banyak tapi sedikit, dekat secara fisik tetapi jauh secara emosi, dan impulsif terhadap mengetahui informasi," ujarnya.

Baca Juga: Literasi Digital di SMPN 1 Lubuk Pakam, Narasumber: Jarimu Harimaumu

Cara berinteraksi dengan generasi Z bisa dengan cara terbuka dalam berinteraksi, memberikan penghargaan, bersikap mengayomi dan memposisikan diri sebagai teman, membuat modul pembelajaran yang menarik, dan menjadi role model.

"Tugas bimbingan Konseling yaitu proses pemberian layanan bantuan kepada siswa secara intensif untuk membantu siswa mengenali dirinya, menemukan akar permasalahannya, menentukan target hidup, dan sebagainya," jelas Nopi.

Kontrol emosi

Vean Mardhika selaku Key Opinion Leader (KOL) yang menyampaikan bahwa generasi z harus memiliki tanggung jawab, perlu mengontrol emosi dan cara berinteraksi, menggunakan kata-kata yang baik dalam berinteraksi di ruang digital agar mencegah menyakiti orang lain, menjaga rekam jejak digital dengan baik dan tidak melakukan kesalahan yang merugikan diri sendiri. Foto: KemenKominfo

Selanjutnya, giliran Vean Mardhika selaku Key Opinion Leader (KOL) yang menyampaikan bahwa generasi Z harus memiliki tanggung jawab, perlu mengontrol emosi.

Selain itu, cara berinteraksi harus menggunakan kata-kata yang baik, khususnya di ruang digital agar tidak menyakiti orang lain. Juga penting menjaga rekam jejak digital dengan baik dan tidak melakukan kesalahan yang merugikan diri sendiri.

Sosial media atau dunia digital dengan akses internet yang semakin cepat sering kali membuat generasi lupa waktu. Kemampuan yang multitasking seharusnya menjadikan generasi muda melakukan manajemen waktu.

Baca Juga: Literasi Digital di SMPN 3 Kotabumi Lampung, Narasumber: Cyberbullying Harus Dihentikan

"Waktu yang paling sering digunakan berselancar di sosial media adalah ketika sebelum waktu tidur. Sehingga banyak yang lupa waktu dengan begadang dan berdampak buruk untuk hari esok. Oleh karena itu, gunakan internet untuk hal-hal yang dibutuhkan,” terang Vean.

Tanya jawab

Para peserta mengikuti dengan antusias seluruh materi yang disampaikan dalam webinar, terlihat dari banyaknya tanggapan dan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada para narasumber. Foto: KemenKominfo

Para peserta mengikuti dengan antusias seluruh materi yang disampaikan dalam webinar, terlihat dari banyaknya tanggapan dan pertanyaan yang diajukan kepada para narasumber. Kemudian moderator memilih tiga penanya untuk bertanya secara langsung dan berhak mendapatkan e-money.

Pertanyaan pertama dari Nuna Metha yang bertanya bagaimana membangun budaya literasi yang baik untuk Indonesia terutama untuk gen Z karena di sosmed banyak anak muda yang lebih suka budaya luar, dari bahasa, pakaian dan cara bergaul?

Dia juga bertanya cara mengenalkan kembali budaya Indonesia yang mungkin sudah terlupakan. "Apakah mungkin budaya Indonesia dan budaya digital dapat berkembang dengan bersama-sama demi menciptakan Indonesia yang berbudaya Pancasila tetapi budaya digital nya tetap maju dan menerapkan penggunaan media sosial yang positif?" tanya Nuna.

Menanggapi itu, Meithiana Indrasari menjelaskan tentang pentingnya memperkenalkan budaya Indonesia di ruang digital agar lebih dikenal pihak luar. Karena dengan memperkenalkan budaya menjadi hal yang menguatkan dan memperlihatkan eksistensi negara Indonesia.

