Kalsel

Pascatambang Terintegrasi, Capaian Reklamasi Adaro 100 Persen Lebih

apahabar.com, TANJUNG – PT Adaro Indonesia mengklaim reklamasi pascatambang yang dilakukan pihaknya sudah mencapai 100 persen…

Oleh Syarif
Salah satu area bekas tambang yang secara perlahan menjadi pusat studi, sekaligus pengembangan demplot pascatambang Adaro. Foto-Istimewa

apahabar.com, TANJUNG – PT Adaro Indonesia mengklaim reklamasi pascatambang yang dilakukan pihaknya sudah mencapai 100 persen lebih.

Hal itu bisa dilihat dari sejuknya pepohonan yang membentuk kanopi melindungi siapapun yang berteduh dari terik matahari.

Rindangnya pepohonan tersebut siapa sangka jika dulunya merupakan area tambang.

Compliance and Reporting Section Head pada HSE Department Adaro, Dodik Choiron mengatakan, pihaknya berkunjung ke area bekas tambang pertama PT Adaro Indonesia di Paringin, Balangan ini sudah kesekian kalinya.

Secara perlahan wilayah ini menjadi pusat studi, sekaligus pengembangan demplot pascatambang Adaro.

Menjadikan area bekas tambang pertama Adaro Indonesia hingga saat ini mempunyai tantangan besar berupa pengelolaan void (kolam bekas lubang tambang) dengan pola kemiringan khas pengambilan batu bara Adaro.

“Termasuk upaya pengembalian kesuburan tanah merupakan hal terberat, karena posisi batubara Adaro yang miring membuat penanganan pada voidnya berbeda dengan tambang yang lain. Ini tentunya, tingkat keasaman tinggi tanah area tambang,” jelas Dodik, Kamis (6/5).

Meski demikian Dodik bilang, tantangan itu lantas dijawab melalui serangkaian riset tanah, dan pemantauan intens terhadap bentukan ekologi yang perlahan sudah berlangsung.

Dalam laporan triwulan 1 tahun 2021 mengenai perkembangan demplot Terintegrasi kawasan pascatambang Adaro seluas 62 ha dengan 3 model pengembangan, darat, danau, dan lahan basah melebihi target.

Sambil melihat langsung sejumlah kawasan pengembangan demplot pascatambang terutama wilayah danau dan lahan basah melalui habitat buatan dengan sistim floating agriculture.

“Kemarin kita tanami padi juga disini dan sudah dipanen,” ujar Saifuddin, petugas lapangan yang turut mendampingi Dodik siang itu.

Sistim ini merupakan model terpadu pemanfaatan danau pascatambang yang terdiri dari aspek restorasi ekologis untuk biota air, pertanian terapung dan model sumberdaya energy terbarukan yang dilengkapi sistem pemantauan kualitas air secara telemetri.

Menurut Dodik Choiron, saban tahunnya, target yang dibebankan pada Adaro melalui kementerian terkait untuk penghijauan area reklamasi, tak kurang dari 400 ha.

“Kita selalu penuhi target itu, bahkan pernah melebihi dari target yang ditetapkan,” ujarnya.

Setiap tahunnya, lanjut Dodik, implementasi dan pengembangan projek reklamasi yang beriringan dengan persiapan paska tambang, terus disampaikan pada kementerian Minerba, di daerah pun demikian, laporan itu juga disampaikan.

“Kedepan, pengelolaan void menjadi konsentrasi utama, selain pengelolaan pada aspek lainnya yang terus berjalan,” pungkasnya.(*)