Pemilu 2024

PBNU soal Tayangan Azan Ganjar: Bukan Politik Identitas!

Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Nasyirul Falah Amru menilai Ganjar Pranowo yang muncul dalam tayangan azan bukan tergolong politik identitas.

Calon Presiden Usungan PDIP, Ganjar Pranowo muncul sebagai model dalam tayangan Adzan di Televisi Swasta, dan dinilai sebagai politik identitas. Foto: Tangkapan Layar

apahabar.com, JAKARTA - Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Nasyirul Falah Amru menilai Ganjar Pranowo yang muncul dalam tayangan azan bukan tergolong politik identitas.

Pria yang akrab disapa Gus Falah menerangkan praktik politik identitas mestinya ditujukan untuk menyerang kandidat maupun kelompok lain menggunakan instrumen identitas suku, ras, gender, maupun agama tertentu.

"Politik identitas yang harus ditolak adalah mengapitalisasi perbedaan ras, etnis, gender, maupun agama untuk tujuan politik tertentu," kata Falah, Rabu (13/9).

Baca Juga: Ade Armando: Ganjar Muncul pada Tayangan Azan Tergolong Kampanye

Ia mencontohkan politik identitas yang pernah menyerang Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri pada Pemilu 1999. Megawati diserang isu bahwa pemimpin tak diperbolehkan dari kalanan perempuan. Bahkan argumentasi didasarkan pada dalil agama.

"Inilah politik identitas, menyerang identitas, dalam hal ini gender orang lain dengan menjadikan agama sebagai pembenaran untuk tujuan politik," ujarnya.

Lalu pada politik identitas juga diklaim terjadi dalam gelaran Pilgub DKI Jakarta 2017. Propaganda ditiupkan untuk tak memilih kandidat yang didasarkan pada agama.

Baca Juga: Ganjar Tampil di Tayangan Azan: Bukan Politik Identitas Terlarang!

Kemudian pada Pilgub Sumatera Utara 2018 juga diklaim terjadi politik identitas yang berbau sara.

"Pada Pilgub Sumut ada serangan terhadap calon tertentu yang dianggap bukan orang asli Sumut. Politik identitas itu berbasiskan serangan terhadap tokoh atau kelompok yang punya identitas tertentu," jelasnya.

Terkait dengan tayangan azan yang menampilkan Ganjar Pranowo, Gus Falah menyatakan tidak ada serangan terhadap identitas tokoh atau kelompok lain.

"Jadi, tayangan itu bukan politik identitas," ujarnya.