Baca Juga: Literasi Digital di SMAN 1 Indralaya, Kominfo: Waspadai Cyberbullying

"Yang bisa kita lakukan jika melihat hal-hal yang negatif maka bisa dengan tidak memberikan respon hal tersebut, karena semakin kita melihat konten seperti itu akan membantu algoritma dalam membaca konten tersebut dan menyebabkan viral nya konten tersebut," paparnya.

Selain itu, Meithiana menganjurkan untuk mengeblock atau report konten tersebut. "Dengan satu jempol saja kita bisa menunjukan real time, seperti dengan menggunakan fitur live streaming. Jadi sangat mungkin Indonesia bisa semakin maju dengan budaya digital," katanya.

Pertanyaan kedua dari Arta Bogi yang mengajukan pertanyaan tentang apa yang harus ditekankan dalam pendidikan karakter khususnya di era digital ini dan seperti apa peran guru serta orang tua.

Menjawab itu, Nopi Heryanto menjelaskan peran tenaga pengajar dan orang tua. Menyikapi anak anak saat ini yang cenderung tidak lepas dari teknologi, maka sebaiknya hape hanya digunakan dalam menunjang pendidikan.

"Jika disalah gunakan, maka pentingnya peran orang tua dan guru dalam membangun dan menanamkan karakter, memberi pengetahuan untuk menggunakan sosial media yang baik agar tidak memberikan dampak buruk kepada orang lain," paparnya.

Baca Juga: Literasi Digital Ajak Siswa Cintai Produk dalam Negeri

Pertanyaan ketiga dari Connie Lorin terkait dengan anak muda yang cakap dalam penggunaan digital sehingga bergaya kebarat baratan. Dia bertanya tentang cara mengedukasi anak muda agar cakap digital dan tetap berbudaya Pancasila yang luhur dan tetap mencintai kebudayaan Nusantara.

Menanggapi itu, Meithiana Indrasari memaparkan jika ingin memperbaiki segala hal, maka yang paling penting dengan memulai dari diri sendiri. Sementara orang tua juga bisa memberikan pemahaman kepada anak-anaknya.

"Bisa dimulai dari orang-orang terdekat baru keluar. Dengan memberikan pemahaman kepada mereka. Selain itu, bisa dilihat dari orang tua yang sebagai role model," ungkapnya.

Dan terakhir, Meithiana mengingatkan untuk berhati hati dengan sosial media karena ada UU ITE.

Senada, Nopi Heryanto menanggapi bahwa generasi saat ini cenderung melihat dan mengikuti budaya luar. Seharusnya mereka menggali potensi budaya yang mereka miliki. "Selalu mengedepankan dan mencintai budaya negara kita," tegasnya.

Baca Juga: Webinar Literasi Digital di SMPN 1 Kotabumi Lampung, Kemenkominfo: Indeks Kita Masih Rendah

Setelah sesi tanya jawab selesai, moderator mengajak Key Opinion Leader Vean Mardhika untuk mengumumkan tujuh pemenang lainnya yang bertanya di kolom chat dan berhasil mendapatkan voucher e-money sebesar Rp. 100.000. Foto: KemenKominfo

Usai sesi tanya jawab, moderator mengajak key opinion leader Vean Mardhika mengumumkan tujuh pemenang lainnya yang bertanya di kolom chat dan berhasil mendapatkan voucher e-money sebesar Rp. 100.000.

Moderator mengucapkan terima kasih kepada narasumber, key opinion leader (KOL) dan seluruh peserta webinar. Pukul 15.20 WIB webinar literasi digital selesai. Moderator menutup webinar dengan mengucapkan salam, terima kasih dan tagline Salam Literasi Indonesia Cakap Digital.

Adapun Informasi lebih lanjut mengenai kegiatan dan info literasi digital dapat diakses melalui website: literasidigital.id (https://literasidigital.id/) dan akun media sosial Instagram: @literasidigitalkominfo (https://www.instagram.com/literasidigitalkominfo/),  Facebook Page: Literasi Digital Kominfo/@literasidigitalkominfo (https://www.facebook.com/literasidigitalkominfo), Youtube: @literasidigitalkominfo (https://www.youtube.com/@literasidigitalkominfo).