Kesehatan Mata

Parents, Waspadai Usia Krusial Anak Terhadap Risiko 'Mata Malas'

Fase kritis pertumbuhan anak dimulai sejak 0 hingga 8 tahun. Orang tua harus peduli pada kesehatan mata anak untuk mencegah mata malas (ambliopia).

Ilustrasi Anak Dengan Mata Malas (Ambliopia). Foto: lacienciadelcafe

apahabar.com, JAKARTA - Pertumbuhan anak dimulai sejak 0 hingga 8 tahun, disebut fase kritis. Orang tua harus peduli pada kesehatan mata anak untuk mencegah mata malas (ambliopia).

Ambliopia atau mata malas adalah kondisi penurunan penglihatan pada salah satu mata akibat gangguan perkembangan fungsi penglihatan pada masa pertumbuhan.

Ambliopia yang dipicu strabismus menyebabkan ketidakmampuan mata bekerja sama dengan baik.

"Jadi nanti melihatnya jadi dua bayangan, atau double," ujar DR. dr. Feti Karfiati Memed, SpM(K), MKes selaku Ketua Indonesian Pediatric Ophthalmology and Strabismus Society (INAPOSS), pada media session yang berlangsung di Jakarta, Senin (16/10).

Masa Krusial Anak dimulai Sejak 0 hingga 8 Tahun
Ilustrasi Anak Mengidap Mata Malas (Ambliopia). Foto: newhorizonsvisiontherapy

Dr. Feti juga menerangkan bahwa anak-anak dengan usia 0 hingga 8 tahun memiliki tahun kritis bagi anak untuk tumbuh berkembang, terutama pada penglihatannya.

Baca Juga: Ternyata Ada Senam untuk Jaga Kesehatan Mata, Yuk Lakukan

Usia 3 tahun pertama anak merupakan fase terpenting bagi tumbuh kembangnya, atau disebut sebagai fase kritis.

Ambliopia pada anak terjadi karena keterlambatan pengelolaan gangguan penglihatan pada masa anak-anak, sehingga jika orang tua enggan untuk melakukan pemeriksaan mata secara lengkap, akan berisiko mendapatkan penglihatan tidak maksimal.

"Potensinya bisa kita lihat sejak dini, dan memastikannya saat mereka sudah bisa baca tulis, nanti akan terlihat indikasi mata malas," terang Dr. Gusti G. Suardana, SpM(K) selaku Dokter Subspesialis Konsultan Strabismus JEC Eye Hospitals & Clinics, sekaligus Ketua Servis Pediatric Ophthalmology and Strabismus JEC Eye Hospitals & Clinics.

Keterlambatan tersebut berisiko terhadap ketidak sempuranaan anak terhadap penglihatan. Dan berisiko menyebabkan mata juling (strabismus).

"Salah satu penyebabnya karena kekeruhan pada media refraksinya, dan jika tidak segera ditangani, walaupun sudah dioperasi dan dikasih kacamata tidak mendapatkan penglihatan yang maksimal," terang dr. Feti.

Diketahui secara global perkiraan mata juling mencapai 1,93% orang mengalami mata juling. Sedangkan prevalensi ambliopia global dilaporkan sekitar 1,75 persen. 

Tak hanya memengaruhi produktivitas penderitanya, ambliopia bahkan dapat mengakibatkan gangguan fungsi penglihatan dengan berbagai derajat keparahan dan tingkat risiko mencapai 50-73 persen.

Menurut penuturan dr. Feti, mata malas dapat diberikan terapi dengan menggunakan kacamata khusus untuk ambliopia, atau dengan melatih mata dengan cara menutup mata yang dominan dan melatih mata malas tersebut.

Baca Juga: Kecanduan Gadget, Bisa Ganggu Kesehatan Mata Hingga Obesitas

Padahal, bila anak segera mendapatkan penanganan yang tepat, dokter dapat memberikan terapi yaitu dengan menutup satu mata yang dinilai tidak bekerja maksimal.

Selain itu dokter akan menyarankan pemakaian kacamata supaya perlahan juling dapat disembuhkan, dan mengurangi risiko gangguan penglihatan lainya.