Pemilu 2024

PDIP Keluhkan Pilpres 2024: Ganjar Dikeroyok hingga Adu Domba

Sekretaris Jenderal DPP PDI Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto mengeluhkan partainya menjadi korban pengeroyokan politik hingga adu domba menuju Pilpres 2024.

Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto bersama rombongan pengurus DPP PDIP disambut oleh pengurus DPP PPP saat tiba di Kantor DPP PPP di Menteng, Jakarta, Senin (29/5). apahabar.com/Andrey

apahabar.com, JAKARTA - Sekretaris Jenderal DPP PDI Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto mengeluhkan partainya menjadi korban pengeroyokan politik hingga adu domba menuju Pilpres 2024.

Ganjar merasa dikeroyok lantaran sejumlah partai justru lebih memilih memperkuat dukungan kepada Prabowo Subianto. Terlebih PDIP kini merasa tengah diadu domba lantaran kadernya, Budiman Sudjatmiko malah mendeklarasikan dukungan kepada Prabowo.

"Setelah mengeroyok Ganjar Pranowo, mereka masih menggunakan bujuk rayu kekuasaan mencoba bertindak tidak etis, terapkan devide at impera," kata Hasto, Minggu (20/8).

Baca Juga: Pengamat: Tak Ada Ganjar Effect, PDIP Sulit Menang di Pilpres 2024

Devide at impera atau politik adu domba, kata dia, dinilai sebagai ketidak percayaan diri para lawan politik PDIP. Maka partainya merasa terjadi upaya pecah belah di tubuh partai banteng moncong putih.

"Dengan melakukan politik devide et impera itu sebenarnya menunjukkan ketidakpercayaan diri dari pihak sana, meskipun sebelumnya telah mencoba mengeroyok Pak Ganjar Pranowo," jelasnya.

Maka ia merasa partainya akan tetap bangkit untuk menebalkan dukungan kepada Ganjar Pranowo untuk berlaga di Pilpres 2024.

Baca Juga: PKB Sindir Relawan Ganjar Gugat Deklarasi Golkar-PAN: Jangan Baper!

"Sehingga langkah-langkah itu malah akan menghasilkan suatu energi positif bagi pergerakan seluruh kader PDI Perjuangan," imbuh dia.

Menurutnya, aksi deklarasi yang dilakukan Prabowo dan Budiman di Semarang, justru akan membuat kader PDIP di Jawa Tengah semakin solid. Terlebih Jawa Tengah yang terbilang kantung suara mayoritas PDIP akan tetap percaya diri.

"Kejadian yang mirip pernah terjadi ketika Pemilu 2019 lalu. Saat itu, kubu Prabowo membangun posko di wilayah Solo, yang merupakan tempat asal Joko Widodo (Jokowi) yang saat itu menjadi lawannya," beber dia.

"Hasilnya, kubu Prabowo justru harus melenggang kalah. Sebab tindakan itu justru makin membuat semangat serta militansi kader dan pendukung semakin besar," pungkasnya.